8 research outputs found

    STABILISASI TANAH LEMPUNG MENGGUNAKAN CAMPURAN SERBUK ARANG KAYU DAN SERAT KARUNG PLASTIK UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH

    Get PDF
    Tanah lempung dengan kapasitas daya dukung rendah dengan potensi pengembangan yang besar diperlukan perbaikan pada tanah tersebut. Penelitian ini bermaksud untuk meninjau dan mengetahui pengaruh penambahan serbuk arang kayu dan serat karung plastik pada tanah lempung terhadap nilai CBR rendaman, Swelling dan Plastisitas tanah lempung. Tanah lempung lunak pada penelitian ini menggunakan sampel dengan klasifikasi A-7-5, dengan bahan campur yaitu serbuk arang kayu yang dihaluskan kemudian disaring dengan saringan nomor 40 dan serat karung plastik dari limbah karung beras plastik merk 2 jempol 25 kg yang dipotong dengan dengan ukuran panjang 2 cm dan lebar 0,2 cm. Variasi serbuk arang kayu  yaitu 2%,4%,6% dan 8% terhadap berat tanah kering, kemudian untuk serat karung plastik digunakan variasi-variasi yaitu 0,2%,0,4%,0,6% dan 0,8% terhadap berat tanah kering. Hasil pengujian CBR Rendaman tanah dicampur dengan serbuk arang kayu yaitu nilai CBR rendaman terus meningkat dan nilai CBR tertinggi terdapat pada penambahan 8% dengan nilai 3,834%. Hasil CBR Rendaman tanah yang dicampur dengan serat karung plastik didapatkan nilai CBR optimum pada variasi 0,4% dengan nilai 2.985%.. Nilai pengembangan (Swelling) tanah dicampur dengan serbuk arang kayu terus menurun pada persentase campuran 8% dengan nilai 6,697% dan untuk nilai pengembangan pada saat tanah dicampur dengan serat karung plastik terus menurun pada persentase campuran 0,8% dengan nilai 6,976%. Hasil pengujian Atterberg Limit tanah yang dicampur dengan serbuk arang kayu menurunkan nilai indeks plastisitas tanah sebesar 11,75% pada penambahan 8% yang menunjukkan bahwa tanah mengalami perbaikan sifat.Kata kunci: Tanah Lempung, Serbuk Arang Kayu, Serat Karung Plastik, CBR Rendaman, Pengembangan, Indeks Plastisitas. STABILIZATION OF CLAY USING A MIXED OF WOOD CHARCOAL POWDER AND PLASTIC SACK FIBER TO INCREASE SOIL CBR VALUEClay is the type of soil with low carrying capacity and high potencial of Swelling, therefore stabilize the soil is needed. This research aim to find out the effect of mixing wood charcoal powder and plastic sack fiber with clayey soil to the value of Soaked CBR, Swelling, and Plasticity of clayey soil. The type of clayey soil used in this research is A-7-5, mixing material used is mashed Wood Charcoal Powder that been sieved by no.40 sieve and Plastic Sack Fiber from waste 25kg “Dua Jempol” sack of rice, then cut to 2cm x 0,2cm size. Variation of Wood Charcoal Powder used is 2%,4%,6% and 8% from dry soil weight, while variation of Plastic Sack Fiber used is 0,2%,0,4%,0,6% and 0,8% from dry soil weight. The result from CBR Soaked mixed with Wood Charcoal Powder showede that the value keep increasing with the higher value of CBR at the stage of 8% with the value of 3,834%. The result from CBR Soaked mixed with Plastic Sack Fiber showed that the optimum value of CBR at the stage of 0,4% with the value of 2,985%. The Swelling value of clayey soil mixed by Wood Charcoal Powder showed that the value keep decreasing at the stage of 8% with the value of 6,697%, while the Swelling value of clayey soil mixed with Plastic Sack Fiber showed that the value keep decreasing at the stage of 0,8% with the value of 6,976%. The result of mixing clayey soil with Wood Charcoal Powder is decreasing the Plasticity Index value to 11,75% at the stage of 8% variation showed that the clayey soil have a properties improvement.Kata kunci: Clay Soil, Wood Charcoal Powder, Plastic Sack Fiber, Soaked CBR, Swelling, Plasticity Indeks

    Understanding mass fluvial erosion along a bank profile: using PEEP technology for quantifying retreat lengths and identifying event timing

    Get PDF
    This study provides fundamental examination of mass fluvial erosion along a stream bank by identifying event timing, quantifying retreat lengths, and providing ranges of incipient shear stress for hydraulically driven erosion. Mass fluvial erosion is defined here as the detachment of thin soil layers or conglomerates from the bank face under higher hydraulic shear stresses relative to surface fluvial erosion, or the entrainment of individual grains or aggregates under lower hydraulic shear stresses. We explore the relationship between the two regimes in a representative, US Midwestern stream with semi-cohesive bank soils, namely Clear Creek, IA. Photo-Electronic Erosion Pins (PEEPs) provide, for the first time, in situ measurements of mass fluvial erosion retreat lengths during a season. The PEEPs were installed at identical locations where surface fluvial erosion measurements exist for identifying the transition point between the two regimes. This transition is postulated to occur when the applied shear stress surpasses a second threshold, namely the critical shear stress for mass fluvial erosion. We hypothesize that the regimes are intricately related and surface fluvial erosion can facilitate mass fluvial erosion. Selective entrainment of unbound/exposed, mostly silt-sized particles at low shear stresses over sand-sized sediment can armor the bank surface, limiting the removal of the underlying soil. The armoring here is enhanced by cementation from the presence of optimal levels of sand and clay. Select studies show that fluvial erosion strength can increase several-fold when appropriate amounts of sand and clay are mixed and cement together. Hence, soil layers or conglomerates are entrained with higher flows. The critical shear stress for mass fluvial erosion was found to be an order of magnitude higher than that of surface fluvial erosion, and proceeded with higher (approximately 2–4 times) erodibility. The results were well represented by a mechanistic detachment model that captures the two regimes. Copyright © 2017 John Wiley & Sons, Ltd

    PERENCANAAN SISTEM SALURAN PEMBAWA JARINGAN IRIGASI TEKNIS DESA MANUNGGAL DAYA KECAMATAN

    Get PDF
    Perencanaan sistem jaringan irigasi di Desa Manunggal Daya Kecamatan Sebulu bertujuan untuk meningkatkan produktifitas beras di Provinsi Kalimantan Timur, sehingga mencegah defisit kebutuhan beras. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui nilai evapotranspirasi (Etc) tanaman acuan, nilai debit andalan (Q80) dari Sungai Kumpa Kiri, kebutuhan pengambilan air irigasi (DR), serta dimensi dari saluran pembawa yang direncanakan. Perhitungan evapotranspirasi (Eto) tanaman acuan menggunakan metode Penanaman modifikasi Nedeco/Prosida. Perhitungan debit andalan (Q80) menggunakan metode F.J. Mock.Perhitungan kebutuhan pengambilan air irigasi menggunakan metode pola dan jadwal tanam optimum. Perhitungan dimensi saluran menggunakan teori Manning. Debit andalan (Q80) yang tersedia pada Sungai Kumpa Kiri rata-rata adalah 169,98 L/det. Berdasarkan debit andalan yang tersedia di Sungai Kumpa Kiri maka luas areal yang dapat dialiri untuk pola dan jadwal tanam optimum padi-padi-palawija masing-masing adalah 45,33 ha, 25,56 ha, dan 427,13 ha dengan rekomendasi waktu awal tanam dimulai pada pertengahan Januari dan kebutuhan pengambilan air irigasi (DR) adalah 1,23 L/det. Memiliki 10 jaringan saluran Primer dan Sekunder dengan panjang total 7811,42 m, dimensi paling besar berada pada Saluran Ruas Manunggal Daya kanan 1 (RM-ka1) dengan Lebar (b) 0,61 m dan tinggi (h) 0,3 m dan dimensi saluran sekunder terkecil adalah Saluran Ruas Panca Jaya 3 (RP3) dengan lebar (b) 0,29 m dan tinggi (h) 0,14 m. Bahan material yang digunakan untuk saluran adalah beton bertulang dengan tulangan Ø10 mm

    PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON DENGAN PENAMBAHAN FLY ASH DAN ADMIXTURE SUPERPLASTICIZER

    Get PDF
    Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung dan jalan. Kalimantan Timur sebagai daerah yang sedang berkembang pesat terutama untuk sektor pembangunan. Beton banyak digunakan karena memiliki kelebihan daripada bahan lain, diantaranya harganya relatif murah, memiliki kekuatan yang baik, tahan lama dan tahan terhadap api. Dalam pelaksanaannya di lapangan terutama untuk mempermudah proses pengecoran diperlukan bahan tambah. Pada penelitian ini digunakan superplasticizer dan  fly ash sebagai bahan tambah pada campuran beton dengan fariasi yang berbeda, untuk superplasticizer menggunakan 3 bahan produk superplasticizer yang berbeda yaitu produk Sika, BASF dan normet dengan kadar 0.3%,0,6%,0,9%,1,2% dan 1,5% dan untuk kadar fly ash sebesar 10 %. Dari komposisi tersebut kemudian dilakukan pengujian kuat tekan beton. Hasil penelitian menunjukkan kuat tekan beton optimum untuk produk Sika sebesar 42,81 MPa dengan kadar superplasticizer 0,3 %, produk BASF  diperoleh 40,93 Mpa dengan kadar 0,6 % dan produk Normet diperoleh 40,76 Mpa dengan kadar 0,6 %. Pada beton dengan bahan tambah produk sika terjadi peningkatan paling besar yaitu sebesar 17,84 % bila dibandingkan dengan beton normal. Untuk beton dengan bahan tambah produk BASF terjadi peningkatan sebesar 9,09 % dan untuk beton dengan bahan tambah produk Normet terjadi peningkatan paling kecil yaitu sebesar 2,13 %

    TINJAUAN TERHADAP KAPASITAS PENGALIRAN SUNGAI DAMA STA 0+000 – STA 2+625 DI KOTA SAMARINDA

    Get PDF
    Kepadatan penduduk dan kecilnya penampang sungai menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di Sungai Dama. Maka tujuan dari tugas akhir ini ialah meninjau kembali dimensi Sungai Dama terhadap debit banjir rencana kala ulang 10 tahun. Perhitungan debit banjir rencana dan debit eksisting sungai dilakukan dalam beberapa segmen aliran. Debit banjir rencana dihitung dengan metode HSS Nakayasu. Debit banjir Q10 pada STA 0+000 – STA 0+650 adalah7,814 m³/detik dengan debit eksisting 12,0067 m³/detik; Q10 pada STA 0+650 - 1+350 adalah 14,518 m3/detik dan debit eksisting 7,417 m3/detik; Q10 pada STA 1+350 - 2+275 adalah 22,944 m3/detik dan debit eksisting  13,0672 m3/detik; Q10 pada STA 2+275 - 2+625 adalah 25,263 m3/detik dan debit eksistingnya 25,4304 m3/detik. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa perlu dilakukan perubahan penampang sungai. Dimensi kanal yang direncanakan berbentuk persegi dengan ukuran sebagai berikut: STA 0+000 – STA 0+650 memiliki lebar 3,228 m dan tinggi 2,364 m, pada STA 0+650 – STA 1+350 memiliki lebar 4,4 m dan tinggi 3,05 m, pada STA 1+350 – STA 2+275 memiliki lebar 5,531 m dan tinggi 3,766 m, dan pada STA 2+275 – STA 2+625 memiliki lebar 5,804 m dan tinggi 3,902 m

    ANALISA KEKUATAN JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI SUNGAI GUNTING KABUPATEN JOMBANG AKIBAT BEBAN HIDUP

    Get PDF
    Permasalahan yang menghambat perkembangan wilayah pedesaan adalah kurangnya infrastruktur jalan dan jembatan. Jembatan merupakan infrastruktur yang mahal sehingga membuat pembangunannya tidak merata. Oleh karena itu pusat penelitian dan pengembangan jalan dan jembatan berinovasi membuat jembatan untuk desa asimetris (Judesa). Salah satu Judesa yang telah dibangun adalah jembatan gantung pejalan kaki sungai Gunting kabupaten Jombang dengan bentang 42 m dan lebar 1,8 m yang membelah Desa Karobelah Kecamatan Mojoagung dan Desa Kedungpapar Kecamatan Sumobito . Jembatan gantung pejalan kaki sungai Gunting merupakan akses utama untuk menyeberang antar dua desa tersebut. Dengan demikian perlu adanya analisa kekuatan struktur atas jembatan sungai Gunting kabupaten Jombang akibat beban hidup. Beban hidup menggunakan ketentuan dari pusat penelitian dan pengembangan jalan dan jembatan yaitu beban merata sebesar 3 Kpa, beban tersebut sudah termasuk beban kendaraan ringan. Analisa yang dilakukan menggunakan aplikasi SAP2000 yakni menghitung nilai tahanan lentur, tahanan aksial dan lendutan yang terjadi pada jembatan dengan menggunakan standar perhitungan RSNI-T 03-2005 dan Pedoman Perencanaan dan Pelaksanaan Kontruksi Jembatan Gantung untuk Pejalan Kaki. Hasil analisa harus kurang dari nilai izin yang berlaku. Apabila hasil analisa lebih dari nilai izin maka perlu adanya desain ulang dimensi komponen jembatan

    PERENCANAAN KUAT TEKAN BETON RAMAH LINGKUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT LOKAL LEBAK CILONG DAN ABU SEKAM PADI

    Get PDF
    Penggunaan agregat kasar Palu di Kalimantan Timur khususnya di Samarinda sudah sering terlambat penerimaannya oleh karena itu peneliti menggati agregat kasar dengan mengunakan material yang berasal dari Desa Lebak Cilong, Kecamatan Muara wis Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur , kemudian penggantian sebagian semen menggunakan abu sekam padi karena material tersebut sering dianggap limbah dari penggilingan padi. Sekam padi di Indonesia yang dihasilkan selama ini melimpah, sayangnya material tersebut umumnya hanya digunakan untuk bahan bakar pembakaran batu bata merah.Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi campuran beton acuan dengan kuat tekan  fc’ 30 MPa menggunakan agregat kasar Palu, agregat halus Palu, dan semen sebagai bahan pengikat, membandingkan kuat tekan beton menggunakan agregat kasar  Palu dan agregat kasar Lebak Cilong pada komposisi yang sama, jika kuat tekan agregat kasar Lebak Cilong tidak tercapai maka merubah komposisi agregat kasar Lebak Cilong hingga mendapatkan kuat tekan  mencapai fc’ ≄ 30 MPa, menambahkan abu sekam padi pada campuran beton untuk mengetahui persentase optimal abu sekam padi sebagai pengganti sebagian semen terhadap kuat tekan beton.penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil dengan bahan agregat kasar Palu, agregat kasar Lebak Cilong dan Abu Sekam Padi dengan pengujian sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).Hasil uji menunjukkan bahwa beton dengan komposisi agregat kasar Palu mendapatkan kuat tekan fc’ 47,16 MPa, penggantian agregat kasar Palu dengan agregat kasar Lebak Cilong tidak dapat menghasilkan mutu beton fc’ 30 MPa namun dengan mengganti komposisi pada agregat kasar Lebak Cilong dapat mencapai mutu beton fc’ 30,35 MPa, penambahan abu sekam padi 5% - 25% tidak dapat meningkatkan kuat tekan beton, kuat tekan beton tertinggi terjadi pada persentase abu sekam 5% dan hanya mendapatkan kuat tekan fc’ 28,66 MPa sedangkan beton normal tanpa abu sekam padi kuat tekan yang diperoleh fc’ 30,35 MPa
    corecore