23 research outputs found
PENGARUH PERBEDAAN ARAS Aspergillus niger DAN LAMA PERAM TERHADAP KECERNAAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR FERMENTASI KELOBOT JAGUNG AMONIASI SECARA In vitro
Penelitian bertujuan untuk mengkaji interaksi kombinasi perlakuan
perbedaan aras Aspergillus niger (A. niger) dan lama peram dalam fermentasi
kelobot jagung amoniasi terhadap kecernaan protein kasar (KcPK) dan kecernaan
serat kasar (KcSK). Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pakan serta
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, Departemen Peternakan, Fakultas
Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro dari bulan Juni – Desember
2017.
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap pola
faktorial 3 x 3, dengan perlakuan aras A. niger (0; 2,5 dan 5% BK) sebagai faktor
pertama dan lama peram (0, 7 dan 14 hari) sebagai faktor kedua. Masing-masing
perlakuan diulang 3 kali. Parameter yang diamati adalah KcPK dan KcSK. Materi
yang digunakan yaitu kelobot jagung, urea, kapang A. niger dan cairan rumen sapi.
Metode yang dilakukan yaitu melakukan amoniasi kelobot jagung dengan kadar
amonia 6% pada suhu 60ºC selama 4 hari, kemudian dilanjutkan proses
fermentasi, setelah itu dilakukan uji kecernaan in vitro menurut metode Tilley dan
Terry (1963) serta uji protein kasar dan serat kasar menurut AOAC (2005). Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan anova dan jika hasilnya signifikan maka
dilanjutkan dengan uji wilayah ganda Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi yang nyata (p<0,05) antara
kombinasi perlakuan antara aras A. niger dan lama peram dalam meningkatkan
KcPK dan KcSK. Perlakuan aras A. niger 5% dengan lama peram 14 hari
menghasilkan kecernaan yang terbaik ditinjau dari nilai KcPK 63,07% dan KcSK
54,39%. Persentase peningkatan nilai kecernaan pada masing-masing parameter
yaitu pada KcPK sebesar 23,62% dan pada KcSK sebesar 34,40%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kombinasi
perlakuan antara aras A. niger dengan lama peram dapat meningkatkan KcPK dan
KcSK. Perlakuan yang memiliki hasil kombinasi terbaik yaitu dengan penggunaan
aras A. niger sebanyak 5% dan lama peram 14 hari masing-masing memiliki nilai
KcPK 63,07% dan KcSK 54,39%
UJI MIKROBIOLOGIS Salmonella, WATER ACTIVITY DAN TOTAL BAKTERI MULTINUTRIEN BLOK KOMBINASI CANGKANG KERANG DAN CANGKANG TELUR SEBAGAI SUMBER MINERAL
Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh perbedaan
penambahan jenis cangkang pada multinutrien blok (MNB) terhadap Salmonella
sp., water activity dan total bakteri. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli
sampai Agustus 2018 di Kandang Penelitian Kambing Desa Mrunten Wetan,
Kecamatan Ungaran Barat dan Laboratorium Teknologi Pakan Fakultas
Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
Materi yang digunakan pada penelitian ini yaitu MNB yang terdiri dari
cangkang kerang, cangkang telur, hijauan jagung, molases, bentonit, urea dan
garam. Bahan yang digunakan yaitu NaCl 0,85%, media nutrient agar (NA) untuk
menghitung total bakteri dan media MacConkey untuk media Salmonella sp. serta
media biokimia. Alat yang digunakan yaitu timbangan digital, cetakan MNB,
ember, grinder, seperangkat alat analisis proksimat, Aw meter, tabung reaksi,
cawan petri, mikroskop, bunsen, jarum ose, pipet dan inkubator. Metode
penelitian terbagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap pembuatan MNB dan tahap
analisis. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap
terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan (T
0
: MNB tanpa cangkang kerang dan
cangkang telur; T
1
: MNB + 6% cangkang kerang, T
2
: MNB + 6% cangkang telur
dan T
3
: MNB + 3% cangkang kerang + 3% cangkang telur). Parameter penelitian
meliputi jumlah kualitatif Salmonella sp., perhitungan water activity dan total
bakteri. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis varians
(anova) dengan probabilitas kesalahan 5% untuk mengetahui pengaruh perlakuan,
jika terdapat pengaruh perlakuan, untuk mengetahui perbedaan nilai tengah antar
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian cangkang kerang dan
cangkang telur berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap total bakteri dan water
activity. Perlakuan T
0
memiliki total bakteri paling rendah yaitu 0,54 x 10
cfu/g,
sedangkan total bakteri paling tinggi yaitu pada T
2
sebesar 1,85 x 10
cfu/g. Water
activity pada T
0
merupakan Aw paling rendah yaitu 0,52. Hasil identifikasi
analisis kualitatif Salmonella sp. menunjukkan hasil yang negatif pada masingmasing
perlakuan.
Simpulan dari penelitian ini yaitu multinutrien blok tanpa pemberian
cangkang memiliki nilai Aw yang rendah sehingga menyebabkan jumlah total
bakteri pada MNB juga rendah. Multinutrien blok yang diberi maupun tidak diberi
penambahan cangkang tidak terdapat Salmonella sp
Peningkatan Kualitas Tongkol Jagung Teramoniasi Melalui Teknologi Fermentasi Menggunakan Starter Komersial terhadap Produksi VFA dan NH3 Rumen Secara In vitro. (Quality Improvement of Corn Cob Ammoniated by Fermentation Using the Starter Commercial on Production VFA and NH3 Rumen Content In vitro)
Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh kombinasi
perlakuan aras starter mikrobia dan lama peram pada peningkatan kualitas tongkol
jagung melalui perlakuan amoniasi fermentasi terhadap produksi VFA dan NH3
secara in vitro. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei - September 2010 di
Laboratorium Teknologi Makanan Ternak dan Laboratorium Ilmu Makanan Ternak,
Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang.
Parameter yang diamati yaitu produksi VFA dan NH3. Materi yang digunakan
dalam penelitian yaitu tongkol jagung yang diperoleh dari Purwodadi, urea sebagai
sumber amonia, starter mikrobia Biofad sebagai sumber mikrobia, akuades dan bahan
kimia yang meliputi asam sulfat, asam borat, sodium karbonat, indikator merah metyl
dan bromkresol, larutan McDougall, vaselin, NaOH 0,5N, indikator phenoolptalein.
Penelitian dilaksanakan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial
(3 x 5) dengan masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Faktor pertama (S) adalah
aras starter komersial (0, 1 dan 2% terhadap BK), faktor ke dua (T) adalah lama
pemeraman (0, 1, 2, 3 dan 4 minggu). Sebelum difermentasi tongkol jagung
diamoniasi menggunakan amonia 5% terhadap bahan kering tongkol jagung. Hasil
amoniasi tongkol jagung terbaik didasarkan pada kandungan protein kasar tongkol
jagung tertinggi. Proses fermentasi dengan penambahan starter komersial 0, 1 dan
2% dari bahan kering tongkol jagung teramoniasi kemudian dilakukan pemeraman
dengan lama peram 0, 1, 2, 3 dan 4 minggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan aras starter dan lama
pemeraman memberikan pengaruh nyata (P<0,05) meningkatkan fermentabilitas
tongkol jagung yang dilihat dari produksi VFA dan NH3. Tidak terdapat interaksi
pada kombinasi perlakuan aras starter dan lama pemeraman terhadap produksi VFA,
namun terdapat interaksi terhadap produksi NH3 tongkol jagung. Simpulan penelitian
perlakuan amoniasi fermentasi pada tongkol jagung dapat meningkatkan produksi
VFA dan NH3, produksi VFA dan konsentrasi NH3 tertinggi pada aras starter
komersial 2% dengan lama peram empat minggu
PENGARUH PENAMBAHAN ZEOLIT PADA PROSES PELLETING TERHADAP KOMPONEN PROKSIMAT, KALSIUM, DAN PHOSPOR DALAN PELLET LIMBAH PENETASAN SEBAGAI BAHAN PAKAN ALTERNATIF
ADIRA PUTRA HARYANTO. 23010111130130. 2018. Pengaruh Penambahan
Zeolit pada Proses Pelletting terhadap Komponen Proksimat, Kalsium, dan
Phospor dalam Pellet Limbah Penetasan sebagai Bahan Pakan Alternatif.
(Pembimbing: BAMBANG SULISTIYANTO dan BAGINDA ISKANDAR
MOEDA TAMPOEBOLON)
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh penambahan zeolit pada
proses pelleting limbah penetasan
dalam mengurangi kerusakan nutrisi. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2015 di Laboratorium
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Penelitian menggunakan materi berupa limbah penetasan ayam yang terdiri
dari cangkang telur, telur gagal menetas, telur busuk, dan day old chick (DOC)
afkir, serta onggok sebagai filler, dan zeolit sebagai absorben. Alat yang
digunakan meliputi ember dan plastik, blender, mesin pelleting, serta bahan dan
perlangkapan analisis proksimat, kalsium dan phopsor. Percobaan dilakukan
dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan.
Perlakuan penambahan zeolit adalah T
0,
T
1
, T
2
dan T
(0, 2, 4, dan 6 %) B/B. Data
dianalisis dengan analysis of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji jarak
berganda Duncan. Parameter yang diamati meliputi kandungan proksimat,
Kalsium dan Phospor.
3
Hasil penelitian menunjukkan pellet limbah penetasan dengan perlakuan T
,
T
1
, T
2
dan T
mengasilkan kadar air (KA) secara berturut-turut 4,74 ; 4,95 ; 4,95 ;
dan 4,83% . serat kasar (SK) berturut-turut 9,38 ; 9,63 ; 8,71 ; dan 5,04%. Protein
kasar (PK) berturut-turut 29,11 ; 30,70 ; 30,40 ; dan 29,84%. Lemak kasar (LK)
berturut-turut 8,37 ; 8,43 ; 8,24 ; dan 8,16%. Kadar Abu berturut-turut 44,71 ;
49,94 ; 52,68 ; dan 52,88%. Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) berturut-turut
14,11 ; 12,33 ; 9,73 ; dan 13,10%. Kalsium (Ca) berturut-turut 9,30 ; 11,18 ; 9,07 ;
dan 9,05%. Phospor (P) berturut-turut 0,43 ; 0,45 ; 0,43 ; dan 0,42%. Pellet
limbah penetasan dengan taraf 2-6% zeolit (p<0,05) nyata dapat meningkatkan
kadar abu, dan PK, sementara untuk kadar SK dan kalsium pada taraf 4-6% zeolit
nyata menurun. Pengaruh penambahan zeolit pada proses pelletting terhadap KA,
LK, BETN dan P tidak berpengaruh nyata (p>0,05).
3
Simpulan penelitian ini adalah pemberian zeolit sampai dengan 4% pada
pellet limbah penetasan
terbukti mampu mempertahakan kandungan
kalsium,phosphor dan lemak kasar, serta dapat meningkatkan kadar abu dan
protein kasar pada pellet limbah penetasan
Uji Mikrobiologis Feses Kelinci Periode Pertumbuhan yang Diberi Pakan Pellet dengan Penambahan Limbah Kubis Fermentasi
Penelitian bertujuan untuk mengkaji kondisi mikrobiologis feses kelinci
periode pertumbuhan yang diberi pakan pellet dengan penambahan limbah kubis
fermentasi. Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Agustus 2016, di
Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Semarang. Analisis populasi bakteri
dilaksanakan di Balai Laboratorium Kesehatan, Semarang dan analisis pewarnaan
gram dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Muhammadiyah,
Semarang.
Materi yang digunakan yaitu limbah kubis, garam, gula pasir, akuades,
ransum yang terdiri dari jagung kuning, pollard, dedak halus, bungkil kedelai,
wheat bran, dedak kasar dan molases serta 16 ekor kelinci New Zealand White
periode pertumbuhan dengan umur rata-rata 3 bulan. Bahan yang digunakan untuk
menghitung total bakteri dan pemeriksaan pewarnaan gram terdiri dari medium
nutrient agar (NA), pewarna violet kristal, larutan lugol, air, alkohol 95%, larutan
safranin dan minyak imersi. Penelitian dirancang menggunakan pola rancangan
acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan dilakukan
dengan pemberian pakan pellet dengan taraf penambahan limbah kubis fermentasi
yang berbeda, yaitu T0 (100% ransum pakan kelinci + 0% limbah kubis
fermentasi), T1 (100% ransum pakan kelinci + 2% limbah kubis fermentasi), T2
(100% ransum pakan kelinci + 4% limbah kubis fermentasi) dan T3 (100%
ransum pakan kelinci + 6% limbah kubis fermentasi). Penelitian dibagi dalam 3
tahap meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengujian. Parameter
yang diamati yaitu populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram positif serta
bakteri gram negatif dalam feses kelinci. Data hasil pemeriksaan total bakteri dan
keberadaan bakteri gram feses dianalisis menggunakan analysis of varians
(anova).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan jumlah total
bakteri pada feses kelinci akibat mengkonsumsi pellet dengan penambahan
limbah kubis fermentasi. Rata-rata total bakteri pada feses basah masing-masing
perlakuan T1 (2,0 x 1010 cfu/g), T2 (5,77 x 1010 cfu/g) dan T3 (3,38 x 1010 cfu/g),
sedangkan pada perlakuan tanpa penambahan limbah kubis fermentasi yaitu 1,46
x 109 cfu/g. Penambahan limbah kubis fermentasi tidak berpengaruh nyata
(P>0,05) terhadap penurunan bakteri gram negatif dalam feses kelinci periode
pertumbuhan. Simpulan penelitian adalah dari uji mikrobiologis feses, pemberian
pakan pellet dengan penambahan limbah kubis fermentasi sampai dengan level
6% tidak berdampak negatif terhadap kondisi kesehatan saluran pencernaan
kelinci periode pertumbuhan
Evaluation of the Effectiveness of the Use of Papaya Fruit Latex in Making Herbal Medicated Multinutrition Block as a Local Goat Feed Supplement
The use of papaya latex formulated with nitrogen supplementation and minerals in the form of multinutrition blocks that can pass through the rumen is expected to improve nutritional quality and feed digestibility. This study aims to evaluate the effectiveness of the use of fermented rice straw, papaya fruit latex and blood clamshell flour as a main raw material in the manufacture of multinutrition blocks plus herbal anthelmintic medicine (papaya fruit latex) on physical quality (texture, color, aroma, hardness), chemical quality (proximate composition and mineral content of Ca, P, Mg, Cu, Zn). Microbiological tests were carried out on total bacteria, Salmonella and Escherichia coli. The research design used was a completely randomized design with 4 treatment levels of papaya fruit administration and 4 replications. Data is processed statistically using ANOVA. The results of organoleptic physical quality analysis showed significant differences in the texture of the product given the highest papaya latex (0.007ml / kg). Chemical analysis of the product showed a quantitative increase in protein, although statistically the treatment did not show any significant differences. The results of the analysis of the microbiological quality of the product quantitatively showed that the resulting multinutrition block herbs were not contaminated with negative bacteria. It was concluded that multinutrition block herbs can be given to livestock as supplementary feed
Status Mikrobiologi Tepung Ikan Rucah yang Diberi Ekstrak Daun Kersen sebagai Antibakteri pada Berbagai Lama Penyimpanan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji kualitas tepung ikan rucah yang diberi ekstrak daun kersen secara mikrobiologi pada berbagai lama penyimpanan. Ekstrak daun kersen diekstraksi menggunakan metode sokletasi. Konsentrasi ekstrak daun kersen yang digunakan adalah 50%. Tepung ikan rucah ditambahkan ekstrak daun kersen dengan perbandingan 1 : 10 (v/w), diberi perlakuan lama penyimpanan masing-masing T0 (lama penyimpanan minggu ke -0), T1 (lama penyimpanan minggu ke-2) dan T2 (lama penyimpanan minggu ke – 4). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan. Parameter yang diamati adalah total bakteri, bakteri Gram +/- dan identifikasi Escherichia coli dan Salmonella sp. secara kualitatif. Perlakuan lama penyimpanan berbeda nyata (P < 0,05) terhadap total bakteri, namun tidak berbeda nyata (P > 0,05) terhadap bakteri Gram +/-. Secara kualitatif, tidak ditemukan bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. pada sampel yang digunakan. Ekstrak daun kersen yang ditambahkan pada tepung ikan rucah mampu mengurangi jumlah total bakteri, menekan bakteri Gram negatif, Escherichia coli dan Salmonella sp. selama penyimpanan
Penerapan Teknologi Pengolahan Pakan Segar dan Pakan Kering terhadap Konsumsi Pakan, Kecernaan Bahan Kering dan Kecernaan Bahan Organik pada Kambing Jawarandu
Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi dan mengkaji pengaruh pakan
dalam bentuk segar dan kering terhadap konsumsi pakan, kecernaan bahan kering
dan kecernaan bahan organik pada kambing Jawarandu. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Maret-Juni 2016di desa Cepoko Kuning, Batang, Jawa Tengah serta
tahap analisis sampel dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing Jawarandu
betina umur 1,5 tahun sebanyak 16 ekor dengan bobot badan rata-rata 39,22 ±
5,70 kg. Bahan pakan yang digunakan adalah rumput gajah (15%), ampas tahu
(28%), kulit singkong (37%), bekatul (19%) dan premix (1%).Perlakuan meliputi
: T
1
= pemberian pakan dalam bentuk segar ; T
= pemberian pakan dalam bentuk
kering. Parameter yang diamati yaitu konsumsi, kecernaan bahan kering (KcBK)
dan kecernaan bahan organik (KcBO). Data yang diperoleh ditabulasi, kemudian
dianalisis menggunakan analisis statistic uji banding yaitu uji-t (t-Test
Independent Sample) dengan 2 perlakuan 8 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh nyata (P<0,05) perlakuan
pakan terhadap konsumsi pakan, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan
organik. Rataan konsumsi BK pada T
1
dan T
2
berturut-turut adalah sebesar 1,04
kg dan 1,57 kg. Rataan kecernaan bahan kering (KcBK) pada T
2
1
dan T
masingmasing
sebesar 54,92% dan 70,17%, sedangkan rataan kecernaan bahan organik
(KcBO) masing-masing sebesar 63,92 % dan 76,81%.
Simpulan yang diperoleh bahwa pengolahan pakan kering dapat
meningkatkan konsumsi pakan, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan
organik pada kambing Jawarandu