20 research outputs found

    Pendugaan Ukuran Pertama Kali Matang Gonad Ikan Kembung (Rastrelliger SP) di Perairan Desa Sidangoli Dehe Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ukuran pertama kali matang gonad dan ukuran mata jaring gillnet untuk penangkapan ikan kembung (Rastrelliger sp) di perairan Sidangoli Dehe. Pengambilan sampel dengan mengikuti kegiatan operasi penangkapan.dengan nelayan. Operasi penangkapan ikan dilakukan sebanyak 2 kali setiap minggu dan dilakukan selama satu bulan. Hasil tangkapan diambil secara acak (random sampling). Hasil tagkapan selanjutnya dilakukan pengukuran panjang cagak dan body girth. Penentuan tingkat kematangan gonad (TKG) yang dilakukan secara visual dengan melihat bentuk, warna serta perkembangan isi gonad.Hasil penelitian diperoleh ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung (Rastrelliger sp) yang tertangkap di perairan Desa Sidangoli Dehe dengan kisaran panjang cagak 250,7 mm sedamgkan ukuran mata jaring insang minimum yang sebaiknya digunakan untuk penangkapan ikan kembung (Rastrelliger sp) yaitu 11,8 cm (4,6 inchi)

    PENDUGAAN UKURAN PERTAMA KALI MATANG GONAD IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp) DI PERAIRAN DESA SIDANGOLI DEHE KECAMATAN JAILOLO SELATAN KABUPATEN HALMAHERA BARAT

    Get PDF
    Abstrak:Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ukuran pertama kali matang gonad dan ukuran mata jaring gillnet untuk penangkapan ikan kembung (Rastrelliger sp) di perairan Sidangoli Dehe. Pengambilan sampel dengan mengikuti kegiatan operasi penangkapan.dengan nelayan. Operasi penangkapan ikan dilakukan sebanyak 2 kali setiap minggu dan dilakukan selama satu bulan. Hasil tangkapan diambil secara acak (random sampling). Hasil tagkapan selanjutnya dilakukan pengukuran panjang cagak dan body girth. Penentuan tingkat kematangan gonad (TKG) yang dilakukan secara visual dengan melihat bentuk, warna serta perkembangan isi gonad.Hasil penelitian diperoleh ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung (Rastrelliger sp) yang tertangkap di perairan Desa Sidangoli Dehe dengan kisaran panjang cagak 250,7 mm sedamgkan ukuran mata jaring insang minimum yang sebaiknya digunakan untuk penangkapan ikan kembung (Rastrelliger sp) yaitu 11,8 cm (4,6 inchi). Kata Kunci : Matang gonad, mata jaring, Rastrelliger sp, Sidangoli Dehe Abstract: The purpose of this study is to determine the size of first-time gonads and the size of gill-net for catching mackerel (Rastrelliger sp) in Dehe Sidangoli waters. Sampling by taking part in arrest operationswith fishermen. Fishing operations are carried out twice a week and carried out for one month. The catch is taken randomly. The result of the next tag is the measurement of the fork length and body girth. Determination of the level of gonad maturity (TKG) that is done visually by looking at the shape, color and development of gonadal contents. The results showed that the first size of mackerel gonad (Rastrelliger sp) that was caught in the waters of Sidangoli Dehe Village with a fork length of 250.7 mm was the minimum size of the gill-net which should be used for catching mackerel (Rastrelliger sp) which was 11.8 cm (4.6 inches). Keywords: Gonad mature, mesh, Rastrelliger sp, Sidangoli Dehe

    ANALISIS KESESUAIAN EKOWISATA HUTAN MANGROVE DI KAWASAN TELUK JAILOLO KABUPATEN HALMAHERA BARAT

    Get PDF
    Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem utama di wilayah pesisir yang sangat produktif namun sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Pengelolaan hutan mengrove harus memperhatikan keterpaduan secara ekologis, ekonomis dan sosial-budaya masyarakat agar pengelolaan secara optimal dan lestari tercapai.  Potensi sumber daya ekosistem mangrove di Kawasan Teluk Jailolo cukup besar tetapi kondisi hutan mangrove belum terdata optimal. Tujuan dari penelitian ini menganalisis kesesuaian lahan dan potensi hutan mangrove bagi peruntukan kegiatan konservasi dan ekowisata mangrove dengan harapan agar pemanfaatan potensi hutan mangrove dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.  Metode  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini dilakukan  dengan pendekatan teknologi penginderaan jauh dalam memperoleh data dan informasi spasial luas mangrove dan pengukuran langsung (survey lapangan) untuk memperoleh data dan kondisi fisik hutan mangrove di kawasan pesisir Teluk  Jailolo,  analisis  area  kesesuaian  lahan  diketahui  berdasarkan  analisis spasial dengan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil analisis data Citra Alos Avnir-2 bahwa luas mangrove yang terdapat di Teluk Jailolo adalah 393.77 ha, sebagian besar menyebar disekitar garis pantai bagian Timur Teluk Jailolo. Sedangkan berdasarkan hasil analisis SIG diketahui bahwa luas kesesuaian mangrove untuk ekowisata dikatahui bahwa kategori sesuai 123. 79 ha, kategori cukup sesuai 157.83 ha, dan kategori kurang sesuai 112.15 ha.  Kata Kunci : Teluk Jailolo, hutan mangrove, analisis kesesuaian lahan, ekowisat

    ASOSIASI DAN RELUNG MIKROHABITAT GASTROPODA PADA EKOSISTEM MANGROVE DI PULAU SIBU KECAMATAN OBA UTARA KOTA TIDORE KEPULAUAN PROVINSI MALUKU UTARA

    Get PDF
    Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis asosiasi dan relung mikrohabitat gastropoda pada ekosistem hutan mangrove di Pulau Sibu Kecamatan Oba Utara Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Pengambilan sampel dilakukan pada saat air surut dengan menggunakan metode line transect. Hasil penelitian diperoleh komposisi jenis-jenis gastropoda di Pulau Donrotu sebanyak 12 jenis yaitu Littrorina scabra, Littorina undulata, Turbo agryrostoma, Turbo chrysostoma, Turbo breneus, Nerita costata, Nerita planospira, Strombus luhuanus,, Cerithiidea cingulata, Telescopium telescopium, Telebralia sulcata dan Terebralia palustris. Pasangan jenis gastropoda yang diperoleh memiliki tipe asosiasi positif sebanyak 14 pasangan, asosiasi negatif sebanyak 11 pasangan  dan tidak ada asosiasi sebanyak 42 pasangan. Jenis gastropoda yang mempunyai relung habitat terlebar adalah Terebralia sulcata dan tersempit adalah Turbo chrysostomus

    KAJIAN KESESUAIAN, DAYA DUKUNG, DAN AKTIVITAS EKOWISATA DI KAWASAN MANGROVE DESA TUADA KECAMATAN JAILOLO KABUPATEN HALMAHERA BARAT

    Get PDF
    Pengembangan wisata mangrove memerlukan kesesuaian sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan yang disyaratkan. Kesesuaian karakteristik sumber daya dan lingkungan untuk pengembangan wisata dilihat dari aspek keindahan alam, keamanan dan keterlindungan kawasan, keanekaragaman biota, keunikan sumber daya dan aksesibilitas. Tujuan penelitian yaitu menghitung indeks kesesuaian kawasan untuk pengembangan ekowisata mangrove, menghitung daya dukung kawasan dan mengidentifikasi jenis kegiatan wisata yang dapat dilakukan dalam kawasan mangrove. Metode yang digunakan adalah metode survei yaitu pengukuran secara langsung untuk mengetahui kondisi biofisik mangrove. Hasil analisis Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) baik stasiun i, stasiun 2 dan stasiun 3 maupun secara keseluruhan menunjukkan kawasan hutan mangrove di Desa Tuada Kecamatan Jailolo berada pada kategori S1 (sangat sesuai). Jumlah Daya Dukung Kawasan (DDK) untuk kegiatan tracking adalah 34 orang/hari, kegiatan piknik  sebanyak 56 orang/hari dan kegiatan camping sebanyak 13 orang. Total daya dukung kawasan wisata mangrove Desa Tuada adalah 102 orang/hari. Aktivitas kegiatan ekowisata mangrove Desa Tuada setiap hari dibuka mulai jam 06.00 – 18.00 WIT. Namun kunjungan wisata lebih banyak pada hari sabtu dan minggu. Tenaga kerja merupakan masyarakat lokal Desa Tuada. Aktivitas wisata yang direkomendasikan terdiri dari Tracking, berperahu, memancing, bird watching dan berenang (10%). Sedangkan fasilitasi wisata yang direkomendasikan berupa Waserda, penginapan, tempat ibadah dan tempat sampah.STUDY OF CONFORMITY, CARRIYING CAPACITY, AND ECOTOURISM ACTIVITIES IN THE MANGROVE AREA OF TUADA VILLAGE, JAILOLO DISTRICT, WEST HALMAHERA REGENCY. Development of mangrove tourism requires the suitability of resources and environment that are in accordance with what is required. Conformity of resource and environmental characteristics for tourism development is seen from aspects of natural beauty, regional security and protection, biota diversity, uniqueness of resources and accessibility. The research objective is to calculate the regional suitability index for the development of mangrove ecotourism, calculate the carrying capacity of the area and identify the types of tourism activities that can be carried out in the mangrove area. The method used is the survey method that is direct measurement to determine the mangrove biophysical conditions. The results of the Tourism Conformity Index (IKW) analysis of Station I, Station 2 and Station 3 as well as overall show that the mangrove forest in Tuada Village, Jailolo District is in the S1 category (very suitable). The amount of Regional Carrying Capacity (DDK) for tracking activities is 34 people / day, picnic activities as many as 56 people / day and camping activities as many as 13 people. The total carrying capacity of the mangrove tourism area in Tuada Village is 102 people / day. Mangrove ecotourism activities in Tuada Village are open daily from 06.00 - 18.00 WIT. But more tourist visits on Saturdays and Sundays. The workforce is the local community of Tuada Village. Recommended tourism activities consist of Tracking, boating, fishing, bird watching and swimming (10%). While the recommended tourism facilitation is a regional legislative body, lodging, place of worship and trash can

    KAJIAN FILOGENETIK IKAN TUNA (Thunnus spp) SEBAGAI DATA PENGELOLAAN DI PERAIRAN SEKITAR KEPULAUAN MALUKU, INDONESIA

    Get PDF
    Ikan tuna (Thunnus Spp) adalah ikan pelagis yang memilili kemampuan migrasi dan nilai komersial. Kondisi oseanografie Maluku Utara dan Ambon mendukung kelimpahan stok populasi sumberdaya. Pengetahuan filogenetik dapat membantu menunjukan hubungan evolusioner dari suatu organisme yang disimpulkan dari data morfologi dan molekuler. Tujuan penelitian untuk mengetahui filogenetik ikan tuna di perairan Maluku Utara dan Ambon. Penelitian ini menggunakan metode PCR-Sequencing. Analisis molekuler menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan primer CRK-CRE, elektroforesis. Rekonstruksi pohon filogenetik menggunakan metode Neighbor joining dan model evolusi Kimura 2-parameter dilakukan dengan aplikasi MEGA5. Hasil penelitian filogenetik menemukan terdapat empat empat clade spesies ikan tuna yang saling berbeda (tuna mata besar ; tuna sirip kuing ; tuna alalunga ; cakalang ). Jarak genetik tuna mata besar (T.obesus)  dengan tuna sirip kuning (T.albacares)  adalah 0.09, tuna mata besar (T.obesus)  dengan tuna alalunga (T.albacore) adalah 0.19, tuna sirip kuning (T.albacares)  dengan tuna alalunga (T.albacore),  sebesar 0.21,  tuna mata besar (T.obesus)  dengan tuna alalunga (T.albacore)  cakalang (K.pelamis) adalah 0.34, cakalang (K.pelamis) dengan tuna alalunga (T.albacore) adalah  0.39 dan tuna sirip kuning (T.albacares)  dengan Cakalang (K.pelamis) adalah 0.34. Semua hasil menunjukan perbedaan genetik yang signifikan, genetik spesies tuna berasal dari satu kelompok dan filogeografi memiliki batas distribusi yang nyata antar satu dengan yang lain.Kata Kunci :     Thunnus, Polymerase Chain Reaction (PCR), Pohon Filogenetik, primer CRK-CRE, , Neighbor joining, Kimura 2-parameter, jarak genetik, MEGA5, filogeografi.  ABSTRACTTuna (Thunnus Spp) is a pelagic fish that has migration capabilities and commercial value. The condition of North Maluku and Ambon oceanographies supports the abundance of resource population stocks. Phylogenetic knowledge can help show the evolutionary relationship of an organism inferred from morphological and molecular data. The aim of the study was to determine phylogenetic of tuna in the waters of North Maluku and Ambon. This study used the PCR-Sequencing method. Molecular analysis uses a polymerase chain reaction (PCR) with CRK-CRE primer, electrophoresis. Reconstruction of the phylogenetic tree using the Neighbor joining method and the Kimura 2-parameter evolution model was carried out with the MEGA5 application. The results of phylogenetic research found that there were four four different clades of tuna species (bigeye tuna; kuing fin tuna; alalunga tuna; cakalang). The genetic distance of big eye tuna (T.obesus) with yellow fin tuna (T.albacares) is 0.09, bigeye tuna (T.obesus) with tuna alalunga (T.albacore) is 0.19, yellow fin tuna (T.albacares) with tuna alalunga (T.albacore), for 0.21, big eye tuna (T.obesus) with alalunga tuna (T.albacore) cakalang (K.pelamis) is 0.34, cakalang (K.pelamis) with alalunga tuna (T.albacore) is 0.39 and yellow fin tuna (T.albacares) with Cakalang (K. pelamis) are 0.34. All results show significant genetic differences, genetic tuna species come from one group and filogeography has a real distribution boundary between one another.Keywords: Thunnus, Polymerase Chain Reaction (PCR), Phylogenetic Tree, CRK-CRE primer, Neighbor joining, Kimura 2-parameter, genetic distance, MEGA5, filogeography
    corecore