3 research outputs found

    Analysis of Factors that Influence the Customer Loyalty in Modern Pharmacy Retail in Indonesia

    Get PDF
    The study analyzes several factors that are seen to influence the customers loyalty in modern pharmacy retail. This study was conducted at Watsons Indonesia. This study examines the influence of in-store experience (IE), membership programs (M), and use of private labels (PL) on customer loyalty. Shopping habits are proposed as a variable that moderates the three independent variables on customer loyalty. Data was collected from a sample of 232 Watsons Indonesia customers and the relationship between variables was tested using structural equation models. The findings show that IE and M are not proven to have a significant influence, but PL is proven to have a significant influence on customer loyalty at Watsons Indonesia. Furthermore, shopping habits do not significantly moderate EI, PL, and M in building customer loyalty of the company

    Pra Rancangan Pabrik Dimethyl Ether (DME) Dari Batubara

    No full text
    Data Kementerian ESDM pada tahun 2017, tercatat sebanyak 26,2 miliar ton batubara yang tersebar di seluruh Indonesia terlebih di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatra. Dikarenakan ketersediaannya yang melimpah, batubara berpotensi besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi maupun bahan baku produksi. Namun pada tahun 2017, produksi batubara nasional per tahun mencapai 461 juta ton. Pemanfaatan terbesar dalam negeri digunakan untuk kelistrikan yaitu sebesar 83% dan selebihnya untuk industri semen, pupuk, tekstil pulp, metalurgi, briket dan lainnya sebesar 17%. Selain pemanfaatan dalam negeri, batubara juga diekspor ke negara tujuan seperti China, India dan Jepang. Bahan baku produksi bermacam senyawa kimia seperti dimetil eter (DME), methanol, ammonia dan sebagainya dapat diperoleh dari batubara yang telah diolah menjadi synthetic gas. DME merupakan zat kimia stabil dengan titik didih -25,1Β°C pada tekanan atmosferik dan tekanan uap sekitar 0,6 MPa pada 25Β°C. Viskositas DME berada pada rentang 0,12 - 0,15 kg/ms atau setara dengan viskositas propana dan butana, sehingga infrastruktur untuk LPG dapat juga digunakan untuk DME. Apabila DME dibakar akan menghasilkan warna nyala biru terang. Menurut Menteri ESDM, kebutuhan LPG domestik pada tahun 2021 diperkirakan naik menjadi 9,51 juta ton dan akan terus meningkat. Nyatanya, kenaikan ini tidak dibarengi dengan peningkatan produksi LPG. Kemiripan karakteristik yang dimiliki DME dengan LPG membuat DME dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan. DME sebagai bahan bakar dapat dimanfaatkan secara langsung maupun sebagai campuran. Pengembangan DME tahap awal bisa didorong dengan skema mandatori DME 20% dicampur sebanyak ke LPG. Dengan berdirinya pabrik DME dari batubara, maka diharapkan dapat mengurangi kebutuhan impor DME oleh Indonesia. DME dari batubara melalui beberapa tahapan proses sebagai berikut: 1. Unit Gasifikasi β†’ tahap pembuatan syngas dari batubara 2. Unit Water Gas Shift β†’ tahap penyesuaian kandungan H2 dan CO dalam syngas 3. Unit Acid Gas Removal β†’ tahap penghilangan kandungan acid gas dalam syngas 4. Unit Sintesa DME β†’ tahap pembuatan DME dari syngas 5. Unit Purifikasi DME β†’ tahap pemurnian DME Adapun pabrik direncanakan beroperasi dalam kondisikondisi berikut ini. ● Operasi : 24 jam/hari selama 330 hari/tahun ● Kebutuhan bahan baku : 314.100 kg/jam feed batubara ● Kapasitas produksi : 13.000 ton DME/tahun dengan kemurnian 98% wt Rancangan pabrik ini memiliki sumber dana investasi sebesar 40% dari modal pihak pertama dan pinjaman bank sebesar 60% dengan suku Bunga 8% per tahun. Pelunasan akan dilakukan dalam jangka waktu 10 tahun. Berdasarkan Analisa ekonomi yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut : ● Investasi : Rp 262.925.647.421,83,- ● Internal Rate of Return : 41,97% ● POT : 2,73 tahun ● BEP : 24% ● NPV 15 tahun : Rp 685.245.996.585,- ====================================================================================================== From the Ministry of Energy and Mineral Resources Data in 2017, it was recorded that 26.2 billion tons of coal spread throughout Indonesia especially in Kalimantan island and island Sumatra. Due to its abundant availability, coal has a great potential to be used as a source of energy or even industrial raw materials. But in 2017, national coal production per year has reached 461 million tons. The largest domestic utilization of coal was used for electricity for about 83% and the rest for cement, fertilizer, pulp textile, metallurgical, briquette and others industry for about 17%. Besides domestic utilization, coal was also exported to other countries such as China, India and Japan. Raw materials for the production of various chemical compounds such as dimethyl ether (DME), methanol, ammonia and so on can be obtained from processed coal that becomes synthetic gas. DME is a stable chemical with a boiling point of -25.1Β°C at atmospheric pressure and vapor pressure are about 0.6 MPa at 25Β°C. Viscosity DME is in the range of 0.12 - 0.15 kg / ms or equivalent with the propane and butane viscosity, so that the infrastructure for LPG can also be used for DME. When DME is being burned, it will produce a bright blue color. According to the Minister of ESDM, domestic LPG demands in 2021 are expected to rose to 9.51 million tons and will continue to increase. In fact, this increase is not accompanied with an increase in LPG production. The characteristics similarity of DME and LPG makes DME can be used as an environmentally friendly alternative fuel. DME as fuel can be used directly or as a mixture. Early-stage of DME development could be encouraged by 20% DME mandatory schemes that is mixed with LPG. By the establishment of the DME factory from coal, it is expected to reduce the import amount of DME in Indonesia. DME from coal goes through several stages of process as follows: 1. Gasification Unit β†’ the stage of making syngas from coal 2. Water Gas Shift Unit β†’ the adjustment stage of H2 and CO content in syngas 3. Acid Gas Removal Unit β†’ the stage of removal of acid gas content in syngas 4. DME Synthesis Unit β†’ the stage of making DME from syngas 5. DME Purification Unit β†’ DME purification stage The plant is planned to operate under the following conditions. ● Operation: 24 hours/day for 330 days/year ● Raw material requirements: 314,100 kg/hour of coal feed ● Production capacity: 13,000 tons of DME/year with purity of 98% wt The design of this factory has an investment fund source from the first party about 40% and bank loans at 60% with an interest rate of 8% per year. Repayment will be made within 10 years. Based on economic analysis What has been done, obtained the following results: ● Investment : Rp 262,925,647,421,83,- ● Internal Rate of Return: 41.97% ● POT : 2.73 years ● BEP: 24% ● 15-year NPV : Rp 685,245,996,585,

    Pra Rancangan Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Batubara

    Get PDF
    Data Kementerian ESDM pada tahun 2017, tercatat sebanyak 26,2 miliar ton batubara yang tersebar di seluruh Indonesia terlebih di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatra. Dikarenakan ketersediaannya yang melimpah, batubara berpotensi besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi maupun bahan baku produksi. Bahan baku produksi bermacam senyawa kimia seperti dimetil eter (DME), methanol, ammonia dan sebagainya dapat diperoleh dari batubara yang telah diolah menjadi synthetic gas. Viskositas DME berada pada rentang 0,12 - 0,15 kg/ms atau setara dengan viskositas propana dan butana, sehingga infrastruktur untuk LPG dapat juga digunakan untuk DME. Menurut Menteri ESDM, kebutuhan LPG domestik pada tahun 2021 diperkirakan naik menjadi 9,51 juta ton dan akan terus meningkat. Nyatanya, kenaikan ini tidak diiringi dengan peningkatan produksi LPG. Kemiripan karakteristik yang dimiliki DME dengan LPG membuat DME dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan. Dengan desain umur pabrik selama 15 tahun, didapatkan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 41,97% yang mana nilainya lebih besar dari bunga pinjaman bank sebesar 8%. Didapatkan juga Pay Out Time (POT) selama 2,73 tahun dan Break Even Point (BEP) sebesar 24%
    corecore