22 research outputs found

    Uji Stabilitas Lima Genotip Pepaya Di Tiga Lokasi

    Full text link
    Pengujian interaksi antara genotip dengan lingkungan (GxE) serta analisis stabilitas hasil suatu genotip merupakan tahap penting dalam program pemuliaan tanaman untuk mendapatkan calon varietas unggul baru. Penelitian bertujuan menguji stabilitas dan adaptasi empat genotip pepaya dan satu pembanding. Penelitian dilakukan di tiga lokasi yaitu, KP. Sumani, Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Lubuk Alung, Sumatera Barat, dan KP. Subang, Jawa Barat, mulai Bulan Maret sampai Desember 2010 menggunakan rancangan acak kelompok. Perlakuan terdiri atas lima genotip pepaya, yaitu Merah Delima, BT-2, Carmina, Carmida, dan California dengan enam ulangan. Peubah yang diamati ialah persentase tanaman sempurna dan betina, tinggi bunga pertama, ruas letak bunga pertama, tinggi buah pertama, bobot buah, jumlah buah/pohon, produksi buah/pohon, dan padatan terlarut total (PTT) (oBrix). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase tanaman berbunga sempurna dan berbunga betina pada genotip Merah Delima, BT-2, Carmina, dan Carmida mempunyai nilai koefisien regresi (βi)<1, berarti tahan terhadap Perubahan lingkungan. Pengujian terhadap tinggi bunga pertama dan ruas letak bunga pertama memperlihatkan bahwa BT-2 dan California mempunyai koefisien regresi (βi)<1 (tidak responsif terhadap Perubahan lingkungan). Interaksi varietas (genotip) dengan lokasi (lingkungan) terjadi pada karakter persentase tanaman berbunga sempurna, persentase tanaman berbunga betina, ruas letak bunga pertama, tinggi bunga pertama, bobot buah, produksi/pohon, dan PTT. Produksi buah/pohon Merah Delima dan Carmida mempunyai nilai koefisien regresi (βi) = 1 dan genotip memiliki rerata hasil di atas rerata umum yang berarti genotip tersebut beradaptasi baik terhadap semua lingkungan. Kedua genotip tersebut sangat potensial untuk dikembangkan di beberapa lingkungan karena beradaptasi baik pada tiga kondisi lingkungan dengan hasil di atas rerata. Oleh karena itu dapat direkomendasikan menjadi VUB yang dapat dikembangkan di lahan petani

    Daya Gabung Dan Aksi Gen Pada Karakter Buah Dan Hasil Dari Populasi Setengah Dialel Lima Genotipe Pepaya (Carica Papaya L.)

    Full text link
    Salah satu masalah dalam perakitan varietas hibrida, yaitu memilih tetua yang mempunyai daya gabung tinggi. Untuk menghasilkan hibrida F1 pepaya dengan kualitas dan produksi yang tinggi diperlukan informasi daya gabung yang tinggi antartetua. Penelitian bertujuan mengetahui daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK) untuk mendukung program perbaikan genetik varietas pepaya. Pendugaan DGU dan DGK menggunakan populasi setengah dialel lima genotipe pepaya. Lima tetua pepaya yang dipergunakan, yaitu BT2, Carmina, Dampit, Carmida, and Merah Delima. Penelitian menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter bobot buah, panjang buah, dan kekerasan daging dikendalikan oleh aksi gen aditif. Tetua Dampit dapat dipilih sebagai tetua dengan DGU terbaik untuk karakter tersebut. Karakter tebal daging, PTT, jumlah buah, produksi per pohon, dan persentase buah cacat dikendalikan oleh aksi gen nonaditif karena efek DGK dan ragam nonaditif lebih besar daripada efek DGU dan ragam aditif. Hibrida Carmina x Carmida mempunyai nilai DGK dan rata-rata yang tinggi untuk karakter tebal daging dan PTT. Hibrida BT2 x Dampit, Carmina x Dampit, Dampit x Merah Delima, dan Dampit x Merah Delima mempunyai DGK dan rerata yang tinggi untuk karakter produksi per pohon. Pasangan kombinasi hibrid F1 tersebut dapat berpotensi untuk dipilih sebagai varietas unggul hibrida pepaya dengan keunggulan produksi buah yang tinggi. Calon varietas unggul baru pepaya tersebut dapat dikembangkan di masyarakat sehingga akan meningkatkan produksi pepaya di Indonesia

    Transformasi CDNA Gen 1-Aminosiklopropan-1-Asam Karboksilat Oksidase Untuk Penundaan Kematangan Buah Pepaya Dampit Dan Sarirona

    Full text link
    Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2002 sampai Februari 2003, bertujuan untuk mendapatkan kalustransforman gen 1-aminosiklopropan-1-asam karboksilat oksidase yang mampu hidup dan dapat berdiferensiasi,wahana untuk membuat pepaya transgenik tahan simpan, telah dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, BalaiBesar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian, Bogor. Mutu buah pepaya salah satunyaditentukan oleh kesegaran buah saat dikonsumsi. Proses pemasakan buah pepaya berlangsung sangat cepat, hal inimenyulitkan dalam transportasi pepaya, terutama untuk menjangkau tempat yang jauh. Proses pemasakan buahdikontrol oleh meningkatnya konsentrasi hormon etilen yang disintesis dari 1-aminosiklopropan-1-asam karboksilat.Produksi etilen dapat ditekan dengan memblok jalur biosintesis etilen. Mekanismenya adalah membuat antisens genreg u la tor biosintesis etilen. Transformasi pepaya varietas dampit dan sarirona dilakukan menggunakan bombardemenpartikel. Rancangan percobaan adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan acak lengkap. Sumber eksplan pepayaberupa embrio zigotik yang digunakan untuk optimasi taraf kematian terhadap kanamisin, uji gus menggunakanplasmid pRQ6 (gen gus, NPH, promotor 35S, dan ter mi na tor NOS) dan introduksi gen interes dalam plasmid pGA643SM4 (gen antisens 1-aminosiklopropan-1-asam karboksilat oksidase, NPT II, promotor 35S, dan ter mi na tor NOS)pada me dia seleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua eksplan pepaya op ti mal pada kanamisin 150 mg/l, dimana pada konsentrasi ini eksplan mati seluruhnya. Pengujian gus terbanyak pada varietas sarirona 25% (25 spotbiru) jarak 9 cm, sedangkan varietas dampit 10% (9 spot biru) jarak 5 cm. Spot biru menandakan gen yang disisipitelah terintegrasi pada gen tanaman. Efisiensi gen antisens ACC oksidase pada me dia seleksi kanamisin 150 mg/lmenunjukkan 16% (14 embrio kotiledon) pada varietas dampit, sedangkan varietas sarirona tidak tumbuh.Tumbuhnya transforman pada me dia seleksi menunjukkan eksplan tersebut sudah tersisipi pGA643 SM4 yangmengandung gen tahan terhadap kanamisin (gen NPT II ).Trans for ma tion of cDNAACC ox i dize gene for de lay rip en ing on pa paya dampit and sarirona. This re search was con ducted from Jan u ary2002 to Feb ru ary 2003. The aim of this re search was to find out trans formed cal lus by aminocyclopropane carboxylicacid (ACC) ox i dize gene, there are vi a ble and be able to dif fer en ti a tion, the means to de velop pa paya trans gen ic forde lay rip en ing. The re search was con ducted at the Lab o ra tory of Mo lec u lar Bi ol ogy of Re search In sti tute for Bio tech -nol ogy and Ag ri cul tural Ge netic Re sources, Bogor. One of pa paya qual ity was de ter mined by fruit fresh ness. The pro -cess of pa paya ma tu rity was very fast. This prob lem made dif fi cult for hap pened pa paya trans por ta tion. The pro cess ofma tu rity was con trolled by in creas ing con cen tra tion of eth yl ene hor mone and it was syn the sized from1-aminocyclopropane-1-carboxylic acid. One of ef fort pressed eth yl ene pro duc tion was long dis tance block ingethylene biosynthesis path way. Mech a nism of block ing eth yl ene biosynthesis path way was made antisens of genereg u la tor. The trans for ma tion of pa paya dampit and sarirona va ri ety have been de rived by bom bard ment par ti cle. Theex per i men tal de sign was de scrip tive quan ti ta tive with ran dom ized com plete de sign. The zy gotic em bryo as explantsource were used for op ti miz ing kanamycin lev els, gus as say with pRQ6 plasmid (gus gene, NPH, 35S pro moter, andNOS ter mi na tor) and in tro duc tion in ter est gene with pGA643 SM4 plasmid (antisens ACC ox i dize gene, NPT II, 35Spro moter, NOS ter mi na tor) on the se lec tive me dium. The re sults in di cated the op ti miz ing of both pa paya on 150 mg/lkanamycin. This con cen tra tion made all explant of results. Gus as say pref er ence of sarirona 25% (25 blue spot) in dis -tance 9 cm and dampit 10% (9 blue spot) in dis tance 5 cm. Ef fi ciency of antisens ACC ox i dize gene on se lec tive me -dium con tain ing 150 mg/l kanamycin in di cated 16% (14 cotyledone em bryo) in dampit but in sarirona was not growth.Transforman growth on se lec tive me dium in di cated pGA643 SM4 have in serted to zy gotic em bryo be cause plasmidcon tain ing se lec tion gene of kanamycin (NPT II gene)

    Evaluasi Sistem Informasi Yang Dikembangkan Dengan Metodologi Extreme Programming

    Full text link
    Penggunaan sistem informasi di lingkungan laboratorium STMIK AMIKOM merupakan bagian penting. Sistem informasi dikembangkan sendiri oleh laboratorium, diantaranya yaitu sistem informasi peminjaman alat yang dikembangkan menggunakan metode extreme programming (XP).Untuk mengetahui keberhasilan sistem informasi peminjaman alat maka dilakukan evaluasi menggunakan metode End User Computing Satisfaction (EUCS), yaitu mengukur kepuasan pengguna akhir sebagai indikator keberhasilan sistem. Penerpan metode XP juga dievaluasi apakah sesuai standar. Hasilnya evaluasinya sistem informasi berhasil tetapi dilevel rendah, dan ada beberapa practice XP tidak sesuai standar

    Pengaruh Konsentrasi Agar Batang terhadap Karakteristik Fisikokimia dan Organoleptik Selai Murbei Hitam (Morus Nigra L.) Lembaran

    Get PDF
    Mulberry jam sheet is modified product from jam with the addition of gelling agent such as sugar as sweetening and preservative agent also agar bar and carrageenan as gelling agent. Mulberry jam sheet was more practice in form and size which has been adapted with sliced form of bread compared with normal jam. Production of mulberry jam sheet needs addition of gelling agent to form solid texture. The addition of agar bar can affects mulberry jam sheet's characteristics, therefore it was necessary to study the effect of the concentration of agar bar. The methodology of this research was a randomized block design (RBD) with one factor, that was the concentration of agar bar (P), which consists of six levels 0.6% (P1); 0.8% (P2); 1.0% (P3); 1.2% (P4); 1.4% (P5); dan 1.6% (P6) of mulberry puree used. Repetition of the experiments are carried out four times. Difference concentration of addition agar bar affect moisture content, texture (hardness, adhesiveness, and cohesiveness), and texture organoleptic parameter. Increasing concentration of agar bar caused a decreased of moisture content, syneresis level, and lightness also increased of hardness, adhesiveness, and cohesiveness. Increasing agar bar concentration was not affect antioxidant activity also taste and color organoleptic. The color of mulberry jam sheet was purple-black. Best treatment of mulberry jam sheet was addition of 1% agar bar which had moisture content 30.48%, hardness 845.379 g, adhesiveness -914.791 g.s, cohesiveness 0,917, also sensory score taste 5.0160, color 4.9721, and texture 5.5966 with score 1-7 as standart

    Seasonal effect and long-term nutritional status following exit from a Community-Based Management of Severe Acute Malnutrition program in Bihar, India.

    Get PDF
    BACKGROUND/OBJECTIVES: Children aged 6 months to 5 years completing treatment for severe acute malnutrition (SAM) in a Médecins Sans Frontières Community Management of Acute Malnutrition (CMAM) program in Bihar, India, showed high cure rates; however, the program suffered default rates of 38%. This report describes the nutritional status of 1956 children followed up between 3 and 18 months after exiting the program. SUBJECTS/METHODS: All children aged 6-59 months discharged as cured with mid-upper arm circumference (MUAC) ⩾120 mm or who defaulted from the program with MUAC <115 mm were traced at 3, 6, 9, 12 and 18 months (±10 days) before three exit reference dates: first at the end of the food insecure period, second after the 2-month food security and third after the 4-month food security. RESULTS: Overall, 68.7% (n=692) of defaulters and 76.2% (n=1264) of children discharged as cured were traced. Combined rates of non-recovery in children who defaulted with MUAC <115 mm were 41%, 30.1%, 9.9%, 6.1% and 3.6% at 3, 6, 9, 12 and 18 months following exit, respectively. Combined rates of relapse among cured cases (MUAC ⩾120 mm) were 9.1%, 2.9%, 2.1%, 2.8% and 0% at 3, 6, 9, 12 and 18 months following discharge, respectively. Prevalence of undernutrition increased substantially for both groups traced during low food security periods. Odds of death were much higher for children defaulting with MUAC <110 mm when compared with children discharged as cured, who shared the same mortality risk as those defaulting with MUAC 110-<115 mm. CONCLUSIONS: Seasonal food security predicted short-term nutritional status after exit, with relapse rates and non-recovery from SAM much higher during food insecurity. Mortality outcomes suggest that a MUAC of 110 mm may be considered an appropriate admission point for SAM treatment programs in this context
    corecore