23 research outputs found

    PROTESA MAKSILOFASIALDENGAN HOLLOW BULB PADAKASUS KLAS I ARAMANV UNTUK REHABILITASI PASCA HEMIMAXILLECTOMY

    Get PDF
    Latar belakang. tindakan hemimaxillectomyakan menimbulkan terjadinya defect yang menyebabkan gangguan bicara (sengau), penelanan, pengunyahan, estetik dan kejiwaan. Tujuan. untuk menginformasikan cara rehabilitasi defect atau cacat pada wajah dengan protesa maksilofasial hollow bulb untuk mengembalikan fungsi bicara, penelanan, pengunyahan, estetik dan kejiwaan penderita. Kasus dan penanganan. pasien pria berusia 43 tahun datang ke RSGM Prof. Soedomo atas rujukan dari dokter THT RS. Dr. Sardjito. Saat datang pasien merasa terganggu dengan adanya pembengkakan di dalam mulut, kemudian dilakukan pemeriksaan subyektif dan obyektif. Hemimaxillectomydilakukan oleh dokterTHT RS. DR. Sardjito. Obturator pasca bedah dipasang segera setelah operasi. Dua minggu pasca operasi, dibuatkan obturator interim, kemudian dibuatkan protesa maksilofasial klas I Aramany dengan hollow bulb setelah 2 bulan pasca operasi. Hollow bulb adalah rongga yang dibuat pada protesa maksilofasial untuk menutup rongga mulut, rongga hidung dan defect. Pada waktu insersi diperiksa retensi, stabilisasi, oklusi, estetik dan pengucapan. Kontrol dilakukan 1 minggu dan 1 bulan setelah pemakaian. Hasil pemeriksaan dan evaluasi setelah 1 minggu dan 1 bulan setelah pemakaian protesa maksilofasial hollow bulb diketahui retensi, stabilisasi, oklusi dan pengucapan lebih baik. Kesimpulan. setelah menggunakan protesa maksilofasial hollow bulb pasca hemimaxillectomy, pasien dapat berbicara dan mengunyah dengan normal. Protesa maksilofasial hollow bulb juga dapat mengembalikan estetik yang hilang, membantu proses penyembuhan jaringan,serta psikologi pasien. Maj Ked GiJuni 201118(1): 53-5

    Hubungan antara Kesehatan Gigi dan Mulut dan Upaya Rehabilitasi Prostodonsia pada Lanjut Usia

    Full text link
    Latar belakang. Peningkatan populasi lanjut usia berdampak pada status kesehatan gigi dan mulut dan pelayanannya termasuk pelayanan rehabilitasi prostodonsia. Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara kesehatan gigi mulut dan upaya rehabilitasi prostodonsia pada lanjut usia. Metode penelitian. Seratus duapuluh sampel lanjut usia dipilih dengan ciri: umur > 60 tahun, tahapan keluarga sejahtera II dan III, gigi kurang 20, pendidikan minimal SD atau SR, dilakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dan diberi angket. Pemeriksaan kesehatn gigi dan mulut untuk mengetahui: jumlah gigi tinggal dengan cara menghitung berdasarkan 32 – gigi missing, kebersihan mulut dengan Oral Hygiene Indek-S, kesehatan jaringan periodontal dengan indeks Russel, pemakaian gigi tiruan dan kebutuhan gigi tiruan dengan observasi. Angket merupakan skala sikap dibuat berdasarkan skala Likert yang dimodifikasi untuk mengetahui tingkat upaya rehabilitasi prostodonsia pada lanjut usia. Angket berisi 5 aspek rehabilitasi yaitu aspek pengunyahan, estetis, bicara, kenyamanan, dan pelestarian jaringan. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis regresi berganda. Hasil. Terdapat hubungan positif sangat bermakna antara kesehatan gigi dan mulut dan upaya rehabilitasi prostodonsia pada lanjut usia (R= 0,497, F= 7,492, p<0,01). Kesimpulan penelitian. Ada hubungan positif antara kesehatan gigi dan mulut dan upaya rehabilitasi prostodonsia pada lanjut usia.   Background. Increase in elderly population have impact to oral and dental health and dental services included prostodontic rehabilitation services. Purpose. The purpose of this research was to investigate the correlation between oral and dental health and prostodontic rehabilitation effort of elderly. Methods. One hundred and twenty elderly people were selected sample with criteria: more than 60 years old, the prosperous family stage II and III, have teeth less than 20 and minimum education is elementary school. The research was taken by oral and dental examination and questionnaire. The oral and dental examination were: remaining dentition (31 minus missing teeth), oral hygiene status (OHI-S), periodontal status (Russel periodontal index), denture wearing and denture’s need. A modification Likert scale questionnare was used to measure the prostodontic rehablitation effort level. The data were analyzed statistically by multiple regression. Result. The result showed there was a significant positive correlation between oral and dental health and prostodontic rehabilitation effort (R= 0,497, F= 0,7492, <0,01). Conclusion. There was a positive correlation between oral and dental health and prosthodontic rehabilitation effort of the elderly

    Penggunaan gigi tiruan untuk rehabilitasi perubahan otot wajah akibat kehilangan gigi

    Get PDF
    Perubahan dimensi jaringan lunak dan tulang paska pencabutan gigi dapat menyebabkan perubahan estetika wajah. Hal ini disebabkan karena gigi berfungsi untuk mendukung otot wajah, tanpa dukungan gigi wajah terlihat berkerutdan lebih tua. Perubahan yang terlihat pada wajah meliputi lipatan nasolabial menjadi lebih dalam, sudut mulut turun, bibir menipis, bibir atas terlihat panjang dan hidung terlihat lebih besar akibat hilangnya dukungan bibir atas. Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut adalah pembuatan gigi tiruan yang dapat mendukung kembali otot wajah. Tujuan artikel ini yaitu untuk menginformasikan akibat kehilangan gigi pada perubahan otot wajah dan usaha memperbaikinya menggunakan gigi tiruan. Seorang wanita usia 67 tahun datang ke RSGM Prof Soedomo dengan keluhan merasa rendah diri karena wajah terlihat lebih tua akibat hilangnya seluruh gigi pada rahang atas dan bawah. Tatalaksana kasus 1). Anamnesa, 2). Pemeriksaan klinis dan radiografis, 3). Pencetakan rahang, 4). Pembuatan gigi tiruan lengkap (GTL) kerangka logam untuk rahang atas dan rahang bawah, 5). Insersi GTL. Pembuatan GTL pada rahang atas dan rahang bawah yang sesuai dengan kaidah pembuatan gigi tiruandapat memperbaiki estetika akibat hilangnya dukungan otot wajah. Kesimpulan dari penggunaan GTL konvensional yang dibuat sesuai dengan prinsip prostodontik yang ditetapkan dapat mengembalikan estetika otot wajah akibat kehilangan gigi

    Rehabilitasi Prostetik Paska Hemimaksilektomi pada Pasien Edentulos

    Full text link
    Latar belakang. Hemimaksilektomi adalah reseksi sebagian maksila pada satu sisi. Defek yang dihasilkan setelah hemimaksilektomi akan menyebabkan kecacatan pada wajah serta akan menimbulkan gangguan stomatognatik. Rehabilitasi prostetik merupakan suatu bagian yang penting dalam rekonstruksi rongga mulut pasien pasca pembedahan kanker rongga mulut. Upaya rehabilitasi ini mencakup bentuk perawatan yang melibatkan kerjasama multidisipliner dengan bagian ilmu penyakit mulut, bedah onkologi dan prostodonsi. Tujuan. Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk menginformasikan rehabilitasi prostetik pasca hemimaksilektomi untuk pasien edentulous. Kasus dan penanganan. Pasien laki-laki berumur 65 tahun datang ke RSGM Prof Soedomo dengan diagnose kanker di palatum dan akan dilakukan hemimaksilektomi di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Protesa yang digunakan dalam rehabilitasi prostetik ini adalah obturator imidiat, obturator interim dan obturator definitive. Obturator definitif pada pasien edentulous berupa gigi tiruan lengkap dengan bulb pada sisi defek. Bentuk obturator dibuat dengan mengoptimalisasi retensi dari struktur anatomi yang tersisa. Kesimpulan. Rehabilitasi prostodontik pada pasien edentulous pasca hemimaksilektomi adalah dengan obturator imidiat, obturator interim dan obturator definitive berupa gigi tiruan lengkap dengan bulb.   Background. Hemimaxillectomy is resection on unilateral side of maxilla. Maxillary defect that occurred after hemimaxillectomy result in facial deformities and stomatognatic disfunction. Prosthetic rehabilitation is essential part in oral reconstruction after patient undergone oral cancer surgery. Rehabilitative efforts involve treatment modalities involving multidiscipliner teamwork with oral pathologist, oncologist and prosthodontist. Purpose. Purpose of the report was to inform the prosthetic rehabilitation after hemimaxillectomy in completely edentulous patient. Case and treatment. A 65 years male diagnosed cancer on palatal referred to RSGM Prof Soedomo in order to prepare prosthodontic rehabilitation after hemimaxillectomy in RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta. Prosthesis used in this rehabilitation were immediate obturator, interim obturator and definitive obturator. Obturator for completely edentulous patients is complete denture with the bulb on defect side. The shape of obturator was designed to optimalize retention from the remaining anatomical structure. Conclusion. Prosthetic rehabilitation for hemimaxillectomy edentulous patient were immediate obturator, interim obturator and definitive obturator

    Rehabilitasi pasien pasca hemimaksilektomi dengan obturator resin akrilik

    Get PDF
    Hemimaksilektomi merupakan operasi pengangkatan sebagian dari palatal dan maksila yang mengakibatkan defek pada integritas rongga mulut. Defek menyebabkan terjadinya hubungan antara rongga hidung dan mulut serta malformasi palatum dan agenese gigi. Penutupan defek dilakukan dengan menggantikan jaringan keras, lunak, dan gigi yang hilang menggunakan protesa maksilofasial intraoral yaitu obturator. Laporan kasus ini bertujuan mengkaji rehabilitasi obturator resin akrilik. pada pasien pasca hemimaksilektomi. Pasien pria, 55 tahun datang ke RSGM Prof. Soedomo dengan keluhan defek pada palatal yang mengakibatkan suara sengau. Pemeriksaan menunjukkan terdapat defek pada bagian kanan palatum durum, defek gingiva labial dexter, serta kehilangan gigi 12, 13, 14, 15, 16, dan 17. Tatalaksana perawatan: Pasien dibuatkan obturator resin akrilik untuk menutup defek pada palatum pasca hemimaksilektomi dan menggantikan gigi yang hilang. Pencetakan menggunakan hidrokoloid irreversible yang diberi kain kassa pada defek untuk menahan bahan cetak agar tidak masuk ke hidung. Insersi obturator menunjukkan penutupan defek palatum oleh obturator resin akrilik menutup dengan baik. Retensi, stabilisasi dan oklusi pada pemakaian obturator baik, suara sengau berkurang, sayap labial menutup defek gingiva labial. Pada kontrol 1 minggu tidak ada keluhan, pasien merasa puas, suara sengau berkurang, estetis, pengunyahan dan penelanan baik. Kesimpulan: Obturator resin akrilik dapat merehabilitasi defek palatal pasca hemimaksilektomi dan mengembalikan fungsi bicara, penelanan, pengunyahan, dan estetik

    Kaitan ekstrakorona tipe ball pada kasus Kennedy klas I rahang bawah

    Get PDF
    Usaha peningkatan retensi dan stablisasi dalam menghasilkan keyamanan penggunaan gigi tiruan sebagian merupakan suatu tantangan bagi dokter gigi untuk menemukan suatu alternatif perawatan yang lebih baik dari penggunaan gigi tiruan sebagian konvensional, salah satunya yaitu gigi tiruan sebagian dengan retainer kaitan ekstrakorona tipe ball. Tujuan laporan kasus ini bertujuan memberikan informasi tentang gigi tiruan sebagian dengan kaitan ekstrakorona tipe ball pada kasus Kennedy klas I rahang bawah. Pasien pria usia 41 tahun datang ke klinik Prostodonsia RSGM Prof. Soedomo ingin dibuatkan gigi tiruan baru. Pasien sebelumnya telah mengunakan gigi tiruan akrilik (RA) dan rahang bawah (RB), namun merasa tidak nyaman dengan gigi tiruannya terutama pada rahang bawah karena mengunakan plat akrilik melintang pada rahang bawahnya yang menggangu aktivitas lidah. Metode perawatan kasus ini yaitu pembuatan gigi tiruan sebagian rahang bawah dengan retainer kaitan ekstrakorona tipe ball; 1)Pencetakan model diagnostik, 2)Preparasi gigi penyangga, 3)Pencetakan model kerja dan pembuatan mahkota sementara, 4)Try in coping kaitan presisi RB, 5)Pencatatan hubungan RA-RB, 6)Prosesing laboratorium, 7)Insersi, 8)Kontrol. Gigi tiruan sebagian rahang bawah dengan retainer kaitan ekstrakorona tipe ball dapat digunakan pada kasus Kennedy klas I untuk meningkatkan retensi dan stabilisasi serta mencegah ungkitan yang akan menghasilkan kenyamanan bagi pasien.ABSTRACT: Ball extracoronal attachment on mandibular kennedy class I case. The effort for improving the retention and stabilization in the restoring comfort of using partial dentures is a challenge for dentists to find an alternative treatment that is better than the using of conventional partial denture, one of which is partial denture with ball ekstrakorona attachment. Purpose of this case report aims to provide the information of the partial denture with ball ekstrakorona attachment on mandibular Kennedy class I case. 41 year old male patient came to the clinic of RSGM Prof. Soedomo want to made a new denture. Patients had previously been using maxilla and mandibular acrylic denture, but felt uncomfortable with mandibular denture due to transverse acrylic plate on the mandibular which interfere the tongue activity. Treatment method of this case was mandibular partial denture with ball ekstrakorona attachment; 1)Jaw impression for diagnostic model, 2)Abutment preparation, 3)Working cast impression and temporary crown procedure, 4)Try in mandibular coping attachment, 5)Upper and lower jaw relation recording, 6)Laboratorium processing, 7)Insertion, 8)Control. Partial denture with ball ekstrakorona attachment could be used on mandibular Kennedy class I case to improve retention, stabilization, prevention the leverage and patient comfort

    PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK PROPOLIS TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans PADA PLAT DASAR GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK

    Get PDF
    Propolis adalah salah satu produk kerja lebah madu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan altenatif untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Propolis mengandung flavonoid yang dapat menghambat bakteri Streptococcus mutans. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrakpropolis terhada pertumbuhan Candida albicans pada plat dasar gigi tiruan resin akrilik. Penelitian ini menggunakan metode dilusi.Empat puluh buah resin akrilik kuring panas berbentuk cakram dengan diameter 10mm dan tebal 2 mm dipakai sebagai subyek penelitian. Seluruh subyek penelitian direndam dalam saliva kemudian direndam dalam suspensi Candida albicans. Subyek penelitian dibagi menjadi 4 kelompok, tiap kelompok terdiri dari10 cakram yangdi rendam dalam ekstrak propolis pada konsentrasi berturut-turut 40%, 30%, 20% dan aquades sebagai kontrol. Penelitian ini dilakukan dengan menghitung jumlah koloni Candida albicans yang tumbuh dan data dianalisis dengan Analisis Variansi satu jalur (ANAVA 1 jalur) dan Least Significant Difference (LSD). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada perendaman plat resin dalam ekstrak propolis pada konsentrasi 20%, 30% dan 40% terhadap pertumbuhan Candida albicans (

    PENGARUH ETSA KIMIA DENGAN AKUA REGIA TERHADAP KEKUATANTARIK PERLEKATAN BAHAN RESIN AKRILIK PADAGIGI TIRUAN KERANGKA LOGAM

    Get PDF
    Latar belakang. Bahan yang dipakai untuk pembuatan Gigi Tiruan Sebagian (GTS), antara lain: resin akrilik, kerangka logam, kombinasi kerangka logam dengan resin akrilik. Resin akrilik adalah bahan plat gigi tiruan yang memiliki warna dan translusensi baik tetapi sifat mekanisnya tidak ideal, tidak tahan terhadap abrasi, dan dapat terjadi perubahan dimensi. GTS kerangka logam cukup kuat, tetapi estetis kurang memuaskan sehingga perlu kombinasi kerangka logam dan resin akrilik. Peningkatan daya lekat antara kedua bahan tersebut memerlukan retensi, tehnik etsa kimia dengan akua regia dapat membuat retensi mikro pada logam. Tujuan penelitian. Untuk mengetahui pengaruh etsa kimia dengan akua regia terhadap kekuatan tarik perlekatan bahan resin akrilik pad a gigi tiruan kerangka logam. Metode penelitian. Penelitian dilakukan pada 20 subyek penelitian berupa plat kobalt kromium ukuran (1 Ox1Ox2) mm yang dilekati mesh ukuran (1Ox8x1) mm. Subyek penelitian dibagi 2 kelompok: 10 subyek plat kobalt kromium dengan mesh dilekati resin akrilik (20x10x2) mm dan 10 subyek penelitian plat kobalt kromium dengan mesh dietsa dengan akua regia 65% selama 5 menit, kemudian dilekati dengan resin akrilik (20x1 Ox2)mm. Dilakukan uji kekuatan tarik mengggunakan Torsee\u27s Universal Testing Machine dengan ukuran kg/mm2, kemudian hasil dianalisa dengan t-test. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kekuatan tarik perlekatan bahan resin akrilik dengan kerangka logam yang tidak dietsa lebih kecil daripada yang dietsa kimia dengan akua regia. Terdapat perbedaan yang bermakna kekuatan tarik perlekatan resin akrilik dengan kerangka logam yang tidak dietsa dengan yang dietsa secara kimia dengan akua regia (

    Last tooth in the arch syndrome management by using triple tray technique

    Get PDF
    Inter occlusal record serves as a guide to copy the upper and lower jaw relationship of the oral cavity to the articulator. Proper inter occlusal record minimizes the adjustment time of fixed denture in the patient’s mouth, thus saves the working time and cost. The making of fixed unilateral dentures involving the posterior teeth as abutments is often difficult in term of placing the working model of the upper jaw and lower jaw in articulator with proper occlusion (last tooth in the arch syndrome), therefore it is necessary to use inter occlusal record. One method to produce precise and simple inter occlusal record is a triple tray technique. This report provided information about how to use triple tray technique to produce inter occlusalrecord in the preparation of fixed denture of a patient with last tooth in the arch syndrome. A 54 years old male patient came to Prof. Soedomo Dental Hospital, Yogyakarta, Indonesia for a treatment using a denture due to the extraction of 16, 14, 24, 25, 26, and 46. The management of this case was comprised of anamneses, clinical and radiographic examination, first stage preparation of abutment tooth on 45 and 47, triple tray try in on prepared teeth, adjustment of the size of gauze, materials bite registration positioning on the surface of the upper and lower triple tray, inter occlusal record with a triple tray technique on maximum inter cusp position, the excess of bite registration materials trimming, articulator mounting, laboratory processing, and the fixed bridge insertion. Furthermore, stage II and III tooth preparation were performed using the same procedure. Based on our work, the triple tray technique is a simple method to produce an accurate inter occlusal record on a patient with a last tooth in the arch syndrome. ABSTRAKInter occlusal record berfungsi sebagai catatan untuk memindahkan hubungan rahang atas dan bawah dari rongga mulut ke artikulator. Inter occlusal record yang tepat meminimalkan penyesuain gigi tiruan cekat dalam rongga mulut sehingga menghemat waktu perawatan dan biaya. Pembuatan gigi tiruan cekat unilateral yang melibatkan gigi paling posteriorsebagai gigi penyangga seringkali terhambat karena kesulitan penempatan model kerja rahang atas dan rahang bawah pada artikulator dengan oklusi yang tepat (last tooth in the arch syndrome) sehingga diperlukan inter occlusal record. Salah satu teknik inter occlusal record yang sederhana dan akurat adalah menggunakan triple tray technique. Laporankasus ini memberikan informasi mengenai penggunaan triple tray technique untuk menghasilkan inter occlusal record dalam pembuatan gigi tiruan cekat pada kasus last tooth in the arch syndrome. Pasien laki-laki 54 tahun datang ke RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta, Indonesia untuk dibuatkan gigi tiruan karena gigi 16, 14, 24, 25, 26, dan 46 telahdiekstraksi. Penatalaksanaan yang dilakukan meliputi anamnesa, pemeriksaan klinis dan radiografi, preparasi gigi penyangga tahap pertama pada elemen 45 dan 47, try in triple tray pada gigi yang dipreparasi, penyesuaian ukuran kasa, peletakkan bahan bite registration di permukaan atas dan bawah triple tray, inter occlusal record dengan triple tray technique pada maximum inter cusp position, pengurangan kelebihan bahan bite registration, penanaman padaartikulator, pemrosesan di laboratorium, dan insersi gigi tiruan cekat. Selanjutnya, dilakukan preparasi gigi penyangga tahap II dan III dengan prosedur yang sama. Berdasarkan laporan kasus ini, triple tray technique merupakan teknik inter occlusal record yang sederhana dan akurat pada kasus last tooth in the arch syndrome

    Hubungan antara Kesehatan Gigi dan Mulut dan Upaya Rehabilitasi Prostodonsia pada Lanjut Usia

    No full text
    Latar belakang. Peningkatan populasi lanjut usia berdampak pada status kesehatan gigi dan mulut dan pelayanannya termasuk pelayanan rehabilitasi prostodonsia. Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara kesehatan gigi mulut dan upaya rehabilitasi prostodonsia pada lanjut usia. Metode penelitian. Seratus duapuluh sampel lanjut usia dipilih dengan ciri: umur > 60 tahun, tahapan keluarga sejahtera II dan III, gigi kurang 20, pendidikan minimal SD atau SR, dilakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dan diberi angket. Pemeriksaan kesehatn gigi dan mulut untuk mengetahui: jumlah gigi tinggal dengan cara menghitung berdasarkan 32 – gigi missing, kebersihan mulut dengan Oral Hygiene Indek-S, kesehatan jaringan periodontal dengan indeks Russel, pemakaian gigi tiruan dan kebutuhan gigi tiruan dengan observasi. Angket merupakan skala sikap dibuat berdasarkan skala Likert yang dimodifikasi untuk mengetahui tingkat upaya rehabilitasi prostodonsia pada lanjut usia. Angket berisi 5 aspek rehabilitasi yaitu aspek pengunyahan, estetis, bicara, kenyamanan, dan pelestarian jaringan. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis regresi berganda. Hasil. Terdapat hubungan positif sangat bermakna antara kesehatan gigi dan mulut dan upaya rehabilitasi prostodonsia pada lanjut usia (R= 0,497, F= 7,492, p<0,01). Kesimpulan penelitian. Ada hubungan positif antara kesehatan gigi dan mulut dan upaya rehabilitasi prostodonsia pada lanjut usia. Background. Increase in elderly population have impact to oral and dental health and dental services included prostodontic rehabilitation services. Purpose. The purpose of this research was to investigate the correlation between oral and dental health and prostodontic rehabilitation effort of elderly. Methods. One hundred and twenty elderly people were selected sample with criteria: more than 60 years old, the prosperous family stage II and III, have teeth less than 20 and minimum education is elementary school. The research was taken by oral and dental examination and questionnaire. The oral and dental examination were: remaining dentition (31 minus missing teeth), oral hygiene status (OHI-S), periodontal status (Russel periodontal index), denture wearing and denture’s need. A modification Likert scale questionnare was used to measure the prostodontic rehablitation effort level. The data were analyzed statistically by multiple regression. Result. The result showed there was a significant positive correlation between oral and dental health and prostodontic rehabilitation effort (R= 0,497, F= 0,7492, <0,01). Conclusion. There was a positive correlation between oral and dental health and prosthodontic rehabilitation effort of the elderly.
    corecore