14 research outputs found

    QUALITY STUDY OF DOMESTIC WASTEWATER IN RIVERS PASSING THROUGH MANADO CITY BASED ON ORGANIC AND INORGANIC MATERIALS

    Get PDF
    Study on the quality of domestic wastewater in rivers passing through Manado City to Manado bay was done based on organic and inorganic materials. The study aimed to provide suitable information for environmental management of rivers and beaches in the city. Three rivers were selected to be observed, such as S. Bailang, S. Maasing and S. Tondano, using parameter of Biological Oxygen Demand-5 days (BOD5), Phosphate (PO4) and Nitrate (NO3). Water samples were taken from three locations (upper, middle and river mouth parts) in each rivers. The result showed that average concentrations of the parameters, respectively, were 2 mg/L, 0.014 mg/L and 0.388 mg/L in S. Bailang; 17.66 mg/L, 1.858 mg/L and 0.029 mg/L in S. Maasing; and 4 mg/L, 0.289 mg/L and 0.314 mg/L in S. Tondano. In this paper, water quality status of the observed rivers based on current regulation was discussed

    MORFOMETRIK DAN MERISTIK LAMUN DI PANTAI BORGO KECAMATAN BELANG DAN PANTAI BASAAN I KECAMATAN RATATOTOK KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

    Get PDF
    Seagrasses are flowering plants (Angiosperms) that are fully adapted to aquatic environments. Seagrasses are capable of living in salt water; even though it is immersed in salty water, it still functionsnormally. The function and role of seagrasses depend on the number of leaf blades, leaf length, leafwidth, and total biomass, all of which are highly determined by local conditions. This research wasconducted in Southeast Minahasa Regency in Pantai Borgo Village, Belang District and Beach Villageof Basaan I, Ratatotok District. This study aims to measure the morphometrics and meristics of seagrassspecies Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii and Syringodium isoetifolium. Sampling of seagrasswas carried out using the cruising survey method, as many as 10 individuals for each species at eachstudy location, samples were taken using a knife and washed and put into plastic samples. Thenmeasured using a caliper ruler. The results obtained from the three seagrass species Enhalusacoroides, Thalassia hemprichii and Syringodium isoetifolium are different in morphometric and meristicsizes of the three seagrasses which are larger in Basaan I Beach compared to those in Borgo Beach.This is because in Borgo Beach there are many human activities that greatly affect the activity ofmorphometric and meristic sizes which in turn also affect the growth of seagrass. This difference isthought to be due to the high activity of the people who live around Borgo beach in the form of householdwaste disposal and fishing activities, namely the intensity of boat traffic and boat moorings, while onPasir Panjang Beach, Basan I Village is far from residential areas and is a tourist area that is not yetvery touristy. Stout is known by many people so it is still in good condition and maintained. Measurementof environmental parameters of the waters of Borgo Village Beach and Basaan I Village Beach are stillin optimum conditions for seagrass plants and development. Keywords: Seagrass, Morphometrics, Meristic, Borgo Village, Basaan I VillageABSTRAK Lamun adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang secara penuh beradaptasi pada lingkungan perairan. Lamun mampu hidup di air asin; meski terbenam dalam air asin lamun tetapberfungsi normal. Fungsi dan peranan lamun, bergantung pada jumlah helaian daun, panjang daun,lebar daun, serta biomassa total, yang kesemuanya itu sangat ditentukan kondisi setempat. Penelitianini dilakukan di Kabupaten Minahasa Tenggara di Pantai Desa Borgo Kecamatan Belang dan PantaiDesa Basaan I Kecamatan Ratatotok. Penelitin ini bertujuan untuk mengukur morfometrik dan meristiklamun jenis Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii dan Syringodium isoetifolium. Pengambilansampel lamun dilakukan dengan menggunakan metode survei jelajah, sebanyak 10 individu untukmasing-masing jenis di setiap lokasi penelitian, sampel diambil dengan mengunakan pisau dicuci dandimasukkan kedalam plastik sampel. Kemudian diukur dengan menggunakan mistar kaliper. Hasil yangdiperoleh dari ketiga lamun jenis Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii dan Syringodium isoetifoliumadalah berbeda ukuran morfomertik dan meristik dari ketiga lamun tersebut lebih besar yang berada diPantai Basaan I dibandingkan dengan yang ada di Pantai Borgo. Hal ini di karenakan di Pantai Borgobanyak terjadi aktivitas manusia yang sangat mempegaruhi aktivitas ukuran morfometrik dan meristik yang akhirnya juga berpengaruh pada pertumbuhan lamun. Perbedaan ini diduga karena tingginyaaktifitas penduduk yang bermukim disekitar pantai Borgo berupa pembuangan limbah rumah tanggaserta aktivitas kegiatan perikanan yaitu intensitas lalu lalang perahu serta tempat tambatan perahu,sedangkan di Pantai pasir panjang Desa Basan I jauh dari pemukiman warga dan merupakan daerahwisata yang belum terlalu bayak diketahui oleh banyak orang sehingga masih memiliki kondisi yangbaik dan terjaga. Pengukuran parameter lingkungan perairan Pantai Desa Borgo dan Pantai DesaBasaan I masih dalam kondisi yang optimum bagi tumbuhan dan perkembangan lamun. Kata Kunci: Lamun, Morfometrik, Meristik, Desa Borgo, Desa Basaan

    Efek Toksisitas Polutan Tributiltin Terhadap Sel Alga Laut, Kappaphycus Alvarezii

    Get PDF
    Pengaruh subletal TBT pada morfologi sel ganggang terjadi pada konsentrasi 2 ppm -10 ppm, dimulai dengan Perubahan warna yang pudar diikuti dengan pemutihan di tallus. Secara histopatologi, konsentrasi 2-4 ppm struktur sel alga masih utuh sama seperti kontrol, dimana korteks dan medula terdiri dari serangkaian sel berbentuk bulat. Pada konsentrasi TBT 6 ppm, terlihat batas antara sel korteks dan medula hampir tidak ada dan sel menjadi sangat tipis, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi (8 dan 10 ppm) sel korteks dan medula sudah rusak total

    TRANSPLANTASI KARANG BATU BERCABANG DI PERAIRAN TANJUNG PAPUTUNGAN

    Get PDF
    The formation of coral reefs is a long and complex process. The process of forming coral reefs begins with the attachment of various lime-producing biota on a hard substrate. Coral reefs take quite a long time to recover and are highly dependent on water conditions. Until now, pressures caused by human activities such as pollution from land and destructive fisheries practices have been considered a major threat to coral reefs. Efforts to overcome damage to coral reef ecosystems can be done by developing coral transplantation techniques. In response to this, the research wiil apply the method of artificial reefs from concrete blocks as a container for the installation of colonies of Acropora formosa spesies and Porites cylindrica spesies. A total of 75 branched coral colonies were transplanted in the waters of 75 branched coral colonies were transplanted in the waters of the Paputungan cape 39 colonies of branched growth forms of Acropora form and 36 colonies of branched grotwth forms of Porites cylindrica spesies were transplanted in artificial reef units. Data collection in the field in the form colonies that were successfully transplanted into artificial reef units totaling 6 units will be documented using cameras from each block taken perpendicular pictures and photographing colonies from earch artificial reef unit. The results of the shoot were then analyzed using software of the Image-J application. At the end of the observation process, it was found that the highest resistence of transplane colonies was 97.2 % where there were 35 surviving colonies and 1 dead colony out of a total of 36 colonies transplanted by Porites cylindrica spesies. Meanwhile, observations found that the lowest resistnce of transplant colonies that survived and 13 colonies that died out of a total of 39 colonies transplanted by acropora formosa spesies. Acropora formosa has a relatively fast increase compared to Porites cylindrica spesies. The highest accretion was dominated by the 18.05 mm fragment-size Acropora formosa spesies at the end of the sixth lunar observation.Keywords: Restoration, transplantation, Branching Coral, Tanjung Paputungan, North Minahasa ABSTRAKTerbentuknya terumbu karang merupakan suatu proses yang lama dan kompleks. Proses terbentuknya terumbu karang dimulai dengan penempelan berbagai biota penghasil kapur pada substrat yang keras. Terumbu karang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih kembali dan sangat tergantung dari kondisi perairan. Hingga kini, tekanan yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti pencemaran dari daratan dan praktek perikanan yang merusak telah dianggap sebagai ancaman utama untuk terumbu karang. Upaya penanggulangan kerusakan ekosistem terumbu karang dapat dilakukan dengan menggembangkan teknik transplantasi karang (coral transplantation). Menanggapi hal tersebut, maka dalam penelitian kali akan menerapkan metode terumbu buatan dari blok beton sebagai wadah untuk pemasangan koloni spesies Acropora formosa dan spesies Porites cylindrica. Sebanyak 75 koloni karang bercabang yang di transplantasi di perairan tanjung Paputungan 39 koloni bentuk pertumbuhan bercabang spesies Acropora formosa dan 36 koloni bentuk pertumbuhan bercabang spesies Porites cylindrica ditransplantasikan pada unit terumbu buatan. Pengambilan data dilapangan berupa Koloni yang berhasil di transplantasi ke unit terumbu buatan berjumlah 6 unit akan didokumentasikan menggunakan kamera dari tiap-tiap blok di ambil gambar tegak lurus dan memotret koloni dari masing-masing unit terumbu buatan. Hasil pemotretan tersebut selanjutnya dianalisa menggunakan sofware atau aplikasi Image-J. Akhir proses pengamatan ditemukan bahwa ketahanan koloni transplan tertinggi yaitu 97,2 % dimana terdapat 35 koloni yang bertahan hidup dan 1 koloni yang mati dari total 36 koloni yang di transplantasi spesies Porites cylindrica. Sedangkan pengamatan ditemukan bahwa ketahanan koloni transplan terendah yaitu 66,6 % dimana terdapat 26 koloni yang bertahan hidup dan 13 koloni yang mati dari total 39 koloni yang di transplantasi spesies Acropora formosa. Acropora formosa mempunyai pertambahan relatif cepat di bandingkan janis Porites cylindrica. Pertambahan paling tinggi didominasi oleh spesies Acropora formosa ukuran fragmen 18,05 mm di akhir pengamatan bulan keenam.Kata Kunci: Restorasi, Transplantasi, Karang bercabang, Tanjung Paputungan, Minahasa Utar

    PENGARUH LOGAM BERAT TIMBAL TERHADAP PERTUMBUHAN ALGA Halimeda opuntia YANG DIKULTUR DALAM WADAH TERKONTROL

    Get PDF
    Heavy metal is a very dangerous pollutant waste for it cannot be destroyed (non-degradable) and over time it will accumulate in the ocean. This study aims to determine the lead content in sediment, water and algal thallus as well as to determine the algae growth that has been treated with lead. The research method used was a completely randomized design (CRD) which consisted of 3 treatments, using different treatments for each sample. The highest metal content obtained in the sediment was 5,124 ppm, in the water was 0.120 ppm, and in the algae thallus was 4,816 ppm respectively. The results showed that Halimeda opuntia algae can grow even in an environment contaminated with lead heavy metal and can become a bioremediation agent by absorbing lead heavy metal. Keywords: Halimeda opuntia, Lead Heavy Metal, Algae Culture, Bioremediation             Logam berat merupakan salah satu limbah pencemar yang sangat berbahaya karena tidak dapat dihancurkan (non degradable) dan dapat terakumulasi di perairan laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan timbal pada sedimen, air dan thallus alga yang dikultur serta mengetahui pertumbuhan alga yang telah diberi perlakuan timbal. Metode penelitian mengunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan, dengan menggunakan perlakuan yang berbeda pada tiap sampel dan kontrol. Kandungan logam tertinggi yang didapatkan pada sedimen yaitu sebesar 5,124 ppm, pada air sebesar 0,120 ppm, dan pada thallus alga sebesar 4,816 ppm. Hasil yang diperoleh yaitu alga Halimeda opuntia dapat bertumbuh walaupun dalam lingkungan yang tercemar logam berat timbal serta mampu menjadi agen bioremediasi dengan menyerap logam berat timbal. Kata kunci: Halimeda opuntia, Logam BeratTimbal, Kultur Alga, Bioremedias

    STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI PERAIRAN DESA BAJO KECAMATAN SANANA UTARA KABUPATEN KEPULAUAN SULA PROVINSI MALUKU UTARA

    Get PDF
    The purpose of this study was to determine the types of seagrass found in the waters of BajoVillage.determine the value of diversity, uniformity, dominance and IVI of seagrass in the waters. Thisresearch was conducted in the watersBajo Village, North Sanana District, Sula Islands Regency, NorthMaluku in October 2022. The research method used in this research is the quadratic transect method.This method consists of 2 sampling stations which are about 400 meters apart. The transect line isdrawn perpendicular from the beach to the sea for 100 m and then placed on the right side of thetransect line. The distance between one square and another is 10 m so that the total squares on eachtransect are 11. Data collection was carried out 3 times with a distance of 50 m from the first transectline to another transect line which was carried out in 2 stations. From this method the types of seagrassfound in Bajo Village Waters areT. hemprichii, C. rotundata, E. acoroides, H. pinifolia, H. minor, H.uninervis, and C. serrulata. It is known that the highest seagrass Important Value Index at Station 1 isobtained from seagrass speciesC. rotundataand the lowest in seagrass speciesH. pinifolia, and atstation 2 the highest IVI was found in seagrass speciesE.acoroidsand the lowest on seagrass speciesH.uninervis. The results of measuring the diversity index at station 1 obtained a value of 1.60, and forstation 2 a value of 0.95 was obtained. 2 for 0.17 with, and the dominance value generated at station 1is 0.30 and for station 2 is 0.70 which characterizes the absence of a dominant species.Keywords: Seagrass Community Structure, Bajo Village Waters ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui jenis jenis lamun yang ditemukan di perairanDesa Bajo. mengetahui nilai keanekaragaman, keseragaman, dominansi dan INP lamun di perairan.Penelitian ini dilakukan di perairan Desa Bajo Kecamatan Sanana Utara Kabupaten Kepulauan SulaMaluku Utara pada bulan Oktober 2022. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode transek kuadrat, Dalam metode ini terdiri dari 2 stasiun pengambilan sampel yang memilikijarak sekitar 400 meter. Garis transek ditarik tegak lurus dari pantai menuju laut sepanjang 100 mkemudian diletakkan di sisi kanan garis transek. Jarak antar kuadrat satu dengan yang lainnya adalah10 m sehingga total kuadrat pada setiap transek adalah 11. Pengambilan data dilakukan sebanyak 3kali pengulangan dengan jarak 50 m dari garis transek pertama menuju garis transek lainnya yangdilakukan dalam 2 stasiun. Dari metode tersebut jenis lamun yang ditemukan pada Perairan Desa Bajoyaitu T. hemprichii, C. rotundata, E. acoroides, H. pinifolia, H. minor, H. uninervis, dan C. serrulata.Diketahui bahwa Indeks Nilai Penting lamun tertinggi pada Stasiun 1 didapatkan pada jenis lamun C.rotundata dan terendah pada jenis lamun H. pinifolia, dan pada stasiun 2 INP tertinggi di temukapanpada jenis lamun E. acoroides dan terrendah pada jenis lamun H. uninervis. Hasil pengukuran indekskeanekaragaman pada stasiun 1 diperoleh nilai sebesar 1,60, dan untuk stasiun 2 di peroleh nilaisebesar 0,95 indeks keseragaman tergolong pada keseragaman yang stabil dengan di peroleh nilaiindeks keseragaman pada stasiun 1 menggambarkan hasil sebesar 0,14 dan pada sasiun 2 sebesar0.17 dengan, dan nilai dominansi yang dihasilkan pada stasiun 1 sebesar 0,30 dan untuk stasiun 2sebesar 0.70 yang mencirikan tidak adanya jenis yang dominan.Kata kunci : Struktur Komunitas Lamun, Perairan Desa Bajo   &nbsp

    ISOLASI BAKTERI YANG BERSIMBION DENGAN ASCIDIAN Herdmania momus YANG MEMILIKI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

    Get PDF
     Ascidian is marine invertebrates in coral reef ecosystems that produce many bioactive compounds for pharmacology. The presence of symbiotic bacteria with marine organisms is protected the host biota by producing secondary metabolites. The purpose of this study is to obtain symbiotic bacterial isolates with Herdmania momus ascidian, then to observe the antibacterial activity of these bacterial isolates against Escherichia coli, and Staphylococcus aureus. Isolation and culture of the symbiotic bacteria were made on Nutrient Agar and Zobell Marine Broth media. The antibacterial screening showed that the Herdmania momus symbiotic bacteria were able to inhibit the growth of Staphylococcus aureus and Escherichia coli.Keywords: ascidians, Herdmania momus, bacteria, isolation, antibacterialAbstak          Ascidian adalah avetebrata laut di ekosistem terumbu karang yang banyak menghasilkan senyawa bioaktif untuk bidang farmakologi. Keberadaan bakteri yang bersimbion dengan organisme laut pada umumnya untuk melindungi biota yang ditumpanginya dan dirinya dengan cara menghasilkan senyawa metabolit sekunder. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan isolat bakteri yang bersimbion dengan ascidian Herdmania momus, kemudian mengamati aktivitas antibakteri dari isolat bakteri tersebut terhadap Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus. Isolasi dan kultur bakteri yang bersimbion dengan ascidian dibuat pada media Nutrient Agar dan Zobell Marine Broth. Skrining aktivitas antibakteri menunjukkan isolat bakteri yang bersimbion dengan ascidian Herdmania momus mampu menghambat pertumbuhan organisme uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.Kata kunci: ascidian, Herdmania momus, bakteri, isolasi, antibakter

    KEANEKARAGAMAN JENIS, KEPADATAN, DOMINANSI, DAN POLA PENYEBARAN ALGA HIJAU DI PERAIRAN PANTAI KALASEY MINAHASA SULAWESI UTARA

    Get PDF
    At the study site found sandy, muddy, sand mixed with dead coral, broken coral and rock substrates. Overall, the dominant substrate is sand mixed with silt. The surface temperature of the waters at the study site at the time of sampling based on environmental parameter measurements was 33°C, which means that the temperature at the research location is considered ideal. The salinity value at the time of sampling in Kalasey waters was 30‰. Based on the results of measuring the pH using a PH meter, the value obtained was 7. There were 4 species of green algae at the study site, almost all types of green algae had a dominant density such as Acetabularia acetabulum and some had relatively less density such as Halimeda opuntia. The diversity of Hʹ index values indicates Moderate diversity and moderate community conditions, there are several species that dominate these waters such as Acetabularia acetabulum whose number is more than the other species.Keywords: Diversity Of Green Algae, Kalasey Beach ABSTRAKDi lokasi penelitian ditemukan substrat berpasir, berlumpur, pasir bercampur dengan karang mati, patahan karang serta batuan. Secara keseluruhan substrat yang mendominasi yaitu pasir bercampur lumpur. Suhu permukaan perairan di lokasi penelitian pada saat pengambilan sampel berdasarkan pengukuran parameter lingkungan adalah 33°C yang berarti bahwa suhu di lokasi penelitian tersebut tergolong ideal. Nilai salinitas pada saat pengambilan sampel di perairan kalasey yaitu 30‰. Berdasarkan hasil pengukuran PH dengan menggunakan alat pengukur PH nilai yang diperoleh adalah 7. Terdapat 4 spesies alga hijau di lokasi penelitian tersebut, hampir semua jenis alga hijau memiliki jumlah kepadatan yang dominan seperti Acetabularia acetabulum dan ada juga memiliki jumlah kepadatan yang relatif kurang seperti Halimeda opuntia. Keanekaragaman nilai indeks Hʹ menunjukkan keanekaragaman Sedang dan keadaan komunitas yang sedang, ada beberapa spesies yang yang mendominasi perairan tersebut seperti Acetabularia acetabulum yang jumlahnya lebih banyak dibanding jenis yang lain.Kata Kunci: Keanekaragaman Jenis Alga Hijau, Pantai Kalase

    STUDI MORFOMETRIK Thalassia hemprichii DAN Enhalus acoroides PERAIRAN SEKITAR DI DESA WORI KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA

    Get PDF
    Seagrass has roots, rhizomes, stems, and leaves like land plants (grasses) in general. Seagrass ecosystems are complex ecosystems and have important functions and benefits for coastal waters. Study aimed to describe the morphological characteristics of seagrass Thalassia hemprichiiand Enhalus acoroides and to compare the size of seagrass Thalassia hemprichii and Enhalus acoroides that lived in muddy-sand and sand-rubble substrates. Sampling was carried out using the cruising survey method and morphometric measurements using a digital caliper. The average length of the leaves in the muddy sand substrate was 9.1 cm and 9.3 cm in the crushed coral sand substrate.Independent T-test for Thalassia hemprichii and Enhalus acoroides showed no significant difference in their morphometrics, except for the length of the rhizome which showed a significant difference.Keywords: Seagrass, morphometric, Village WoriABSTRAKLamun memiliki akar, rhizoma, batang, dan daun seperti tumbuhan (rerumputan) darat pada umumnya. Ekosistem padang lamun adalah ekosistem yang kompleks dan mempunyai fungsi serta manfaat penting untuk wilayah perairan pesisir. Rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana deskripsi karakteristik morfologi lamun Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides dan bagaimana membandingkan rata – rata ukuran lamun Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan karakteristik morfologi lamun Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides dan mengetahui membandingkan rata -rata ukuran lamun Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode survey jelajah dan pengukuran morfometrik menggunakan caliper. Hasil rata – rata ukuran panjang daun di substrat pasir berlumpur 9,1 cm dan di substrat pasir pecahan karang 9,3 cm. Uji T independen Thalassia hemprichii tidak menunjukkan ada perbedaan nyata dan Enhalus acoroides tidak menunjukkan ada perbedaan nyata, kecuali terhadap panjang rhizoma yang menunjukkan perbedaan nyata.Kata Kunci: Lamun, Morfometrik, Desa Wor

    STUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI SEKITAR DESA TOSEHO KECAMATAN OBA KOTA TIDORE KEPULAUAN

    Get PDF
    Seagrasses are flowering plants that are fully adapted to being immersed in seawater. Seagrass plants consist of rhizomes, leaves and roots. This study aims to identify the types of seagrasses and determine the structure of seagrass community. This research was conducted in July 2023 around Toseho Village, Oba Subdistrict, Tidore City Kepulaun with coordinate points on transect 1 which is 0°21'20.72 "U, 127°38'58.46 "T. on transect 2 0°21'21.78 "U, 127°38'57.32 "T and on transect 3 which is 0°21'22.86 "U, 127°38'56.14 "T. The method used in this research is quadrant line transect method. Based on the results of the study, it can be concluded that there are 6 types of seagras in Toseho Village, namely Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, Halodule univervis and Sryngodium isoetifolium. From the results of data analysis, it was found that Thalassia hemprichii was the most dominating seagrass species in each of the 3 quadrant transects. Seagrass species diversity in Toseho Village has a medium level of species diversity (1 ≤H'≤3 Medium species diversity).Keywords: Seagrass, Community Structure, Toseho Village ABSTRAKLamun merupakan tumbuhan berbunga yang sepenuhnya menyesuaikan diri untuk terbenam dalam air laut. Tumbuhan lamun terdiri dari rhizome, daun dan akar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasih jenis-jenis lamun dan mengetahui struktur komunitas padang lamun. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2023 di sekitar Desa Toseho Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulaun dengan titik kordinat pada transek 1 yaitu 0°21’20.72”U, 127°38’58.46”T. pada transek 2 0°21’21.78”U, 127°38’57.32”T dan pada transek 3 yaitu 0°21’22.86”U, 127°38’56.14”T. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode line transek kuadran. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ditemukannya 6 jenis lamun di Desa Toseho yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, Halodule univervis dan Sryngodium isoetifolium. Dari hasil analisi data didapatkan bahwa Thalassia hemprichii merupakan jenis lamun yang paling mendominasi di setiap 3 transek kuadran. Kenekaraman jenis lamun di Desa Toseho memiliki tingkat keanekaragaman jenis sedang (1 ≤H′ ≤ 3 Keanekaragaman spesies sedang).Kata Kunci: Seagrass, Community Structure, Toseho Villag
    corecore