6 research outputs found

    Analysis of Heavy Metal Polution in River Mouths and Estuaries Tondano and Sario in Manado City North Sulawesi

    Get PDF
    This study aims to determine the concentration of heavy metal Hg and Pb in estuary waters Tondano and Sario River in the Bay of Manado, and compare the state of the estuary waters Tondano with Sario estuary waters. Information obtained from this study is expected to be useful for the management of the marine environment, particularly coastal waters, so the environmental monitoring and utilization of coastal areas can be better implemented. The study was conducted for 4 months from September to December 2013. Analasis heavy metal analysis was performed according to the instructions better for Hg, Zn and Pb. The content of Hg and Zn in the water column in the estuary waters Tondano and Sario still within tolerable levels. The content of Pb in the water column in the estuary waters and estuary Tondano and Sario has passed the specified levels and has passed the tolerable levels. Human activity continues to grow around the Gulf waters of Manado so may result in appropriate changes that can lead to contamination, because it is necessary to monitor water quality regularly and continuously. Keywords: pollution, heavy metals, water quality A b s t r a k Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi logam berat Hg dan Pb pada Perairan Muara Sungai Tondano dan Sungai Sario di Teluk Manado, serta membandingkan keadaan Perairan Muara Sungai Tondano dengan Perairan Muara Sungai Sario. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengelolaan lingkungan perairan, khususnya perairan pantai, sehingga pemantauan lingkungan dan pemanfaatan wilayah pesisir pantai dapat dilaksanakan lebih baik. Penelitian dilakukan selama 4 bulan sejak bulan September sampai dengan bulan Desember 2013. Analasis logam berat dilakukan menurut petunjuk analisis baik untuk Hg, Zn dan Pb. Kandungan Hg dan Zn pada kolom air pada perairan Muara Sungai Tondano dan Muara Sungai Sario masih dalam kadar yang ditoleransi. Kandungan Pb pada kolom air di perairan Muara Sungai Tondano dan Muara Sungai Sario telah melewati kadar yang ditetapkan dan telah melewati kadar yang ditoleransi. Adanya aktivitas manusia yang terus berkembang di sekitar Perairan Teluk Manado sehingga dapat mengakibatkan terjadinya Perubahan-Perubahan secara tepat yang dapat mengakibatkan pencemaran, karena itu perlu diadakan pemantauan kualitas air secara berkala dan berkesinambungan

    Efek Toksisitas Polutan Tributiltin Terhadap Sel Alga Laut, Kappaphycus Alvarezii

    Get PDF
    Pengaruh subletal TBT pada morfologi sel ganggang terjadi pada konsentrasi 2 ppm -10 ppm, dimulai dengan Perubahan warna yang pudar diikuti dengan pemutihan di tallus. Secara histopatologi, konsentrasi 2-4 ppm struktur sel alga masih utuh sama seperti kontrol, dimana korteks dan medula terdiri dari serangkaian sel berbentuk bulat. Pada konsentrasi TBT 6 ppm, terlihat batas antara sel korteks dan medula hampir tidak ada dan sel menjadi sangat tipis, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi (8 dan 10 ppm) sel korteks dan medula sudah rusak total

    TRANSPLANTASI KARANG BATU BERCABANG DI PERAIRAN TANJUNG PAPUTUNGAN

    Get PDF
    The formation of coral reefs is a long and complex process. The process of forming coral reefs begins with the attachment of various lime-producing biota on a hard substrate. Coral reefs take quite a long time to recover and are highly dependent on water conditions. Until now, pressures caused by human activities such as pollution from land and destructive fisheries practices have been considered a major threat to coral reefs. Efforts to overcome damage to coral reef ecosystems can be done by developing coral transplantation techniques. In response to this, the research wiil apply the method of artificial reefs from concrete blocks as a container for the installation of colonies of Acropora formosa spesies and Porites cylindrica spesies. A total of 75 branched coral colonies were transplanted in the waters of 75 branched coral colonies were transplanted in the waters of the Paputungan cape 39 colonies of branched growth forms of Acropora form and 36 colonies of branched grotwth forms of Porites cylindrica spesies were transplanted in artificial reef units. Data collection in the field in the form colonies that were successfully transplanted into artificial reef units totaling 6 units will be documented using cameras from each block taken perpendicular pictures and photographing colonies from earch artificial reef unit. The results of the shoot were then analyzed using software of the Image-J application. At the end of the observation process, it was found that the highest resistence of transplane colonies was 97.2 % where there were 35 surviving colonies and 1 dead colony out of a total of 36 colonies transplanted by Porites cylindrica spesies. Meanwhile, observations found that the lowest resistnce of transplant colonies that survived and 13 colonies that died out of a total of 39 colonies transplanted by acropora formosa spesies. Acropora formosa has a relatively fast increase compared to Porites cylindrica spesies. The highest accretion was dominated by the 18.05 mm fragment-size Acropora formosa spesies at the end of the sixth lunar observation.Keywords: Restoration, transplantation, Branching Coral, Tanjung Paputungan, North Minahasa ABSTRAKTerbentuknya terumbu karang merupakan suatu proses yang lama dan kompleks. Proses terbentuknya terumbu karang dimulai dengan penempelan berbagai biota penghasil kapur pada substrat yang keras. Terumbu karang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih kembali dan sangat tergantung dari kondisi perairan. Hingga kini, tekanan yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti pencemaran dari daratan dan praktek perikanan yang merusak telah dianggap sebagai ancaman utama untuk terumbu karang. Upaya penanggulangan kerusakan ekosistem terumbu karang dapat dilakukan dengan menggembangkan teknik transplantasi karang (coral transplantation). Menanggapi hal tersebut, maka dalam penelitian kali akan menerapkan metode terumbu buatan dari blok beton sebagai wadah untuk pemasangan koloni spesies Acropora formosa dan spesies Porites cylindrica. Sebanyak 75 koloni karang bercabang yang di transplantasi di perairan tanjung Paputungan 39 koloni bentuk pertumbuhan bercabang spesies Acropora formosa dan 36 koloni bentuk pertumbuhan bercabang spesies Porites cylindrica ditransplantasikan pada unit terumbu buatan. Pengambilan data dilapangan berupa Koloni yang berhasil di transplantasi ke unit terumbu buatan berjumlah 6 unit akan didokumentasikan menggunakan kamera dari tiap-tiap blok di ambil gambar tegak lurus dan memotret koloni dari masing-masing unit terumbu buatan. Hasil pemotretan tersebut selanjutnya dianalisa menggunakan sofware atau aplikasi Image-J. Akhir proses pengamatan ditemukan bahwa ketahanan koloni transplan tertinggi yaitu 97,2 % dimana terdapat 35 koloni yang bertahan hidup dan 1 koloni yang mati dari total 36 koloni yang di transplantasi spesies Porites cylindrica. Sedangkan pengamatan ditemukan bahwa ketahanan koloni transplan terendah yaitu 66,6 % dimana terdapat 26 koloni yang bertahan hidup dan 13 koloni yang mati dari total 39 koloni yang di transplantasi spesies Acropora formosa. Acropora formosa mempunyai pertambahan relatif cepat di bandingkan janis Porites cylindrica. Pertambahan paling tinggi didominasi oleh spesies Acropora formosa ukuran fragmen 18,05 mm di akhir pengamatan bulan keenam.Kata Kunci: Restorasi, Transplantasi, Karang bercabang, Tanjung Paputungan, Minahasa Utar

    STUDI MORFOMETRIK Thalassia hemprichii DAN Enhalus acoroides PERAIRAN SEKITAR DI DESA WORI KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA

    Get PDF
    Seagrass has roots, rhizomes, stems, and leaves like land plants (grasses) in general. Seagrass ecosystems are complex ecosystems and have important functions and benefits for coastal waters. Study aimed to describe the morphological characteristics of seagrass Thalassia hemprichiiand Enhalus acoroides and to compare the size of seagrass Thalassia hemprichii and Enhalus acoroides that lived in muddy-sand and sand-rubble substrates. Sampling was carried out using the cruising survey method and morphometric measurements using a digital caliper. The average length of the leaves in the muddy sand substrate was 9.1 cm and 9.3 cm in the crushed coral sand substrate.Independent T-test for Thalassia hemprichii and Enhalus acoroides showed no significant difference in their morphometrics, except for the length of the rhizome which showed a significant difference.Keywords: Seagrass, morphometric, Village WoriABSTRAKLamun memiliki akar, rhizoma, batang, dan daun seperti tumbuhan (rerumputan) darat pada umumnya. Ekosistem padang lamun adalah ekosistem yang kompleks dan mempunyai fungsi serta manfaat penting untuk wilayah perairan pesisir. Rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana deskripsi karakteristik morfologi lamun Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides dan bagaimana membandingkan rata – rata ukuran lamun Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan karakteristik morfologi lamun Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides dan mengetahui membandingkan rata -rata ukuran lamun Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode survey jelajah dan pengukuran morfometrik menggunakan caliper. Hasil rata – rata ukuran panjang daun di substrat pasir berlumpur 9,1 cm dan di substrat pasir pecahan karang 9,3 cm. Uji T independen Thalassia hemprichii tidak menunjukkan ada perbedaan nyata dan Enhalus acoroides tidak menunjukkan ada perbedaan nyata, kecuali terhadap panjang rhizoma yang menunjukkan perbedaan nyata.Kata Kunci: Lamun, Morfometrik, Desa Wor

    KEANEKARAGAMAN JENIS, KEPADATAN, DOMINANSI, DAN POLA PENYEBARAN ALGA HIJAU DI PERAIRAN PANTAI KALASEY MINAHASA SULAWESI UTARA

    Get PDF
    At the study site found sandy, muddy, sand mixed with dead coral, broken coral and rock substrates. Overall, the dominant substrate is sand mixed with silt. The surface temperature of the waters at the study site at the time of sampling based on environmental parameter measurements was 33°C, which means that the temperature at the research location is considered ideal. The salinity value at the time of sampling in Kalasey waters was 30‰. Based on the results of measuring the pH using a PH meter, the value obtained was 7. There were 4 species of green algae at the study site, almost all types of green algae had a dominant density such as Acetabularia acetabulum and some had relatively less density such as Halimeda opuntia. The diversity of Hʹ index values indicates Moderate diversity and moderate community conditions, there are several species that dominate these waters such as Acetabularia acetabulum whose number is more than the other species.Keywords: Diversity Of Green Algae, Kalasey Beach ABSTRAKDi lokasi penelitian ditemukan substrat berpasir, berlumpur, pasir bercampur dengan karang mati, patahan karang serta batuan. Secara keseluruhan substrat yang mendominasi yaitu pasir bercampur lumpur. Suhu permukaan perairan di lokasi penelitian pada saat pengambilan sampel berdasarkan pengukuran parameter lingkungan adalah 33°C yang berarti bahwa suhu di lokasi penelitian tersebut tergolong ideal. Nilai salinitas pada saat pengambilan sampel di perairan kalasey yaitu 30‰. Berdasarkan hasil pengukuran PH dengan menggunakan alat pengukur PH nilai yang diperoleh adalah 7. Terdapat 4 spesies alga hijau di lokasi penelitian tersebut, hampir semua jenis alga hijau memiliki jumlah kepadatan yang dominan seperti Acetabularia acetabulum dan ada juga memiliki jumlah kepadatan yang relatif kurang seperti Halimeda opuntia. Keanekaragaman nilai indeks Hʹ menunjukkan keanekaragaman Sedang dan keadaan komunitas yang sedang, ada beberapa spesies yang yang mendominasi perairan tersebut seperti Acetabularia acetabulum yang jumlahnya lebih banyak dibanding jenis yang lain.Kata Kunci: Keanekaragaman Jenis Alga Hijau, Pantai Kalase
    corecore