10 research outputs found

    Civil-Military Cooperation in Disaster Management

    Get PDF
    During Jakarta flood from 2013 to 2015, emergency response optimized roles of military and civil. Civil-military coordination is a mechanism in disaster management in term of accelerating response and minimizing number of victim and damage as well. The aim of this study is to analyze and describe the system of coordination and civil-military cooperation in emergency response Jakarta flood from 2013 to 2015 and find optimal form of cooperation and coordination emergency response of civil-military in the Jakarta flood 2013. This qualitative research is a descriptive research with data collection techniques is literature review and in-depth interviews. The results showed that the civil-military coordination in the flood disaster can be run either although the difference between commando and grammar used in the civil-military provide constraints in emergency operations

    ALTERNATIF PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PETANI TAMBAK (Studi Kasus di Delta Bodri, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah)

    Get PDF
    Penelitian tentang studi pengeIolaan kawasan pesisir telah dilakukan di wilayah Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal Jawa Tengah, yang daerahnya berupa kawasan pesisir untuk pemanfaatan tambak. Tujuannya untuk mencari kesesuaian bentuk penggunaan lahan wilayah pantai dengan pengelolaan sumber daya pantai, dengan memperhitungkan kelestraian sumber daya alam dan lingkungan. Penelitian dilaksanakan dengan menggabungkan aspek sosial (demografi, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan) dan aspek fisik (tanah, hidrologi, oseanografi, dan vegetasi). Temuan dalam penelitian dikelompokkan dalam empat hal. Yang pertama, perlunya diadakan perubahan penempatan lokasi tambak agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan di daerah pertambakan, yaitu hendaknya berjarak 100m, karena pada lokasi tersebut aspek fisik dapat mendukung lahan untuk tambak. Kedua, perlunya perluasan kesempatan kerja, yaitu pada sub sektor pertambakan, industri dan pengembangan fasilitas pelayanan, serta perlunya mengoptimalkan jam kerja untuk menambah pendapatan petani tambak. Ketiga, penentuan kawasan lindung pantai sebagai upaya perlindungan ekosistem pantai, yaitu ditempuh dengan menetapkan kawasan lindung pantai yang berupa sempa dan pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal selebar 100m dari titik pasang naik, sedangkan kawasan lindung hutan bakau sebagai upaya penahan abrasi selebar 91m dari luapan pasang ke arah daratan. Yang terakhir, untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat petani tambak masih banyak yang perlu diperbaiki, baik berupa fasilitas teknik atau sistem pemasaran mau pun fasilitas-fasilitas lainnya (kesehatan dan pendidikan)

    PENGURANGAN RISIKO BENCANA GEMPA BUMI-TSUNAMI DI PANGKALAN TNI AU PADANG AKIBAT MEGATHRUST MENTAWAI

    Get PDF
    - Berdasarkan data geologi, sejak tahun 2009 para ahli telah memperkirakan bahwa di Kepulauan Mentawai akan terjadi gempa bumi besar (megathrust) dengan magnitudo 8,9 skala Richter dan 10 menit setelahnya akan terjadi tsunami di kepulauan tersebut. Pada menit ke-35, tsunami setinggi 10 meter akan sampai di Kota Padang yang berjarak 2,5 km dari garis pantai, tergantung topografi daratannya. Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Padang termasuk salah satu wilayah yang terancam oleh megathrust Mentawai karena terletak hanya ±800 meter dari garis pantai. Untuk mengetahui seberapa tinggi risiko bencana gempa bumi di Lanud Padang, telah dilakukan penelitian dengan cara menilai bahaya gempa bumi, kerentanan bangunan, dan kapasitas masyarakat, sedangkan untuk mengetahui seberapa tinggi risiko dan dampak bencana tsunami dilakukan penilaian bahaya tsunami dan waktu evakuasi tsunami. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah integrasi data dari sistem informasi geografis, citra potret udara, dan observasi di lapangan. Penilaian bahaya gempa bumi merupakan perpaduan informasi antara geologi Lanud dengan nilai indeks seismik Sumatera Barat. Penilaian kerentanan bangunan melalui observasi dengan menggunakan metode Rapid Visual Screening (RVS) of building for potential seismic hazard yang dikembangkan oleh Federal Emergency Management Agency (FEMA). Penilaian kapasitas masyarakat melalui wawancara dan kuesioner terhadap variabel kesadaran dan kesiapsiagaan. Penilaian bahaya tsunami dilakukan dengan memadukan informasi mengenai elevasi permukaan lahan, kelas kerawanan tsunami Kota Padang dan ketinggian air landasan tsunami. Penilaian waktu evakuasi tsunami dilakukan dengan memadukan informasi mengenai simulasi evakuasi bahaya tsunami dan klasifikasi waktu evakuasi. Berdasarkan hasil analisa, penilaian risiko bencana gempa bumi menghasilkan 5 (lima) kelas indeks risiko yaitu sangat rendah (0-0,240), rendah (0,241-0,480), sedang (0,481-0,720), tinggi (0,721-0,960) dan sangat tinggi (0,961-1,200). Penilaian dampak bencana tsunami menghasilkan lima kelas indeks dampak yaitu sangat rendah (0-1,17), rendah (1,171-1,710), sedang (1,711-2,250), tinggi (2,251-2,790) dan sangat tinggi (2,791-3,360). Upaya pengurangan risiko dilakukan dengan menitikberatkan pada peningkatan infrastruktur dan peningkatan kapasitas dapat mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh bencana gempa bumi-tsunami. Kata Kunci: gempa bumi, kapasitas masyarakat, kerentanan bangunan, risiko, tsunam

    Assessment of Siosar’s community sustainability in post-disaster relocation of Mount Sinabung eruption

    No full text
    The practices and ways of humans interact with the environment will affect the sustainability of the society life. The achievement of a sustainability in a community in a certain place can be measured from the condition of balance of three important aspects which are ecological, social and spiritual aspects. Each region has a different level of sustainability. The purpose of this research is to analyze the sustainability level of the community resettlement from the Mount Sinabung eruption. The research was carried out in the Karos Siosar Relocation Area of North Sumatra. The Community Sustainability Assessment (CSA) method introduced by the Global Ecovillage Network/GEN is used to analyze its level of sustainability. The results of the research show that of the total value of each aspect is 523 which means showing a good start towards sustainability. However, when viewed from each aspect, the ecological aspect with a low value is 139 when compared to the other two aspects and shows the need for action in achieving sustainability. The social aspect obtained 208 values and spiritual aspects obtained 176 values, which shows that the people in the Siosar relocation area showed a good start towards sustainability

    Pemulihan Kehidupan Masyarakat Korban Longsor di Banjarnegara

    No full text

    Analisis Penyebab Masyarakat Tetap Tinggal di Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi (Studi di Lereng Gunung Merapi Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta)

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk memetakan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat tetap tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan mixed method. Penentuan jumlah responden dengan rumus Slovin dengan batas toleransi 7 persen dan terpilih sebanyak 151 responden. Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat tetap tinggal di daerah rawan bencana menggunakan analisis deskriptif statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 61,6 persen masyarakat merasa nyaman dan tenteram tetap tinggal di daerahnya meski daerahnya rawan bencana. Kenyamanan ini dikarenakan faktor lingkungan, ekonomi, dan sosial. Faktor lingkungan terutama kesuburan tanah, potensi pasir, kerikil dan batu. Sebanyak 56,9 persen penduduknya berpenghasilan lebih besar dari upah minimum regional kabupaten yang sebesar 1,4 juta rupiah per bulan. Sebanyak 92,7 persen mereka mempunyai kerabat yang masih tinggal di satu lokasi dan 95,4 persen aktif dan ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan seperti arisan, pengajian, dan perkumpulan lainnya. Kata kunci: Bencana, Erupsi, Kesiapsiagaan, Kawasan Rawan Bencana English Title: Analysis the Causes That Make People Remain in Disaster Prone Area of Mount Merapi (Study in Mount Merapi Slope of Cangkringan Subdistrict, Sleman District, Yogyakarta Special Region ABSTRACT This study aims to map the factors that cause people to stay in Disaster Prone Areas (KRB) III of Mount Merapi This research is conducted by mixed method approach. Determination the number of respondents carried out by Slovin formula with a tolerance limit of 7 percent and selected  151 respondents. Determination the factors that cause people to stay in disaster prone areas using descriptive analysis. The results showed that 61.6 percent of people feel comfortable and peaceful stay in their area despite the disaster-prone areas. This convenience is due to environmental, economic, and social factors. Environmental factors, especially soil fertility, the potential of sand, gravel, and stone. 56.9 percent of the population earns more than the district minimum wage of 1.4 million rupiahs per month. About  92.7 percent of them have relatives who still live in one location and 95.4 percent active and participate in community activities such as arisan, pengajian, and other associations. Keywords: Disaster, Eruption, Preparedness, Disaster prone area Citation: Widodo, D.R., Nugroho, S.P, dan Asteria, D. (2017). Analisis Penyebab Masyarakat Tetap Tinggal di Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi (Studi di Lereng Gunung Merapi Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta). Jurnal Ilmu Lingkungan, 15(2),135-142, doi:10.14710/jil.15.2.135-14
    corecore