15 research outputs found

    PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PRODUK PISANG SALE PADA VARIASI JENIS KEMASAN DENGAN LAMA WAKTU PENYIMPANAN

    Get PDF
    Proses pengeringan yang dilakukan dalam pembuatan pisang sale akan menyebabkan kadar air dalam pisang sale dengan berbagai jenis kemasan pisang sangat berpengaruh, penyimpanan pisang sale mengalami penurunan mutu dari segi suhu, kelembaban dan kadar air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pengemasan menggunakan (plastik opp, vakum dan toples) dan lama penyimpanan terhadap suhu, kelembaban dan kadar air pisang sale. Penelitian ini terdiri atas satu faktor yaitu pengemasan menggunakan plastik opp, pengemasan menggunakan vakum dan pengemasan menggunakan toples. Lama penyimpanan dengan 15 kali pengamatan selama 1 bulan setiap 2 hari 1 kali pengamatan (2, 4, 6, 8,10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28, dan 30) dalam suhu kulkas berkisar 7ËšC. Sehingga diperlukan metode yang dapat mempertahankan mutu pisang sale selama penyimpanan dengan menerapkan teknologi kemasan. Data diolah dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktorial dengan tiga kali pengulangan, parameter yang dianalisa adalah pengaruh suhu, kelembaban dan kadar air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan pisang sale dengan berbagai jenis kemasan selama 1 bulan memberikan hasil terbaik pada penggunaan kemasan menggunakan jenis vakum untuk penyimpanan terbaik selama 1 bulan dibandingkan dengan penggunaan jenis kemasan menggunakan plastik opp dan toples

    Analisis Produktivitas Jagung Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) (Studi Kasus PT. Santosa Utama Lestari)

    Get PDF
    Produksi jagung di PT. Santosa Utama Lestari mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak menentu, beberapa faktor dapat mempengaruhi produktivitas jagung seperti terjadinya downtime pada mesin, bahkan pada musim penghujan terkadang produksi jagung tidak mencapai target produksi. Pengukuran produktivitas dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya adalah metode Objective Matrix (OMAX). Tujuan penelitian ini yaitu untuk menentukan tingkat produktivitas pada bagian produksi di PT Santosa Utama Lestari serta dapat memberikan rekomendasi perbaikan produktivitas di bagian produksi PT Santosa Utama Lestari. Produktivitas pada PT. Santosa Utama Lestari cenderung fluktuatif. Produktivitas total tertinggi dicapai pada bulan April tahun 2022 dengan nilai 1000, produktivitas total terendah terjadi pada bulan Agustus tahun 2022 dengan nilai 25. Untuk meningkatkan produktivitas PT. Santosa Utama Lestari perlu meningkatkan kualitas dan ketersediaan bahan baku, memotivasi pekerja dan memberikan waktu istrirahat yang cukup, melaksanakan perawatan mesin, dan melaksanakan pengawasan terhadap pemakaian tenaga listrik. Rekomendasi perbaikan yang diperoleh adalah perusahaan perlu meningkatkan jumlah bahan baku menjadi 4890,01 ton, tenaga kerja 11 orang, jam kerja mesin 214,04 jam dan energi listrik 54,32 Kwh

    The Effect of Maturity Quality of Kepok Banana on the Sweetness Level of Banana Sale

    Get PDF
    One of the preparations that can be made with the basic ingredients of kepok bananas is banana sale. Processed banana sale in this study used three levels of banana ripeness, namely greenish yellow, shiny yellow, and brownish yellow with black spots. The purpose of this study was to determine the reduction in mass in the manufacture of sale bananas, to determine the level of sweetness of sale bananas from three different maturity levels, to determine the drying time of bananas from different maturity levels with various water content, and to determine the preference level of the three maturity levels. banana sale. The method used is the RAK method (Completely Randomized Design) and using SPSS software. The analysis was carried out on the level of sweetness, preference, and water content. The results showed that the water content at the maturity level of greenish yellow was 17.66%, the maturity level for shiny yellow was 17.33% and the maturity level was brownish yellow with black spots was 18%. The sweetness level of greenish yellow bananas is 13.66%, the maturity level is shiny yellow is 28.33%, the maturity level is brownish yellow with black spots is 29.66%. The higher the maturity level of the banana, the higher the level of sweetness of the banana. From the results of the preference level of sale bananas from the maturity level of greenish yellow, shiny yellow and brownish yellow with black spots, the preferred level of preference is the maturity level of shiny yellow.

    Karakteristik Mutu Kimia Masker Wajah Beras Putih (Oryza sativa)-Lo’i Monca Tradisional Dompu

    Get PDF
    Masyarakat di Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat sejak dulu menggunakan produk masker wajah tradisional yaitu masker lo’i monca yang melindungi kulit wajah dari sinar matahari pada saat beraktivitas seharian diluar ruangan. Masker tradisional Dompu (lo’i monca) terbuat dari bahan beras, daun pucuk asam, bangle, temulawak, temugiring, dan kencur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mutu kimia masker wajah lo’i monca ditinjau dari pH, kadar air dan antioksidan. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen laboratorium. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium didapatkan hasil nilai rata-rata pH yang diperoleh sediaan bubuk masker wajah lo’i monca yaitu 7,08. Pada pengujian kadar air didapatkan hasil nilai rata-rata sediaan masker bubuk lo’i monca sebesar 13,3%. Hasil uji aktivitas antioksidan IC50 sediaan masker bubuk lo’i monca adalah sebesar 14,47 ppm. Hasil pengujian laboratorium yang memenuhi syarat adalah kadar pH dikarenakan nilai pH berada pada kisaran 4,5-8,0, sedangkan hasil pada kadar air tidak memenuhi syarat SNI dikarenakan nilai kadar air melebih dari 10%, dan hasil uji aktivitas antioksidan nilai IC50 sediaan masker bubuk lo’i monca tergolong antioksidan sangat kuat karena berada pada nilai IC50 kurang dari 50 ppm.People in Dompu Regency West Nusa Tenggara have always used traditional face mask products, namely masks lo'i monca which protect facial skin from the sun when they are active all day outdoors. Dompu traditional masks (lo'i monca) are made from rice, tamarind shoots, bangle, curcuma, temugiring, and galangal. This study aims to determine the chemical quality offacial masks in  lo'i monca terms of pH, water content and antioxidants. This type of research is a type of laboratory experimental research. Based on the results of laboratory tests, the average pH value obtained by the face mask powder preparation lo'i monca is 7.08. In testing the water content, the average value of the powder mask preparation lo'i monca was 13.3%. The IC50 antioxidant activity test results for powder mask preparations lo'i monca were 14.47 ppm. The results of laboratory tests that meet the requirements are pH levels because the pH value is in the range of 4.5-8.0, while the results on the water content do not meet the SNI requirements because the water content value is more than 10%, and the results of the antioxidant activity test the IC50 value of mask preparations.powder is lo'i monca classified as a very strong antioxidant because it is at an IC50 value of less than 50 ppm

    Analysis of the chemical and physical properties of dried moringa leaves (Moringa oleifera l.) at different drying temperatures using a tray dryer machine

    Get PDF
    Moringa or (Moringa oleifera l.) is a very common plant in tropical and subtropical climates. West Nusa Tenggara is one of the areas with a relatively high level of drought, where the dry season is relatively longer than the rainy season. This affects the type and character of plants in the West Nusa Tenggara region in adapting to these climatic conditions. One of them is the moringa plant which easily adapts to hot weather and altitude above sea level. Moringa is a plant with various benefits, such as food, medicine, cosmetics, and others. The purpose of this study was to analyze the effect of different drying temperatures on the chemical and physical properties of dried Moringa leaves using a tray dryer. This study used a 1-factor Completely Randomized Design (CRD) with three temperature treatments for 2 hours of drying with three replications. The temperature treatments in the study were: 45°C, 50°C and 55°C for 2 hours. The research results from the analysis of the chemical properties of dried moringa leaves from the three temperature treatments can be seen that the effective temperature treatment at 55°C, namely: water content (21.67%), ash content (0.51%), protein content (19.43%). The results of the analysis of the physical properties of the color test using the Colorimeter application showed that the highest value was at 50°C with a value of (77.93) and the organoleptic test of the panelist's preference level for the texture of dried Moringa leaves was seen at 55°C with a value of (4.08)

    Pengaruh Perbedaan Suhu Pengeringan Menggunakan Tray Dryer terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

    Get PDF
    Cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) is a potential vegetable crop that has high economic value and has the potential to continue to be developed, but cayenne pepper is a type of fruit that is easily damaged, therefore proper post-harvest handling is needed, one of which is drying. The purpose of this study was to determine the effect of different drying temperatures on physical analysis (weight loss) and chemical analysis (moisture content, vitamin C and capsaicin content). The dryer used in this study was a tray dryer. The experimental design used was a one-factor Completely Randomized Design (CRD) with 3 treatments. The temperatures used in this study were 40, 50, and 55°C. Based on the results of the study, it was found that the best decrease in weight loss in drying cayenne pepper was at 55°C with a decrease in weight loss of 62.67%. The best decrease in water content for drying cayenne pepper was at 55°C with a total moisture content of 50.3%. The best vitamin C content was found at 45°C, which was 0.65%, and the best capsaicin content for drying cayenne pepper was found at 45°C, which was 244.4702 ppm with an SHU level of 730.776.Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan tanaman sayuran potensial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berpotensi untuk terus dikembangkan namun cabai rawit merupakan jenis buah yang mudah rusak, oleh karena itu diperlukan penanganan pasca panen yang tepat, salah satunya dengan pengeringan. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh suhu pengeringan yang berbeda  terhadap analisis fisik (susut bobot) dan analisis kimia (kadar air, kandungan vitamin C dan capsaicin). Alat pengering yang di gunakan pada penelitian ini yaitu tray dryer Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan 3 perlakuan. Suhu yang di gunakan pada penelitian ini yaitu suhu 40, 50, dan 55°C. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan penurunan susut bobot pengeringan cabai rawit terbaik terdapat pada suhu 55°C dengan penurunan susut bobot sebesar 62,67%. Penurunan kadar air pengeringan cabai rawit terbaik terdapat pada suhu 55°C sebesar 50,3%. Kandungan vitamin C terbaik terdapat pada suhu 45°C yaitu sebesar 0,65% dan kandungan capsaicin pengeringan cabai rawit terbaik terdapat pada suhu 45°C yaitu sebesar 244,4702 ppm

    Analysis of Physicochemical Properties of Bidara Leaves (Ziziphus spina-christi L.) Dried using Tray Dryer at Different Temperatures

    Get PDF
    The Bidara plant (Ziziphus spina-christi L) is a kind of small evergreen tree. Bidara plants are easy to find in Indonesia, especially in Sumbawa Regency, West Nusa Tenggara. Bidara leaves have many pharmacological potentials, including antioxidants, antibacterial, antiparasitic and anti-cancer. Bidara leaves can be developed into efficacious herbal products. The drying process greatly affects the quality of bidara leaves. Temperature in the drying process is an important factor because it can affect the content of bioactive compounds in bidara leaves. The purpose of this study was to determine the effect of drying temperature on physical and chemical properties. The dryer used in this drying is a tray dryer. The experimental design used in this study was a completely randomized design (CRD) with one factor. The temperatures used were 45, 50 and 55°C with a drying time of 3 hours. The results showed that the drying temperature affected the physical and chemical properties of bidara leaves. The best treatment for drying bidara leaves is drying at 55°C for a weight loss of 90.8%; water content 33.8% and temperature 45℃ for protein content 14.23%; Flavonoid content 11.71%.: Tanaman Bidara (Ziziphus  spina-christi L)  merupakan sejenis pohon kecil yang selalu hijau. Tanaman Bidara mudah ditemui di Indonesia, Khususnya di Kabupaten Sumbawa, Nusa tenggara Barat. Daun bidara memiliki banyak potensi farmakologis antara lain sebagai antioksidan, antibakteri, antiparasit dan anti-kanker. Daun bidara dapat dikembangkan menjadi produk herbal yang berkhasiat. Proses pengeringan sangat mempengaruhi kualitas daun bidara. Suhu dalam proses pengeringan menjadi faktor penting karena dapat mempengaruhi kandungan senyawa bioaktif pada daun bidara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu pengeringan terhadap sifat fisik dan sifat kimia. Adapun alat pengering yang digunakan pada penelitian ini adalah tray dryer. Rancangan percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor. Suhu yang digunakan yaitu 45, 50 dan 55°C dengan waktu pengeringan selama 3 jam. Hasil penelitian menunjukkan suhu pengeringan mempengaruhi sifat fisik dan kimia daun bidara. Perlakuan terbaik dalam pengeringan daun bidara adalah pengeringan dengan suhu 55°C untuk susut bobot 90,8%; kadar air 33,8% dan suhu 45℃ untuk kandungan protein 14,23%; kandungan flavonoid 11,71%

    Analisis Mutu Fisik dan Kimia Masker Wajah Tradisional Sumbawa (Seme Babak) dari Kulit Batang Pohon Mangga Golek (Mangifera indica Linn)

    Get PDF
    The people in Sumbawa Regency, especially in Pungkit village, have been using traditional face mask products, namely the Seme Babak mask, which protects facial skin from the sun when doing activities all day outside the room. The traditional Seme Babak mask is made from the main ingredients, namely mango tree trunks and rice supporting ingredients, white glutinous rice and jackfruit seeds. The purpose of this study was to deterne the physical quality (spreadability, absorption, adhesion, particle size, homogeneity, moisture content) and to determine the chemical quality of the Seme Babak Typical Sumbawa masks with antioxidants and pH. This type of research is observational research and laboratory experiments. Based on the results of laboratory tests, the physical test results obtained an average particle size of 60 mesh or 0.25 mm, absorption power of 8 ml, adhesion of 6.43 seconds, spreadability of 5.1 cm, homogeneity, moisture content of 11% and chemical test results, the average value of the antioxidant test the IC50 value of the Seme Babak powder mask preparation is classified as a strong antioxidant at an IC50 value of more than 50 and less than 100, namely 68.2212 ppm and the pH level meets the requirements, namely the pH level because the pH value is in the range of 4.5-8.0.Masyarakat di Kabupaten Sumbawa terkhususnya di desa Pungkit, sejak dulu menggunakan produk masker wajah tradisional yaitu masker Seme Babak yang melindungi kulit wajah dari sinar matahari pada saat beraktivitas seharian diluar ruangan. Masker tradisional Seme Babak terbuat dari bahan utama yaitu batang pohon mangga dan bahan penunjang beras, beras ketan putih dan biji nangka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mutu fisik (daya sebar, daya serap, daya lekat, ukuran partikel, homogenitas, kadar kelambaban) dan untuk mengetahui mutu kimia pada masker Seme Babak Khas Sumbawa dengan antioksidan dan pH. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasi dan eksperimen laboratorium. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium didapat hasil uji fisik  nilai rata-rata ukuran partikel 60 mesh atau 0.25 mm, daya serap 8 ml daya lekat 6.43 detik, daya sebar 5.1 cm, bersifat homogenitas, kadar kelembaban 11% dan hasil uji kimia  nilai rata rata uji antoksidan nilai IC50 sediaan masker bubuk Seme Babak tergolong antioksidan kuat berada pada nilai IC50 lebih dari 50 dan kurang dari 100 yaitu  68.2212 ppm  dan kadar pH memenuhi syarat adalah kadar pH dikarenakan nilai pH berada pada kisaran 4.5-8.0

    Pemberdayaan Masyarakat dalam Green Wall Training di Kawasan Permukiman Samota, upaya Pengurangan Emisi GRK

    Get PDF
    Pengabdian ini merupakan pengenalan green wall dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) Kelurahan Brang Biji Kabupaten Sumbawa yang mendapatkan respon baik dari pemerintah daerah dan masyarakat. Kawasan permukiman Samota merupakan kawasan permukiman yang sedang berkembang pesat di Sumbawa, sehingga pembangunan di wilayah ini terus meningkat seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, keterbatasan lahan yang dimiliki pada setiap permukiman membuat ruang terbuka hijau juga semakin berkurang, sehingga dapat menyebabkan suhu bumi semakin panas karena fungsi tumbuhan pada ruang terbuka hijau yang mampu menyerap gas CO2 diudara. Green wall merupakan solusi alternatif dalam mengatasi permasalahan GRK melalui penerapan green wall pada kawasan permukiman Samota. Metode yang digunakan pada kegiatan meliputi sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan terhadap masyarakat. Sasaran dalam pengabdian ini adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat mengenai pemanfaatan green wall. Kesimpulan kegiatan ini adalah 1) Masyarakat memiliki pengetahuan akan bahaya gas rumah kaca bagi perubahan iklim, 2) Kegiatan ini membantu mitra masyarakat memanfaatkan botol bekas untuk menanam sayur yang diperlukan keluarga dan dapat menambah extra income jika dikelola dengan baik

    Pengaruh Tinggi Tumpukan dan Proses Tempering Terhadap Mutu Gabah yang Dikeringkan dengan Fluidized Bed Dryer

    Get PDF
    Salah satu pengeringan mekanis yang dapat diterapkan untuk mengeringkan gabah yaitu fluidized bed dryer (FBD), namun penggunaan suhu tinggi yang terlalu lama dapat mempengaruhi kualitas gabah yang dihasilkan sehingga diperlukan proses tempering. Tempering dilakukan diantara pengeringan pertama dan pengeringan selanjutnya untuk mencegah terjadinya keretakan. Tujuan penelitian ini adalah menguji kinerja pengeringan FBD dua tahap dengan dan tanpa tempering, serta menguji mutu beras berdasarkan persentase beras kepala dan beras patah hasil pengeringan menggunakan FBD dengan dan tanpa tempering yang dilanjutkan dengan pengeringan pada suhu udara lingkungan. Secara garis besar gabah dikeringkan menggunakan alat pengering FBD hingga kadar air ±20% basis basah dengan tinggi tumpukan 10 dan 15 cm, kemudian dilanjutkan dengan proses tempering dan dikeringkan menggunakan udara lingkungan. Fluidisasi dapat berlangsung dengan baik pada kisaran kecepatan superfisial 3,963-3,946 m/s di tinggi tumpukan 10 cm dan 3,640-3,623 m/s pada tinggi tumpukan 15 cm. Persentase beras kepala yang paling tinggi terdapat pada perlakuan yang menggunakan tempering selama 2 jam dan dilanjutkan dengan kering angin lingkungan sebesar 96,38+0,180% pada tinggi tumpukan 10 cm dan 92,38+0,333% pada tinggi tumpukan 15 cm, sedangkan perlakuan tempering yang dikeringkan kembali menggunakan FBD menghasilkan persentase beras kepala yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa tempering yaitu sebesar 86,23+0,201% pada tinggi tumpukan 10 cm dan 84,41+0,279% pada tinggi tumpukan 15 cm
    corecore