3 research outputs found
PERILAKU SISWA DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN INTERNET SEBAGAI MEDIA BELAJAR (STUDI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 SUNGAI AMBAWANG)
This research aims to describe students’ behavior in using the internet while learning and analyze factors that change the students’ behavior at the State Senior High School 2 of Sungai Ambawang. The research used a qualitative method to obtain a detailed and comprehensive understanding of their behavior using the internet as learning media at school. The research found that the student struggled to concentrate during the lesson. One of the factors was that the students played game, browsed other media, and did other online activities. The data were collected using interviews, observation, and documentation. To analyze the data, the researchers did several procedures such as data reduction, presentation, and verification. This research used a behaviorism theory expressed by B.F. Skinner. This theory focuses on the relationship between the effect of an individual’s behavior on his surroundings and the effect of the surrounding on the individual. According to Skinner, almost all human behavior falls into two categories: respondent and operant behavior. Respondent behavior is an unconscious action (reflex) that is resulted from a particular stimulus from the surrounding. Meanwhile, the operant behavior refers to behavior emitted spontaneously and freely
MANAJEMEN PRODUKSI USAHA BERSAMAJAGUNGGORENGGURIH DI KELURAHAN LABUHBARU BARAT PEKANBARU DITINJAU MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
Skripsi ini berjudul: Manajemen Produksi Usaha Bersama Jagung
Goreng Gurih Di Kelurahan Labuhbaru Barat Pekanbaru Ditinjau Menurut
Perspektif Ekonomi Islam.
Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah adanya keinginan yang
kuat dari pemilik usaha bersama jagung goreng gurih untuk meningkatkan
perekonomian keluarga, serta adanya tekad yang kuat dari pemilik usaha untuk
memperbaiki sistem manajemen produksi dalam berusaha, walaupun kurangnya
pengetahuan pemilik usaha dalam berwirausaha.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah, bagaimana manajemen
produksiusaha bersama jagung goreng gurihPekanbaru, apa faktor pendukung dan
penghambat dalam manajemen produksi usaha bersama jagung goreng
gurihPekanbaru serta bagaimana tinjauan ekonomi islam terhadap manajemen
produksi usaha bersama yang dimaksud. Lokasi penelitian ini Jl. Sepakat Gg. Demokrasi Kelurahan Labuhbaru
BaratKecamatan Payung Sekaki Pekanbaru. Dalam penelitian ini penulis
mengambil populasi sebanyak 4 orang diantaranya 1 orang pimpinan usaha, 1
orang kepala bagian produksi dan 2 orang staff produksi. Sedangkan teknik
pengambilan sampel penulis menggunakan teknik Total Sampling yaitu teknik
pengumpulan sampel secara keseluruhan. Adapun dalam pengumpulan data,
penulis menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dari
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang kemudian penulis analisa
menggunakan analisa deskriptif kualitatif.
Pada usaha bersama jagung goreng gurih yang ada di Kelurahan Labuhbaru
Barat Pekanbaru menerapkan fungsi manajemen yaitu: Perencanaan (Planning)
yaitu bahan baku, desain produk dan mesin-mesin
teknologi.Pengorganisanisasian(Organizing) yaitu adanya struktur organisasi dan
pembagian kerja.Pengarahan (Directing)yaitu cara memproduksi jagung, cara
penggorengan, proses pengemasan. Pengawasan (Controling) yaitu adanya
pengawasan dalam mendapatkan bahan baku, penggorengan.Evaluasi
(Evaluating) yaitu adanya agen lebih dari satu, adanya penambahan alat produksi.
Faktor pendukung usaha bersama jagung goreng gurih adalah makanan
ringan,banyaknya permintaan konsumen, menciptakan lapangan pekerjaan,
keinginan yang kuat untuk meningkatkan pendapatan. Adapun yang menjadi
faktor penghambat dalam usaha jagung goreng gurih ini adalah modal, peralatan,
tenaga kerja kurang profesional, tidak adanya pembinaan dari pemerintah
Ditinjau menurut perspektif ekonomi islam, dari konsep halal-haram,
pimpinan usaha sudah menerapkan kriteria halalan toyyiban dalam membuka
usaha, karena bahan baku yang digunakan adalah jagung. Dan juga sudah
menerapkan prinsip ta’awun (tolong menolong) yaitupimpinan usaha sudah
merangsang masyarakat untuk bekerja dan berusaha, keberadaan usaha ini telah
menyerap tenaga kerja, berarti telah ikut andil dalam mengurangi pengangguran.
Dilihat dari prinsip itqan (sungguh-sungguh), pimpinan usaha sudah menerapkan
prinsip itqan. Hal ini dapat dilihat dari pimpinan usaha sudah dapat memenuhi
kebutuhan keluarganya, tanpa ada usaha lain yang digelutinya.Namun dari segi teknologi dan kualitas produksi, usaha ini mengandung unsur dharar (bahaya), hal
ini dapat dilihat dari pemilik usaha tidak memperhatikan bahaya yang ditimbulkan
dari tidak terjaganya kebersihan tempat produksi dan kualitas minyak
penggorengan yang mereka gunakan. Mereka menggunakan minyak goreng lebih
dari dua kali pakai. Dan dari segi Al-Mujahadah (kerja keras dan optimal)
pimpinan usaha jagung goreng gurih belum menerapkan prinsip yang demikian,
sehingga dapat dilihat dari pekerjaan yang mereka lakukan belum dilakukan
secara optimal, sehingga pimpinan usaha belum bisa menjawab permintaan
konsumen tentang penambahan rasa produk
PKM Strategi Penguatan Literasi Digital Kritis untuk Pembinaan Perempuan di Lapas Kota Pontianak
Prison women are a group of people who are trained so that they do not repeat crimes when they reintegrate into society. Therefore, we conducted Tular Reason education activities for female Pontianak prison residents. The aim of the Tular Nalar digital literacy training at the Pontianak City women's prison is to (1) increase critical awareness to avoid crimes originating in the media, such as hoax traps and fraud, as well as incitement, hate speech, etc. (2) Provide the ability to check simple facts using several methods and tools. (3) Become a digital literacy agent in their environment. The activity participants are residents of the Pontianak Women's Penitentiary, most elderly. This activity was attended by 50 older women in prisons consisting of 45 prison residents and five prison officers. The participants were divided into five groups, each accompanied by one facilitator. The facilitators used the activity implementation guide module for the facilitator and the implementing team, templates of training props such as Stickers, Flyers, etc., which can be adjusted according to needs. The material presented to the participants included: (1) Understanding the basics of anti-hoax advocacy. (2) Understanding how to identify hoaxes, (3) Discussing digital fraud, (4) Discussing hate speech. The stages of the activity are using presentations, video screenings, and group discussions, practicing checking news hoaxes/facts, and filling out questionnaires to find out the participants' understanding accompanied by facilitators. The activity results were that the participants could identify hoaxes from the teaching materials used. The participants could present the results of group reflections and carry out simple fact checks.