18 research outputs found

    Suitability of Teak Log Quality from Gunung Kidul and Bantul Yogyakarta Community Forest for Export Meubel Purpose

    Get PDF
    Natural defect or poor log quality are common in community teak forests. Furniture manufacturers typically use these log types for export purposes. The aim of this study is to determine the effect of community teak forest location and teak stand age affect on teak wood quality. Three teak forest locations were Bantul and two locations in Gunung Kidul. The teak stand age class namely 6, 8, and 10 years old. The data was analyzed using SPSS 20.0 with Tukey test. The result showed that brittleness defect, sapwood defect, and different wooden knot defects were significant in all locations, while log straightness defect was found only in Dlingo. Similarly, all teak stand age (6, 8, and 10 years old) also produced the same defects such as brittleness defect, sapwood defect, and wood knot defect, while the straightness defect at the age of 10 years old was different from to other two teak stand age (6 and 8-year-old). Average teak log defects were straightness defect 1.87-3.53%, brittleness defect 1.19–6.21%, sapwood defect 1.49-4.82 cm, and wood knot defect 5.10-11.46 cm. However, the teak log quality still met the SNI 7534.2-2010 and 7535.2-2010 as raw material for exporting furniture

    Pengaruh Suhu dan Metode Perlakuan Panas terhadap Sifat Fisika dan Kualitas Finishing Kayu Mahoni

    Get PDF
    Perlakuan panas dikenal sebagai metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas dimensi dan menurunkan higroskopisitas. Di sisi lain, perlakuan panas dapat membuat warna kayu menjadi lebih gelap, penurunan sifat mekanika kayu, dan sifat wetabilitas kayu. Oleh karena itu, penelitian mengenai perlakuan panas pada kondisi yang optimum sangat menarik untuk dilakukan agar menghasilkan kayu dengan kualitas yang lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh interaksi suhu dan metode perlakuan panas terhadap sifat fisika dan kualitas finishing kayu mahoni. Contoh uji perlakuan dibuat dari kayu mahoni yang berasal dari industri penggergajian kayu rakyat. Penelitian ini menggunakan 2 metode perlakuan panas yaitu metode oven dan penguapan (steaming) pada variasi suhu 90°C, 120°C, dan 150°C selama 2 jam waktu efektif. Pengujian sifat fisika diuji berdasarkan standar ASTM, yang meliputi : kadar air seimbang, perubahan dimensi, perubahan warna, dan wetabilitas. Pengujian finishing meliputi cross cut test, uji delaminasi, dan uji kekilapan (glossy test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara suhu dan metode perlakuan panas berpengaruh sangat nyata terhadap perubahan warna, serta berpengaruh nyata terhadap penyusutan radial, cross cut test, dan uji delaminasi. Metode oven menghasilkan contoh uji dengan kadar air dan pengembangan radial yang lebih rendah, warna yang lebih terang, serta uji delaminasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode penguapan.Kata kunci: perlakuan panas, metode oven, metode penguapan, suhu, finishing Effect of temperature and heat treatment on physical properties and finishing quality of mahagony woodAbstractHeat treatment is well known as a method for increasing dimensional stability and reducing hygroscopicity of wood. However, heat tratment can cause the color of wood become darker and reduce the wettability, as well as its mechanical properties. Therefore, the optimum condition of heat treatment is essential to be studied to obtain the high quality of properties treated wood. This research focused on investigating the heating temperature and treatment method on physical properties and finishing quality of mahagony wood. Two treatment methods, i.e. oven method and steaming method, were used in this research. The heating temperatures were set at 90°C, 120°C, and 150°C. The effective heating time was 2 h. The wood physical properties were tested according to ASTM standards and wood finishing quality were tested for its cross cut, delamination, and glossy test. The results showed that interaction between treatment method and heating temperature affected significantly on the change in color, radial shrinkage, cross cut test, and delamination test. Oven method resulted in reducing moisture content and radial shrinkage, light color, and better quality of wood, compared to steaming method. 

    Sifat Fisika Mekanika dan Ketahanan Papan Partikel Bambu dengan Perekat Asam Sitrat terhadap Serangan Rayap Kayu Kering

    Get PDF
    Penelitian mengenai penggunaan asam sitrat sebagai agen pengikat alami masih relatif sedikit. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada pengaruh jumlah asam sitrat dan suhu pengempaan terhadap sifat papan partikel bambu, termasuk ketahanannya terhadap serangan rayap kayu kering. Bahan penelitian adalah partikel bambu petung. Komposisi kimia bahan baku bambu diuji untuk kadar ekstraktif, holoselulosa, lignin, dan alfa selulosa. Faktor pada penelitian ini adalah jumlah asam sitrat (0 - 40%) berdasarkan berat kering udara partikel) dan suhu pengempaan (200 oC dan 220 oC). Sifat fisika dan mekanika papan partikel diuji berdasarkan standar pengujian JIS A 5908. Analisis menggunakan Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) juga dilakukan untuk mengetahui perubahan gugus ester pada berbagai jumlah asam sitrat dan suhu pengempaan. Pengujian ketahanan terhadap serangan rayap kayu kering juga dilakukan dengan menghitung nilai pengurangan berat dan mortalitas rayap setelah 6 minggu. Hasil pengujian menunjukkan bahwa interaksi kedua faktor berpengaruh nyata terhadap nilai pengembangan tebal, penyerapan air, modulus elastisitas dan modulus patah. Intensitas gugus C=O yang ditunjukkan pada puncak 1720 cm-1 semakin bertambah besar seiiring dengan semakin banyaknya jumlah asam sitrat, yang menyebabkan kekuatan perekatan dan stabilitas dimensi papan partikel menjadi semakin kuat. Kondisi optimum pada penelitian ini adalah papan partikel dengan penambahan jumlah asam sitrat 20 % pada suhu pengempaan 200 oC dengan kualitas yang dapat memenuhi standar JIS A 5908 tipe 8. Penambahan asam sitrat dapat meningkatkan mortalitas rayap kayu kering secara nyata. Penambahan 20 % asam sitrat pada suhu pengempaan 200 oC menghasilkan nilai pengurangan berat 0,9 % dan mortalitas rayap 57 %.Kata kunci: bambu petung, asam sitrat, suhu pengempaan, jumlah asam sitrat. Mechanical properties and durability against the dry termite attacks of particleboard made from bamboo with citric acid as adhesive AbstractResearch on development of citric acid as natural adhesive are still limited. Therefore this research focused on effects of citric acid content and pressing temperature on properties of particleboard made from bamboo, including its durability to the dry termite attacks. Petung bamboo particles were used as raw materials. Chemical characteristics of petung bamboo were analyzed for its extractive, lignin, holocellulose and alpha cellulose. Factors used in this research were citric acid content (0 - 40 %) based on dry weight particles and pressing temperature (200 oC dan 220 oC). Properties of the particleboard were analyzed based on Japanese Industrial Standard (JIS) A 5908 for particleboard. Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) analysis was used for investigating the changes of ester groups at various citric acid content and pressing temperature. The dry termite resistance was then analyzed for its weight loss and mortality after 6 weeks. The results showed that interaction between two factors affected significantly on thickness swelling, water absorption, modulus of elasticity, and modulus of rupture. Intensity of C=O groups became stronger as increasing citric acid content, providing high mechanical properties and high dimensional stability. Optimum condition in this research was achieved at 20 % of citric acid content and 200 oC of pressing temperature, which the board properties met the requirement of JIS A 5908 type 8. Increasing of citric acid content would also increase the dry termite mortality. Addition of 20 % citric acid at 200 oC of pressing temperature produced particleboard with the weight loss was 0.9 % and 57 % of the dry termite mortality.

    KEARIFAN LOKAL PENGGUNAAN KAYU GELAM DALAM TANAH RAWA GAMBUT DI KALIMANTAN TENGAH (Local Wisdom of Utilization of Gelam Wood on Peatswamp Land of Central Kalimantan)

    Get PDF
    ABSTRAKMasyarakat di daerah rawa gambut memerlukan kayu sebagai cerucuk atau tiang pancang rumah. Kayu Gelam (Maleleuca sp) ditemukan melimpah di hutan rawa gambut di Kalimantan. Kayu Gelam termasuk kelas awet 3 yang berarti hanya dapat dipergunakan di bila berhubungan dengan tanah selama 3 tahun. Kenyataan yang ada kayu Gelam sebagai cerucuk /tiang pancang rumah dalam tanah rawa tetap kuat lebih selama lebih dari 30 tahun. Pemanfaatan kayu ini mendukung untuk konservasi hutan rawa gambut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melestarikan hutan di peatwamp melalui penghematan pemanfaatan kayu yaitu dengan mempelajari pengaruh lama penimbunan dan letak radial terhadap sifat fisika, mekanika dan kandungan silika kayu Gelam. Penelitian dilakukan pada kayu Gelam yang telah ditimbun dalam rawa gambut selama 10, 19, 31 dan 38 tahun. Sifat kayu yang dianalisis adalah sifat fisika mekanika mengikuti BS No 373. Uji silika dengan spektrometer. Analisis menggunakan rancangan acak lengkap dengan faktorial. Hasil menunjukkan bahwa lama penimbunan meningkatkan berat jenis kayu Gelam secara signifikan. Semakin lama penimbunan, semakin tinggi berat jenis (0,54-0,75). Persamaan yang diperoleh Y=0,449+0,063x1+0,01x2 (Y=BJ kering tanur, x1= lama penimbunan, x2= letak radial). Pengaruh lama penimbunan pada kekerasan sejalan dengan BJ. Kadar silika kayu Gelam meningkat dengan semakin lama penimbunan. Lama penimbunan (10-38 tahun) meningkatkan BJ kering tanur 28,13 %, kekerasan 12,83%; kandungan silika 1,25%. Penggunaan kayu Gelam merupakan kearifan lokal yang terbukti melestarikan lingkungan karena menghemat pemanfaatan kayu yang dinyatakan dengan kualitas kayu Gelam yang relatif tidak menurun dalam penimbunan.ABSTRACTLocal community on peatswamp area need woods as poles. Gelam (Maleleuca sp) wood is found abundantly in peatswamp forest area in Kalimantan. It is 3th durability class and expected to withstand up to three years of utilitation outdoor. However, gelam wood used for house poles in peatswamp could be still strong enough more than 30 years. Utilization this wood supports to conservation of peatswamp forest. The aim of this research is to study the effect of burying time and radial position to physical, mechanical properties and silica content of gelam The research was conducted by gelam wood which buried in peatswamp for several years namely 10, 19, 31 and 38 years. Wood properties that analyzed were physical and mechanical properties followed the British Standard No. 373. Silica testing by spectrometer. Analyze use factorial experimental of Completely Random Design. The result showed that wood specific gravity significantly increase with the lenght of burying time. The longer burying time, the higher wood specific gravity (0.54 to 0.75). Equation Y=0.449+0.063x1+0.01x2 (Y=oven dry SG, x1=burying time, x2=radial posision). The effect of burying time on hardness parallel with wood specific gravity. Burying time factor increase value of specific gravity 28.13 %, hardness 12.83%; silica content 1.25%. The use of gelam wood support to conserve the environment because it saves wood utilization expressed by gelam wood quality relatively undegradation in burial

    KEARIFAN LOKAL PENGGUNAAN KAYU GELAM DALAM TANAH RAWA GAMBUT DI KALIMANTAN TENGAH (Local Wisdom of Utilization of Gelam Wood on Peatswamp Land of Central Kalimantan)

    Get PDF
    ABSTRAK Masyarakat di daerah rawa gambut memerlukan kayu sebagai cerucuk atau tiang pancang rumah. Kayu Gelam (Maleleuca sp) ditemukan melimpah di hutan rawa gambut di Kalimantan. Kayu Gelam termasuk kelas awet 3 yang berarti hanya dapat dipergunakan di bila berhubungan dengan tanah selama 3 tahun. Kenyataan yang ada kayu Gelam sebagai cerucuk /tiang pancang rumah dalam tanah rawa tetap kuat lebih selama lebih dari 30 tahun. Pemanfaatan kayu ini mendukung untuk konservasi hutan rawa gambut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melestarikan hutan di peatwamp melalui penghematan pemanfaatan kayu yaitu dengan mempelajari pengaruh lama penimbunan dan letak radial terhadap sifat fisika, mekanika dan kandungan silika kayu Gelam. Penelitian dilakukan pada kayu Gelam yang telah ditimbun dalam rawa gambut selama 10, 19, 31 dan 38 tahun. Sifat kayu yang dianalisis adalah sifat fisika mekanika mengikuti BS No 373. Uji silika dengan spektrometer. Analisis menggunakan rancangan acak lengkap dengan faktorial. Hasil menunjukkan bahwa lama penimbunan meningkatkan berat jenis kayu Gelam secara signifikan. Semakin lama penimbunan, semakin tinggi berat jenis (0,54-0,75). Persamaan yang diperoleh Y=0,449+0,063x1+0,01x2 (Y=BJ kering tanur, x1= lama penimbunan, x2= letak radial). Pengaruh lama penimbunan pada kekerasan sejalan dengan BJ. Kadar silika kayu Gelam meningkat dengan semakin lama penimbunan. Lama penimbunan (10-38 tahun) meningkatkan BJ kering tanur 28,13 %, kekerasan 12,83%; kandungan silika 1,25%. Penggunaan kayu Gelam merupakan kearifan lokal yang terbukti melestarikan lingkungan karena menghemat pemanfaatan kayu yang dinyatakan dengan kualitas kayu Gelam yang relatif tidak menurun dalam penimbunan. ABSTRACT Local community on peatswamp area need woods as poles. Gelam (Maleleuca sp) wood is found abundantly in peatswamp forest area in Kalimantan. It is 3th durability class and expected to withstand up to three years of utilitation outdoor. However, gelam wood used for house poles in peatswamp could be still strong enough more than 30 years. Utilization this wood supports to conservation of peatswamp forest. The aim of this research is to study the effect of burying time and radial position to physical, mechanical properties and silica content of gelam The research was conducted by gelam wood which buried in peatswamp for several years namely 10, 19, 31 and 38 years. Wood properties that analyzed were physical and mechanical properties followed the British Standard No. 373. Silica testing by spectrometer. Analyze use factorial experimental of Completely Random Design. The result showed that wood specific gravity significantly increase with the lenght of burying time. The longer burying time, the higher wood specific gravity (0.54 to 0.75). Equation Y=0.449+0.063x1+0.01x2 (Y=oven dry SG, x1=burying time, x2=radial posision). The effect of burying time on hardness parallel with wood specific gravity. Burying time factor increase value of specific gravity 28.13 %, hardness 12.83%; silica content 1.25%. The use of gelam wood support to conserve the environment because it saves wood utilization expressed by gelam wood quality relatively undegradation in burial

    PENGARUH UMUR POHON, BONITA DAN POSISI AKSIAL BATANG TERHADAP STRUKTUR MAKROSKOPIS DAN KUALITAS KAYU JATI SEBAGAI BAHAN FURNITUR (Effect of Tree Age, Site Quality Index and Trunk Axial Position on Macroscopic Structure and Quality of Teak Wood)

    Get PDF
    ABSTRAKPenggunaan kayu jati muda merupakan solusi alternatif terhadap terbatasnya ketersediaan bahan baku yang dihadapi oleh industri mebel. Kayu muda cenderung memiliki kayu berkualitas rendah. Salah satu pengukur kualitas kayu adalah sifat struktur makroskopik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur pohon, bonita dan posisi aksial batang terhadap struktur makroskopis kayu dan kualitas kayu. Tiga puluh enam pohon jati muda ditebang dari kawasan hutan KPH Kendal, Provinsi Jawa Tengah. Tiga cakram berketebalan 3 cm diambil dari masing-masing posisi aksial batang, yaitu bagian pangkal, tengah dan ujung. Pengukuran proporsi kayu teras dan dimensi lingkaran tahun dilakukan berdasarkan perbedaan warna alami dan dengan menggunakan lembaran plastik transparan bergambar pola milimeter. Data dianalisis dengan analisis varians dalam rancangan acak lengkap berblok yang disusun secara faktorial. Pengujian lanjutan dilakukan dengan uji HSD Duncan. Kualitas kayu ditentukan dengan analisis determinan berdasarkan kurva normal Z. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi tiga faktor tidak berpengaruh terhadap proporsi kayu teras, dan dimensi lingkaran tahun. Interaksi kelas umur dan bonita pengaruh nyata terhadap proporsi kayu teras dan dimensi lingkarah tahun. Posisi aksial batang berpengaruh secara nyata terhadap proporsi kayu teras dan berpengaruh sangat nyata terhadap dimensi lingkaran tahun. Semakin mendekat pada posisi pangkal batang, semakin tinggi proporsi kayu teras dan dimensi lingkaran tahun. Interaksi tiga faktor yaitu kelas umur V, bonita 4 dan posisi tengah batang menghasilkan kualitas kayu tertinggi, yaitu kelas 2, dan interaksi kelas umur V, bonita 3 dan bagian ujung batang menghasilkan kualitas terendah, yaitu kelas 4. Penggunaan kayu berbasis kualitas akan memaksimalkan nilai guna dan meningkatkan umur pakai produk, sehingga mengurangi intensitas penebangan hutan dan lebih ramah lingkungan hidup.ABSTRACTYoung teak utilization is an alternative solution of limited raw materials faced by furniture industry. Young wood tends to have a low-quality wood. One element for measuring wood quality is wood macroscopic structure properties. This study was aimed to determine the effect of tree age, site quality index and axial stem position on wood structures and wood quality. Thirty-six young teak trees were harvested on forest areas of Kendal Forest District, Central Java Province. Three disks were taken from each trunk, namely from the butt, middle and upper parts. Heartwood proportion and annual ring dimensions were measured based on natural color difference by using millimeter grid apparatus. Data were analyzed by using variance analysis arranged in blocked factorial and further testing were performed by using HSD Duncan. Wood quality was analyzed using determinant method which elaborated based on Z norm curve. Results showed that interaction of three factors did not affect on heart-wood proportion and growth ring dimensions. Interaction of age classes and site quality index influence significantly on heart-wood proportion and growth ring dimensions. Stem axial position significantly affects on heart-wood proportion and very significantly effect on growth ring dimensions. The lower wood position, the higher heart-wood proportion and the wider growth ring dimensions. Interaction of three factors namely class age V, site quality index 4 and middle trunk position has a highest wood quality, namely class 2, but interaction of age class V, site quality index 3 and top trunk has the lowest one, namely class 4. The use of wood-based quality will maximize the value and increase the product lifespan, thereby reducing the intensity of logging and become more environmental friendly

    Pengaruh Konsentrasi Asam Sitrat dan Suhu Pengempaan terhadap Kualitas Papan Partikel Pelepah Nipah

    Get PDF
    Papan partikel tanpa perekat sintesis atau binderlessboard merupakan alternatif produk ramah lingkungan yang potensial dikembangkan di Indonesia. Kelemahan produk tersebut diantaranya adalah kestabilan dimensinya yang relatif rendah. Alternatif perbaikan produk bisa dilakukan dengan menambahkan bahan pengaktif komponen kimia. Asam sitrat memiliki tiga gugus karboksil dan diharapkan dapat membentuk ikatan ester dengan gugus hidroksil pada permukaan kayu. Penelitian menggunakan asam sitrat relatif baru dan belum banyak dikembangkan, oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk pengembangan produk biokomposit dengan menggunakan asam sitrat sebagai bahan pengikat. Bahan yang digunakan adalah pelepah nipah dengan ukuran partikel (halus dan kasar), konsentrasi asam sitrat (0% dan 10%), dan suhu pengempaan (180ÂșC dan 200°C). Pengujian sifat fisika dan mekanika dilakukan berdasarkan Japanese Industrial Standard untuk papan partikel (JIS A 5908). Penambahan asam sitrat memperlihatkan kenaikan sifat fisika (penyerapan air) dan mekanika papan partikel. Perbedaan ukuran partikel mempengaruhi sifat mekanika papan partikel dimana ukuran partikel kasar memberikan nilai mekanika yang lebih baik dibandingkan dengan ukuran partikel halus. Kualitas papan partikel optimum diperoleh pada kondisi pengempaan 180ÂșC, penambahan asam sitrat 10% dari partikel ukuran kasar dengan nilai pengembangan tebal 2,4%, penyerapan air 41%, kekuatan rekat internal 0,2 MPa, modulus patah 5,5 MPa, dan modulus elastisitas 1,6 GPa.Kata kunci: asam sitrat, pelepah nipah, konsentrasi asam sitrat, suhu pengempa Effect of Citric Acid Concentration and Pressing Temperature on the Quality of Particleboard from Nypa FrondAbstractBinderlessboard is one of the potential eco friendly products that can be developed in Indonesia. However, its boards usually have low in dimensional stability. Addition of the chemical agent, such as citric acid, that can improve the dimensional stability is needed. Citric acid has three hydroxyl groups that can be ester-linked with hydroxyl groups from wood. Researches on citric acid and its utilization are relatively limited. This research focused on the development of particleboard using citric acid as bonding agent. Nypa frond was used as raw material with two different sizes of particles, namely fine and coarse particles. Addition of citric acid of 10% air-dried particles was done for improving the dimensional stability. Pressing temperature was set at 180ÂșC dan 200°C during 15 minutes. Physical and mechanical properties were done according to Japanese Industrial Standard JIS A 5908. Addition of citric acid could improve physical and mechanical properties of the boards. Coarse particles provided the particleboards with better mechanical properties compared to fine particle. Boards that made from coarse particle and 10% citric acid at pressing temperature of 180ÂșC have optimum properties, i.e. thickness swelling 2.4%, water absorption 41%, internal bond strength 0.2 MPa, modulus of rupture 5.5 MPa, dan modulus of elastisity 1.6 GPa

    WOOD GENETIC VARIATION OF Acacia auriculiformis AT WONOGIRI TRIAL IN INDONESIA

    No full text

    Kayu Lapis; Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau

    No full text
    Industri kayulapis merupakan industri perkayuan yang dapat dibanggakan oleh bangsa Indonesia. Industri kayulapis mencapai puncaknya pada akhir periode era Orde Baru dimana jumlah industri sebanyak 124 buah pabrik pada tahun 1994
    corecore