179 research outputs found

    Penyebaran Biji oleh Satwa Liar di Kawasan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol dan Pusat Riset Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat

    Full text link
    Pemencaran tumbuh-tumbuhan secara alami salah satunya dibantu oleh satwa liar. Penelitian mengenai pemencaran biji oleh satwa liar mempunyai implikasi pada pelestarian hutan hujan tropis. Oleh sebab itu Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis hewan apa saja dan bagaimana perannya dalam membantu regenerasi hutan melalui penyebaran biji. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Oktober 2003. Lokasi penelitian seluas 56 ha, terletak di hutan PPKA Bodogol dan hutan Pusat Riset Bodogol yang berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan setiap sabtu-minggu dimulai pada pukul 08.00 hingga pukul 12.00 di sepanjang jalan setapak yang ada di hutan untuk mencari sampel kotoran satwa liar, mengamati bagian dan komposisi pakan pada kotoran dan mengamati perkecambahan biji dari kotoran satwa liar. Hasil penelitian menyimpulkan, ada 3 jenis satwa liar yang mempunyai potensi penyebaran biji melalui kotorannya yaitu: Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus); Owa Jawa (Hylobates moloch) dan Burung Kutilang (Picnonotus sp). Setiap jenis satwa liar memakan bervariasi sumber pakan mulai dari satu sampai lima jenis pakan, terdiri dari binatang avertebrata; binatang vertebrata kecil dan sebagian besar terdiri dari buah berbiji keras. Jenis Aprika merupakan sumber pakan yang hampir ada di setiap kotoran. Biji yang berasal dari kotoran dapat tumbuh dan lebih cepat berkecambah dibanding biji yang jatuh langsung dari pohon induknya

    Arti Penting Verifikasi dan Diagnosis Masalah dalam Perencanaan Pendidikan

    Full text link
    Identifikasi dan analisis masalab merupakan tahapan paling awal dari seluruhrangkaian proses perencanaan. Tahapan ini merupakan tahapan yang paling pen­ting. tetapi kerap kali tidak mampu dilakukan dengan book yang di:sebabkan oleh dua faktor pokok, yakni data dan inforrnasi yang diperlukan tidak tersedia sesuai dengan keperluan. dan ketidakmampuan perencanaan melakukan iden~fikasi dan analisis masalah dengan baik. Mengidentifikasi masalah berarti mengenali dan mencatat segala sesuatu yang dipandang rnerupakan masalah, sedangkan meng­analisis masalah berarti melakukan verifikasi, yakni menguji apakah yang diang­gap sebagai masalah itu benar-benar merupakan masalah yang sebenarnya dan mendesak uotuk dipecahkan, dan melakukan diagnosis, yakni rnengenali faktor­ faktor penyebab timbulnya masalah. Dapat terjadi perencana langs"uog menentu­kan berbagai altematif pemecahan masalah tanpa melakukan verifikasi dan diagnosis yang cermat terhadap masalahnya itu sendiri. Lalu, apa sebenarnya yang bisa dinamakan sebagai masalah dalam pendidikan itu. bagairnana menemukannya, mengujinya, dan mendiagnosisnya? "Dan kenapa pula verifikasi dan diagnosis masalah itu sedemikian penting artinya dalam perencanaan pendidikan

    EVALUASI GUNA LAHAN TERHADAP RENCANA TATA RUANG DI KECAMATAN CILENGKRANG

    Get PDF
    Kecamatan Cilengkrang merupakan Kecamatan yang terletak di pinggiran kota dan terlewati oleh aktivitas manusia yang beraktifitas dari daerah lain menuju Kota bandung dan sebaliknya menjadikan Kecamatan Cilengkrang memiliki permasalahan penyediaan lahan untuk berbagai aktivitas manusia saat ini lebih kompleks di wilayah perkotaan dan pinggiran kota yang sedang tumbuh (urban fringe). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Cilengkrang dalam rentang waktu 2011 sampai 2019 serta untuk mengetahui apakah penggunaan lahan di Kecamatan Cilengkrang sudah sesuai dengan rencana yang di tetapkan oleh pemerintah. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif pada system informasi geografis dengan menggunakan atribut overlay untuk mengetahui apakah ada perubahan yang terjadi di Kecamatan Cilengkrang serta penggunaan lahan di Kecamatan Cilengkrang sudah sesuai atau belum dengan yang sudah di rencanakan oleh pemerintah. Dari hasil yang diperoleh bahwa penggunaan di Kecamatan Cilengkrang pada rentang waktu 2011 sampai 2019 memiliki perubahan menjadi Kawasan Permukiman yang mendominasi dengan total luasan 587,2 hektar dengan persentase 29% dari total keseluruhan perubahan penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Cilengkrang pada tahun 2019, sedangkan penggunaan lahan yang sesuai dengan rencana penataan ruang memiliki total luas 1.553,95 hektar dan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang memiliki luas 1.722,64 hektar. Kata Kunci :  Penggunaan Lahan, Rencana Tata Ruang, Sistem Informasi Geografis &nbsp

    PERAN KOPERASI PRODUSEN KOPI MARGAMULYA DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN DI DESA MARGAMULYA KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG

    Get PDF
    Komoditas Coffea canephora dan Coffea arabica dapat memberikan kontribusi berupa penghasil devisa dan pendapatan negara, pengembangan wilayah serta pelestarian lingkungan. Berlandaskan Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pengembangan wilayah tercantum pengembangan kawasan perdesaan dapat dilihat seraya bentuk pemberdayaan masyarakat perdesaan, seperti kawasan agropolitan. Pemberdayaan masyarakat perdesaan dapat berbentuk kelembagaan perdesaan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan fungsi dan kemampuan lembaga tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi koperasi produsen kopi Margamulya terhadap pengembangan wilayah berdasarkan peran serta pengaruhnya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Di dapat bahwa dari 17 indikator yang berperan, membuktikan bahwa pengembangan wilayah dapat terlaksana melalui pemberdayaan masyarakat perdesaan dari peningkatan peran sebagai wujud dari penataan ruang Kawasan Perdesaan

    Analisis Produktivitas Pekerjaan Instalasi Façade Curtain Wall Unitized System pada Proyek High-Rise Building dengan Metode Simulasi Operasi Konstruksi Berulang (Cyclone)

    Full text link
    Pada tahun 2015 Indonesia telah berhasil menempati posisi kedua di dunia dalam hal pembangunan gedung bertingkat tinggi. Yaitu dengan merampungkan pembangunan 9 gedung dengan total tinggi mencapai 1.908 meter. Oleh karena itu perkembangan inovasi teknologi konstruksi gedung tinggi menjadi salah satu tantangan bagi para insinyur teknik sipil untuk meningkatkan kualitas kinerja dalam menghadapi persaingan global. Dari beberapa komponen pekerjaan konstruksi gedung. Façade merupakan salah satu komponen penting penentu kelayakan proyek gedung bertingkat tinggi. Aluminium-Glazing Curtain Wall Unitized System merupakan jenis pekerjaan façade yang paling populer. Sehingga pada penelitian ini penulis mencoba untuk menganalisa produktivitas pekerjaan instalasi Curtain Wall Unitized System dengan metode CYCLONE kemudian diaplikasikan pada 2 Alternatif metode instalasi untuk dibandingkan hasil kebutuhan biaya dan waktu penyelesaian pekerjaan.Berdasarkan hasil analisa produktifitas dengan program operasi WebCYCLONE diperoleh nilai produktivitas instalasi untuk typical frame adalah 0,027823 frame/minute, instalasi corner frame 0,011232 frame/minute, dan end corner frame 0.009212 frame/minute. Setelah diaplikasikan ke dalam 2 metode alternatif yang diujikan maka diperoleh sebagai berikut: Alternatif-1 total waktu penyelesaian selama 293 hari dan biaya yang dibutuhkan sebear Rp. 4.216.809.120,- sedangkan Alternatif-2 total waktu penyelesaian 304 hari dan biaya yang dibutuhkan adalah Rp. 4.375.119.360,-Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode Alternatif - mempunyai efisiensi lebih baik dengan selisih waktu 11 hari kerja dan biaya sebesar Rp. 158.310.240,

    Strategi Percepatan Adopsi Dan Difusi Inovasi Pertanian Mendukung Prima Tani

    Full text link

    Faktor Anak Yang Berhubungan Dengan Lama Menetap Dari Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Kota Palembang

    Full text link
    Penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan lama menetap dari lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Kota Palembang. Faktor yang berhubungan tersebut adalah kebutuhan primer, lingkungan sosial, ekonomi anak, perlindungan. Pengambilan sampel sebanyak 32 orang. Teknik pengumpulan data adalah dengan angket yang akan dihitung dengan skala likert. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis bivariate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama menetap memiliki korelasi yang kuat dengan kebutuhan primer, dari tiga kategori yang digunakan maka kebutuhan pangan memiliki korelasi tertinggi, diikuti oleh kebutuhan sandang dan kebutuhan papan. Lama menetap memiliki korelasi yang kuat dengan lingkungan sosial, dari tiga kategori yang digunakan maka hubungan sesama lansia memiliki korelasi tertinggi diikuti oleh hubungan anak dengan ketua panti dan hubungan anak dengan petugas panti. Lama menetap memiliki korelasi yang kuat dengan ekonomi anak, dari dua kategori yang digunakan maka pengeluaran memiliki korelasi tertinggi diikuti oleh pendapatan. Lama menetap memiliki korelasi yang kuat dengan perlindungan, dari tiga kategori yang digunakan dalam penelitian maka keamanan memiliki korelasi tertinggi diikuti oleh suasana panti dan peralatan keamanan
    corecore