35 research outputs found
Perencanaan Distribusi RASTRA di wilayah Kota Bandung dengan menggunakan metode BAUMOL - WOLFE (studi kasus perum Bulog sub divisi regional I Bandung)
Perum Bulog Sub Divisi Regional I Bandung merupakan perpanjangan tangan
dari Perum Bulog di tingkat wilayah Kabupaten/Kota. Perum Bulog Sub Divisi
Regional I Bandung bertugas untuk menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok
masyarakat berpendapatan rendah yang diwujudkan dalam pelaksanaan program
Beras untuk Rakyat Sejahtera (RASTRA).
Perum Bulog Sub Divisi Regional I Bandung dalam memenuhi kebutuhan beras
pada setiap kecamatan di wilayah kota Bandung, didukung oleh 3 fasilitas
pergudangan yaitu Gudang Cisaranten Kidul, Gudang Utama dan Gudang
Citeureup. Dimana Perum Bulog Sub Divisi Regional I Bandung masih mengalami
kesulitan dalam menentukan gudang yang tepat sebagai sumber suplai untuk
pengalokasian rastra ke setiap titik permintaan yang dituju dengan biaya
pendistribusian yang minimum.
Metode Baumol-Wolfe digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
pendistribusian beras di kota Bandung, dengan mempertimbangkan biaya
pergudangan ke dalam penganalisaan permasalahan. Dengan menggunakan model
liniear programming untuk optimasi jumlah alokasi kebutuhan ke setiap titik
kecamatan dan diperoleh biaya transportasi yang minimum. Tujuan pemecahan
masalah tugas akhir ini adalah merencanakan pengalokasian beras pada setiap
kecamatan di wilayah kota Bandung sehingga diperoleh total ongkos transportasi
dan total biaya distribusi yang minimum, serta dapat diperoleh suatu saluran
distribusi untuk pengalokasian beras di wilayah Kota Bandung.
Hasil pengolahan data diperoleh biaya distribusi beras yang dikeluarkan
Perum BULOG Sub Divisi Regional I Bandung untuk memenuhi permintaan di kota
Bandung adalah sebesar Rp.615.071.565,- dengan total alokasi sebanyak 11.205.900
kg per tahun, yang dialokasikan dari 3 gudang yaitu Gudang Cisaranten Kidul
sebanyak 4.143.060 Kg untuk mensuplai 13 kecamatan, Gudang Utama sebanyak
2.667.240 Kg untuk mensuplai 8 kecamatan, dan Gudang Citeureup sebanyak
4.395.600 Kg untuk mensuplai 9 kecamatan di kota Bandung.
Kata Kunci : Metode Baumol-Wolfe, Distribusi, Pemrograman Linier, Optimasi.
i
USULAN PENENTUAN PRIORITAS DAN PERBAIKAN MUTU PADA PROSES SEWING DI PT. SJ MODE SUBANG
Persaingan industri saat ini, dipengaruhi oleh dua faktor, faktor pertama bersaing dengan
cara meningkatkan efektifitas, faktor kedua adalah meningkatkan efisiensi yang ada pada
perusahaan guna untuk meningkatkan kualitas produk, karena saat ini produk yang diminati
oleh konsumen adalah produk yang berkualitas.
Berdasarkan pengertian dasar tentang kualitas di atas, tampak bahwa kualitas selalu
berfokus pada pelanggan (customer focused quality). Dengan demikian produk-produk didesain,
diproduksi, serta pelayanan diberikan untuk memenuhi keinginan pelanggan.
Dari latar belakang masalah yang ada maka perumusan masalah yang timbul, maka
permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah dengan dua point, point pertama adalah
bagaimana mengurangi jumlah reject produk pakaian yang dihasilkan PT SJ Mode Subang?
Dan point ke dua adalah bagaimana upaya perbaikan mutu yang dilakukan PT SJ Mode agar
permintaan dapat terpenuhi? Dari perumusan masalah yang ditujukan pada dua point tersebut
bertujuan untuk menganalisis penyebab reject yang terbesar guna mengoptimalkan biaya serta
memperbaiki penyebab terjadinya reject.
Kualitas adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan guna tercapainya target produksi
yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan. Kualitas i tu sendiri dapat dinilai dari jumlah produk
yang mengalami cacat, semakin banyaknya cacat maka perusahaan harus melakukan evaluasi
guna meningkatkan kualitas produk. Penerapan sistem mutu yang diperusahaan saat ini kurang
tepat, lebih baik jika memperbaiki kualitas secara continous improvement. Maka model
pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbaikan kualitas dengan
menerapkan fungsi Total Quality Manajemen (TQM), dengan mengikuti siklus deming Plan, Do,
Control, dan Action (PDCA), namun dikarenakan keterbatasan waktu siklus yang dilakukan
hanyalah Plan dan Do
PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MODEL BACKORDER
Setiap perusahaan manufaktur memerlukan persediaan bahan baku, dalam proses maupun barang jadi, tanpa adanya persediaan perusahaan akan menghadapi risiko ketidakmampuan memenuhi keinginan para langganan, oleh sebab itu perlu adanya perencanaan persediaan, sedangkan perencanaan persediaan meliputi keputusan mengenai kapan harus melakukan pemesanan tehadap suatu item, serta berapa jumlah item yang harus dipesan. Adapun penyebab timbulnya persediaan dalam suatu perusahaan adalah karena adanya mekanisme pemenuhan permintaan. Permintaan terhadap suatu barang seringkali tidak serta merta dapat dipenuhi, karena pengadaan barang memerlukan tenggang waktu ( lead time), dan selama tenggang waktu itulah perlu adanya persediaan baik bahan baku, barang dalam proses, maupun barang jadi, agar keberlangsungan aktivitas produksi dapat dijamin, dan pelayanan kepada pelanggan pun dapat terjaga dengan baik. Agar hasil analisis manajemen persediaan dalam suatu perusahaan manufaktur bisa diimplementasikan dengan baik, maka diperlukan dukungan fasilitas pergudangan, agar bahan baku bisa cepat merespon kebutuhan pabrik, dan produk jadi yang disimpan sementara akan dengan mudah merespon permintaan pelanggan. Dengan melakukan analisis dan pengkajian terhadap kasus persediaan di perusahaan, dan dengan menggunakan pendekatans model backorder, maka persoalan persediaan tersebut dapat dipecahkan sehingga diperoleh kebijakan optimum dan ongkos minimum, selain dari hal tersebut kebutuhan luas lantai yang akan mendukung terhadap kebijakan optimum persediaan pun berhasil ditetapkan.
Kata Kunci : deterministic, pareto, back order, reoder point, stock-out
Strategi penentuan model dan implementasi kebijakan persediaan bahan baku untuk menunjang kelancaran proses produksi (studi kasus : bagian refinery PT. louis drayfus company Indonesia di Bandar Lampung
Permasalahan utama yang sering terjadi di perusahaan besar adalah
bagaimana cara mengatur persediaan agar produski dapat berjalan dengan
lancar dan tidak tersendat akibat kurangnya bahan baku atau bahan baku yang
habis tiba-tiba karena tidak dilakukannya perencanaan terlebih dahulu, hal
seperti itu berakibat sangat fatal apabila terjadi pada saat banyak pesanan,
dimana perusahaan harus memenuhi pesanan tersebut karena apabila tidak
dipenuhi, pelanggan atau konsumen akan beralih ke perusahaan yang lain dan
akan mengakibatkan lost sales. Terutama pada perusahaan PT. Louis Dreyfus
Company Indonesia di Bandar Lampung, bagaimana perusahaan harus harus
dapat memenuhi pesanan yang selalu datang setiap bulannya, dengan mengukur
antara waktu kedatangan, kapan prusahaan harus produksi, dan kapasitas
terpasang dari perusahaan, sehingga akan di dapat ongkos total dari persediaan
yang lebih baik.
Untuk mencegah terjadinya lost sales di PT. Louis Dreyfus Company
Indonesia maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mengecek model dari
persediaan yang tepat untuk PT. Louis Dreyfus Company Indonesia, dengan
beberapa hipotesis pendukung untuk menetukan model, ada 2 model persediaan
yang akan menjadi pertimbangan yakni model deterministik dan probabilistik,
keduanya memiliki kriteria yang berbeda-beda. Maka setelah dilakukan uji
hipotesis model persediaan probabilistik adalah model persediaan yang tepat
untuk diterapkan, selanjutnya model probabilistik sendiri memiliki 2 cabang
untuk menentukan ongkos total yang terbaik, yakni dengan model Q atau model
P, yang dimana kedua model tersebut akan di uji dengan biaya-biaya yang di
keluarkan oleh perusahan pada tahun 2016, sehingga pada akhirnya kebijakan
persediaan yang tepat untuk digunakan oleh perusahaan adalah model Q lost
sales, karena sangat sesuai dengan apa yang perusahaan butuhkan saat ini.
Pada akhirnya kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan sekian
banyak pengujian adalah model probabilistik Q lost sales adalah yang terbaik
untuk diterapkan pada perusahaan, karena memiliki ongkos total lebih rendah
dibandingkan dengan model probabilistik P lost sales dan ongkos total yang
perusahaan keluarkan pada tahun 2016.
Kata Kunci : mengatur persediaan, memenuhi pesanan, lost sales, model
persediaan, kebijakan persediaan, ongkos total
Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Sweater dan Jaket di CV. Octagon
Perusahaan konveksi CV.Octagon memproduksi jaket dan sweater sebagai
produk utama. Pembuatan kedua produk tersebut sering mengalami keterlambatan
yang berkisar antara 5-7 hari, dikarenakan bahan baku yang ada digudang
mengalami out of stock atau tidak tersedia, sehingga perlu memesan terlebih
dahulu, ke distributor yang berada di daerah Cigondewah. Selain itu faktor yang
menyebabkan keterlambatan adalah naiknya harga bahan baku yang ada dipasar
mengakibatkan perusahaan perlu mencari kembali toko yang harganya sesuai
untuk menyesuaikan harga dengan konsumen agar konsumen tidak merasa
dirugikan. Untuk menghindari hal-hal tersebut dibutuhkan pembuatan
perencanaan produksi dan pengendalian bahan baku dengan biaya yang rendah
serta sesuai dengan kemampuan perusahaan.
Dalam perencanaan produksi dibutuhkan data permintaan tahun lalu jaket
dan sweater yang kemudian di agregasi keduanya, selanjutnya diramalkan
permintaan tahun depan dengan menggunakan metode Single Moving Average,
Single Exponential Smoothing dan Regresi Liniear. Ketiga metode tersebut
bertujuan untuk mendapatkan kesalahan atau error terkecil dalam meramalkan
permintaan untuk tahun depan, sehingga dapat disesuaikan dengan kemampuan
perusahaan. Hasil rencana produksi di disagregasi untuk memisahkan kedua
produk, selanjutnya dilakukan konversi dari satu produk menjadi komponen –
komponen produk, dikarenakan hasil peramalan merupakan satu produk
sedangkan yang dibutuhkan dalam perencanaan persediaan adalah bahan baku
penyusunnya. Setelah dilakukan konversi diperoleh kebutuhan bahan baku untuk
tahun depan. Langkah selanjutnya dilakukan perhitungan EOI (Economic Order
Interval) multi item. Dari perhitungan ini di dapatkan jumlah persediaan, waktu
interval pemesanan dan total biaya, jika total biaya tida sesuai dengan kemampuan
perusahaan maka dilakukan perhitungan ulang dengan metode persediaan terbatas
modal kerja atau investasi dan didapatkan interval baru dan jumlah persediaan
baru.
Setelah dilakukan perhitungan diketahui untuk melakukan produksi tahun
depan dengan jumlah produksi jaket sebanyak 14498 buah dan sweater sebanyak
28795 buah dibutuhkan biaya sebesar Rp. 527.306.000 (lima ratus dua puluh juta
tiga ratus enam ribu) biaya tersebut terdiri dari biaya upah gaji karyawan, biaya
lembur, biaya penahmbahan karyawan dan biaya simpan. Untuk melakukan
produksi tahun depan dibutuhkan penambahan tenaga kerja sebanyak 5 orang,
yang awalnya 12 menjadi 17 orang. Pengendalian bahan baku dilakukan dengan
cara pemesanan bahan baku setiap 3 hari kerja dimana sebelumnya sebanyak 7
hari kerja hal ini berubah setelah melakukan perhitungan dengan metode terbatas
modal kerja (invetasi). Pemesanan dilakukan ke distributor di Cigondewah dan
jumlah yang dipesan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing bahan.
Kata kunci: CV.Octagon,Perencanaan Produksi, Persediaan, EOI multi item,
Persediaan terbatas modal kerja
Menentukan Interval Pemesanan yang Optimal Pada Produk Consumable dengan menggunakan metode Economic Order Interval (EOI) di PT. Samafitro
PT. SAMAFITRO Bandung merupakan perusahaan yang bergerak jasa, PT. SAMAFITRO
Bandung adalah distribusi resmi dalam penjulana produk CANON (copier, fax, micrografics),
HP Indigo dan beberapa mesin fotocopy. Tiap perusahaan pasti memiliki target atau tujuan yang
ingin dicapai dalam suatu periode tertentu untuk mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan tersebut. Target atau tujuan tersebut tidak akan mungkin tercapai tanpa sumber daya
yang memadai. Terdapat beberapa masalah dalam menentukan pemesanan produk consumable
di PT. SAMAFITRO Bandung, yaitu tidak terjadwalnya pejualan produk consumable, sehingga
pemesanan yang dilakukan dapat berulang kali dan menimbulkan biaya tambahan yang lebih
besar.
Oleh karena itu perusahaan harus melakukan peramalan / forcasting untuk mengetahui
kebutuhan produk yang harus di sediakan tiap bulannya, sehingga dapat melakukan
pendjadwalan terhadap pemesananproduk consumable.
Namun tidak hanya melakukan peramalan akan tetapi perusahaan juga harus
mengklasifikasikan produk yang consumable yang dijual, dimana fungsi dari pengklasifikasian
barang dapat memprioritaskan barang mana yang harus lebih dahulu di perhatikan, dimana
barang tersebut mempunyai nilai persentase kumulatif yang lebih besar dari jumlah nilai produk
yang lainnya, terdapat 3 ranking yang ada pada pengklasifikasian, yaitu ranking A, B dan C
untuk kasus kali ini, klasifikasi yang dilakukan perhitungan hanya ranking A dan B saja.
Selanjutnya menghitung pemesanan yang optimal dengan menggunakan EOI (economic
order interval), dimana fungsi dari perhitungan ini adalah mengetahui pemesanan yang optimal
yang harus dilakukan oleh perusahaan, perhitungannya menggunakan EOI multy
item,dikarenakan produk yang dihitung, jumlahnya lebih dari satu buah, dan lebih murah
pemesanannya dibandingkan dengan harus memesan satu – persatu, dalam perhitungan EOI ini,
ada tiga hal yang harus diketahui, mulai dari perhitungan interval yang optimal pertahunnya,
kemudian menghitung maksimum tingkat persediaan yang harus ada di gudang, dan yang
terakhir adalah mngetahui total ongkos yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
Kata Kunci : forcasting, klasifikasi ABC, EOI (economic order interval
PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI AIR MINUM DALAM KEMASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODA VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH PICKUP AND DELIVERY DAN CAPACITIED VEHICLE ROUTING PROBLEM DI PT. MUAWANAH AL-MA’SOEM
Distibusi merupakan suatu proses pengiriman barang atau jasa dari depot ke pelanggan yang tersebar di berbagai lokasi. Kondisi lokasi pelanggan yang tersebar seringkali menyebabkan kendaraan harus menempuh perjalanan yang jauh. Permasalahan penentuan rute menyangkut bagaimana mengatur urutan pelanggan yang akan didatangi dengan berawal dan berakhir pada depot. Dalam melakukan distribusi, perusahaan diharapkan mampu menentukan konfigurasi jalur distribusi dengan tepat supaya pengiriman menjadi cepat dan tidak memakan biaya yang banyak.
PT. Muawanah Al-Ma’soem merupakan perusahaan produsen air minum dalam kemasan (AMDK) yang juga melakukan proses pendistribusian produknya kepada konsumen. Dengan demikian tujuan penelitian ini untuk menentukan rute pendistribusian air minum dalam kemasan (AMDK) agar diperoleh rute pengiriman dengan total jarak tempuh yang minimum serta mengetahui banyaknya kendaraan yang dibutuhkan berdasarkan kapasitas angkut kendaraan.
Vehicle Routing Problem with Pickup and Delivery (VRPPD) metode Insertion Heuristic yang melakukan pembentukan rute dengan menyisipkan pelanggan ke dalam rute dimana penyisipan didasarkan pada jumlah permintaan maupun pengembalian barang pada tiap pelanggan dan jarak tempuh yang minimum digunakan untuk penentuan rute produk pickup delivery dimana perusahaan mengantarkan galon 19 liter isi sekaligus mengambil galon 19 liter kosong dari konsumen. Capacitied Vehicle Routing Problem (CVRP) metode Saving Heuristic yang melakukan pembentukan rute berdasarkan nilai matriks penghematan terbesar antara depot dan node konsumen digunakan untuk penentuan rute produk delivery dimana perusahaan hanya melakukan proses pengantaran produk. Selanjutnya dilakukan perhitungan kebutuhan kendaraan distribusi dengan berdasarkan pada rute yang dihasilkan oleh kedua metode yang digunakan.
Hasil penelitian diperoleh 13 rute distribusi untuk produk air minum isi ulang kemasan galon dengan Vehicle Routing Problem with Pickup and Delivery (VRPPD) serta diperoleh 8 rute distribusi untuk produk air minum kemasan karton dengan Capacitied Vehicle Routing Problem (CVRP). Untuk memenuhi pemintaan konsumen berdasarkan rute yang telah ditentukan dan dilakukan perhitungan kebutuhan kendaraan maka diperlukan 12 kendaraan distribusi
Analisis Pengendalian Kualitas Untuk Memenuhi Standar Kualitas Beras "RASTRA" Di Gudang Citeureup Perum Bulog Sub Divisi Regional I Bandung.
Beras merupakan komoditas pangan utama bagi masyarakat Indonesia.
Kualitas beras yang akan dikonsumsi sangat diperhatikan demi keberlangsungan
hidup manusia. Untuk memperoleh beras dengan kualitas yang baik, perlu
melakukan pemeriksaan, pengecekan dan perawatan beras dengan baik pula. Agar
proses-proses tersebut dapat berjalan sesuai aturan, maka harus dilakukannya
pengendalian dan perencanaan yang baik dan menghindari terjadinya penurunan
kualitas mutu beras terutama beras RASTRA.
Perum BULOG Sub Divisi Regional I Bandung adalah perusahaan umum
milik Negara
(BUMN
)yang bergerak di bidang logistik pangan. Ruang lingkup
bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/pergudangan, survey dan
pemberantasan hama, perdagangan komoditi pangan dan usaha eceran. Sebagai
perusahaan yang tetap mengemban tugas publik dari pemerintah, BULOG tetap
melakukan kegiatan menjaga harga dasar pembelian untuk gabah, pengelolaan
stok pangan, dan menyalurkan Beras untuk Keluarga Sejahtera
(RASTRA
) dll.
Masalah yang terjadi di Perum BULOG yaitu penurunan kualitas mutu
beras RASTRA saat pemeriksaan beras masuk dengan 4 kriteria kualitas yaitu
Kadar Air, Derajat Sosoh, Butir Patah dan Butir menir. Serta terjadinya penurunan
kualitas dengan indikator jumlah hama/kutu dalam karung saat pemeriksaan beras
keluar yang akan disalurkan kepada RTS-PM sebagai konsumen. Sehingga hal
tersebut diperlukan tindakan perbaikan kualitas beras agar masyarakat percaya
dengan kinerja BULOG dan pemerintah.
Perbaikan yang mungkin dilakukan oleh Perum BULOG adalah dengan
menganalisis proses-proses yang berlangsung dengan metode Acceptance
Sampling dan Alat Bantu pengendalian Kualitas. Metode ini dapat digunakan
karena penelitian berdasarkan sampel produk yang diperiksa. Sehingga
pengambilan keputusan berdasarkan jumlah sampel yang diperiksa dapat berjalan
dengan optimal. Dan dapat memberikan beberapa rekomendasi yang dapat
dilakukan Perum BULOG untuk mengurangi terjadinya penurunan kualitas mutu
beras RASTRA.
Kata Kunci : Pengendalian Kualitas, Beras Rastra, Kualitas Produk, Sampel
Penerimaa
Pemilihan Supplier Berbasis Go Green Dengan Menggunakan Analitical Hierarchy Process (AHP) Pada PT. ASTRA HONDA MOTOR
Pembangunan sektor industri di Indonesia telah berjalan sekitar 45 tahun terhitung sejak lahirnya Undang-Undang Penanaman Modal Asing (PMA) tahun 1967 dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tahun 1968. Selama 10 tahun terakhir, industri memberikan kontribusi 25,45-28,96 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dengan kecenderungan meningkat.. Dengan pangsa pasar lebih dari 50% PT.AH tetap berupaya selalu konsisten mengkasilkan produk-produk berkualitas dan terjangkau oleh konsumen sepedah motor di Indonsia. Disamping semakin pesatnya pertumbuhan industri di Indonesia, menimbulkan banyak permasalahan pada lingkungan segingga tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa perindustrian di Indonesia menjadi salah satu penyumbang polusi terbanyak pula setelah kendaraan bermotor. Sehingga pada saat ini banyak perusahaan industri yang berlomba-lomba untuk mengurangi polusi yang diciptakannya, Dimana pada PT.AH sendiri telah menerapkan go green pada perusahaannya, sehingga untuk proses pemilihan supplier juga perusahaan mengkriteriakan untuk memilih supplier yang telah menerapkan go green pula pada perusahan supplier, dimana pada saat ini perusahan bersaing pula pada teknologi yang digunakannya. Tidak hanya bersaing pada produknya, tetapi bersaing pula untuk mengurangi limbah pencemaran pada alam sekitar perusahaan.
Kata kunci : Pemilihan Supplier, Supplier Ramah Lingkungan, Industri Ramah Ligkungan
ANALISIS KEBIJAKAN PERSEDIAAN MULTI ITEM DENGAN KENDALA MODAL KERJA (WORKING CAPITAL) (STUDI KASUS PT. BUNYAMIN INOVASI TEKNIK)
Perkembangan dunia industri yang tumbuh dengan pesat menyebabkan timbulnya
persaingan di berbagai perusahaan sejenis, untuk dapat bertahan maka
diperlukan adanya peningkatan kinerja serta pengelolaan persediaan agar proses
produksi berjalan dengan maksimal. Perusahaan dengan produksi multi item
harus memiliki kebijakan persediaan yang tepat agar didapatkan biaya produksi
yang minimum. Permasalahan yang dihadapi perusahaan ialah belum memiliki
item produk prioritas serta belum dapat menentukan lot produksi untuk dapat
memenuhi kebutuhan konsumen. Dari permasalahan yang dihadapi dapat
diselesaikan dengan metode Economic Production Quantity (EPQ) Multi Item.
Dari hasil penelitian didapatkan 15 item produk priotas dengan 3 siklus produksi
optimal dalam satu tahun. Adapun dari hasil perhitungan EPQ terjadi
penghematan total biaya persediaan sebesar 36% atau sebesar Rp.
1.321.582.801,00. Salah satu asumsi metode EPQ ialah tidak adanya kendala
pada modal kerja, akan tetapi pada kondisi nyata anggaran dapat menjadi suatu
keterbatasan. Oleh karena itu EPQ perlu disesuaikan dengan melibatkan suatu
parameter bernama lagrange multiplier, yang dapat membantu menentukan
ukuran lot produksi memperhatikan anggaran modal kerja. Nilai Lagrange
multiplier yang diperoleh yaitu λ = 0,0279 dalam periode satu tahun. Dari
penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa metode EPQ dapat membantu
mengoptimalkan proses produksi perusahaan demi ketersediaan produk dalam
memenuhi kebutuhan pasar.
Kata Kunci : Persediaan, EPQ Multi Item, Lagrange Multiplie