7 research outputs found
Perspektif Orang Tua Terhadap Implementasi Pendidikan Inklusif Di Taman Kanak-Kanak
Pendidikan inklusif menganut konsep pembelajaran yang ramah. Hal ini berarti bahwa anak dan guru belajar bersama sebagai suatu komunitas belajar tanpa membedakan; guru menempatkan anak sebagai pusat pembelajar, guru mendorong pertisipasi aktif anak dalam belajar, serta memiliki minat untuk memberikan layanan pendidikan yang terbaik. Perencanaan dan persiapan harus diperhatian oleh semua pihak sebagai satu kesatuan dalam berjalannya pendidikan inklusif. Kesiapan sebuah sekolah untuk kelas inklusif kuncinya adalah penyatuan yang lebih besar siswa- siswa anak berkebutuhan khusus (ABK) supaya berhasil bagi semua pihak yang berkepentingan. Di dalam pendidikan inklusif peran orangtua dan masyarakat merupakan bagian yang integral dalam mencapai keberhasilan sesuai tujuan pendidikan yang direncanakan secara optimal. Untuk melihat lebih lanjut bagaimana keterlibatan ataupun perspektif orangtua terhadap pendidikan inklusif penulis memberikan gambaran melalui penelitian kualitatif (studi kasus) melalui hasil wawancara terhadap tiga orangtua yang memiliki anak ABK sebagai narasumber. Dari hasil wawancara dari tiga perspektif orang tua terhadap pendidikan inklusi dapat di ambil kesimpulan bahwa tujuan dari pendidikan inklusif belum berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan inklusif itu sendiri, pada kenyataannya masih melihat kemungkinan-kemungkinan dalam menerima peserta didik dan permasalahan SDM yang dimiliki sekolah juga menjadi sorotan dalam menentukan diterima atau tidaknya peserta didik AB
ANALISIS BUKU LAPORAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PAUD DITINJAU DARI TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES
ABSTRAKPendidikan adalah sebuah proses memberikan lingkungan agar peserta didik dapat berinteraksi dengan lingkungan untuk mengembangkan kemampuan yaitu kognitif (mengasah pengetahuan), afektif (mengasah kepekaan perasaan), dan psikomotorik (keterampilan melakukan sesuatu). Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah pendidikan yang ditujukan bagi anak usia 0 hingga usia 6 tahun. Pendidik dituntut mampu dan mau memberikan berbagai rangsang sesuai dengan potensi kecerdasan anak. Menurut Howard Gardner, multiple intelligences adalah berbagai ketrampilan dan bakat yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran. Titik tekan teori multiple intelligences adalah pada kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan untuk menciptakan suatu produk atau karya. Multiple Intelligences yang mencakup sembilan kecerdasan itu pada dasarnya berisi tentang kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EI), dan kecerdasan spiritual (SI).Untuk mengetahui dan mengembangkan teori multiple intelligences diperlukan proses yang tidak sebentar, karena kemampuan masing-masing anak berbeda. Semua membutuhkan waktu yang panjang untuk membentuknya. Pembentukan multiple intelligences tidak hanya dilakukan dalam kegiatan formal akan tetapi dalam kegiatan non formal juga harus dikembangkan. Penulis mencoba menganalisis dari hasil sistem pembelajaran yang sudah dilakukan pada anak TK A di TK Budi Mulia Dua Yogyakarta melalui observasi dan data buku laporan perkembangan peserta didik dengan melihat terlebih dahulu bidang apa saja yang sudah dikembangkan.Dari hasil observasi dan data dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran yang dilakukan di TK Budi Mulia Dua sudah mencakup semua jenis kecerdasan dalam teori multiple intelligences, dimana semua bidang pembelajaran dilakukan untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan teori multiple intelligences. Meskipun pada prakteknya belum sepenuhnya siswa mampu menyerap semua materi yang ada tetapi pendidik sudah mencoba mengembangkan metode pembelajaran tersebut dengan baik dan sesuai dengan aspek perkembangan anak usia dini. Kata kunci: teori multiple intelligences, pendidikan anak usia dini, buku laporan perkembangan peserta didik.
Stimulasi Bermain Peran Bagi Keterlambatan Bicara Pada Anak Usia 3 Tahun
Perkembanganbahasamerupakanbagianpentingbagianakusiadini. Bahasa merupakansaranakomunikasidancaraanakuntukmengekspresikandiri. Keterlambatankemampuanberbicaraanakakanmenghambataspektingkatpencapaianperkembangananak. Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dapat dicapai anak pada rentang waktu tertentu.Penelitianinibertujuanuntukmenganalisacaramengatasiketerlambatanbicarapadaanakusia 3 tahunmelaluistimulasi kegiatan main peran yang dilakukan di Safa Preschool Yogyakarta.Metode yang dilakukandalampenelitianiniadalahdenganmelalukanwawancaradanobservasi. Dengan stimulasi lebih dini diharapkan kemampuan bicara dan bahasa pada anak lebih optimal
Stimulasi Bermain Peran Bagi Keterlambatan Bicara Pada Anak Usia 3 Tahun
Perkembanganbahasamerupakanbagianpentingbagianakusiadini. Bahasa merupakansaranakomunikasidancaraanakuntukmengekspresikandiri. Keterlambatankemampuanberbicaraanakakanmenghambataspektingkatpencapaianperkembangananak. Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dapat dicapai anak pada rentang waktu tertentu.Penelitianinibertujuanuntukmenganalisacaramengatasiketerlambatanbicarapadaanakusia 3 tahunmelaluistimulasi kegiatan main peran yang dilakukan di Safa Preschool Yogyakarta.Metode yang dilakukandalampenelitianiniadalahdenganmelalukanwawancaradanobservasi. Dengan stimulasi lebih dini diharapkan kemampuan bicara dan bahasa pada anak lebih optimal
Pengembangan Alat Permainan My Costume untuk Menstimulasi Kecerdasan Visual-Spasial pada Anak Usia Dini Autis
Game is one of learning tools in early education for any children. My Costume is a game to stimule visual-spacial intellegence of children with autism. This tool is constructed from Research and Development (R&D) study which utilizes the theories of M. Alessi Stephen R. Stanley Trollip (development theory) and Howard Gardner (early education curricullum for children with autism). The stages of the research as follows: analysis, design and development. The development is conducted after obtaining validation from material/content expert, media specialist and limited experimental research. The research shows that the product of My Costume in general is appropriate to stimulate visual-spacial intellegence of children with autism in early education context. This is based on the of alpha tests from content expert is 4,6 (very good), alpha test from media specialist is 4,2 (good) whereas beta test obtains 4,27 (very good) and the final result is 4,06 (good). Pre-test visual-spacial intellegence assesment score is 2,18 (poor) and post-test is 3,45 (good). Nevertheless, we can conclude that the product of My Costume is very appopriate to be a visual-spacial learning tool for children with autism
Pengembangan Alat Permainan My Costume untuk Menstimulasi Kecerdasan Visual-Spasial pada Anak Usia Dini Autis
Game is one of learning tools in early education for any children. My Costume is a game to stimule visual-spacial intellegence of children with autism. This tool is constructed from Research and Development (R&D) study which utilizes the theories of M. Alessi Stephen R. Stanley Trollip (development theory) and Howard Gardner (early education curricullum for children with autism). The stages of the research as follows: analysis, design and development. The development is conducted after obtaining validation from material/content expert, media specialist and limited experimental research. The research shows that the product of My Costume in general is appropriate to stimulate visual-spacial intellegence of children with autism in early education context. This is based on the of alpha tests from content expert is 4,6 (very good), alpha test from media specialist is 4,2 (good) whereas beta test obtains 4,27 (very good) and the final result is 4,06 (good). Pre-test visual-spacial intellegence assesment score is 2,18 (poor) and post-test is 3,45 (good). Nevertheless, we can conclude that the product of My Costume is very appopriate to be a visual-spacial learning tool for children with autism