22 research outputs found
STUDI DESKRIPSI TENTANG RELIGIOSITAS DAN FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI RELIGIOSITAS PADA MAHASISWA YANG BERAGAMA KATOLIK DI UNIVERSITAS X
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang religious, namun saat ini penanaman nilainilai religious mulai terdesak oleh perkembangan teknologi, khususnya perkembangan di bidang teknologi komunikasi dan
informasi. Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat, terbuka dan kurang selektif bisa memberikan dampak negatif bagi keberadaan dan kewibawaan nilai-nilai religious yang dianut dalam kehidupan masyarakat. Mahasiswa juga tidak terlepas dari pengaruh
tersebut padahal sebagai calon agen perubahan diharapkan memiliki religiositas yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari fenomena tersebut di atas terhadap perkembangan religiositas mahasiswa di universitas Y. Penelitian dilakukan terhadap 449 orang mahasiswa yang beragama Katolik di universitas X dengan menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan incidental sampling. Pengambilan data menggunakan skala religiositas remaja. Hasil penelitian menunjukkan tingkat religiositas dalam kategori sangat tinggi sebanyak 52,9% dan kategori tinggi 40,9%. Faktor-faktor yang dominan dalam mempengaruhi religiositas adalah orangtua, saudara, teman, dan pemuka agama. Orangtua adalah faktor yang paling dominan dalam pertumbuhan religiositas mahasiswa
Prokrastinasi Akademik dan Dukungan Sosial Teman Sebaya pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Prokrastinasi akademik merupakan perilaku penundaan yang dilakukan secara sengaja ketika memulai atau mengakhiri suatu tugas dengan tujuan menghindari kesulitan pada bidang akademik, seperti skripsi, yang berdampak keterlambatan pengumpulan tugas dan kelulusan bagi pelaku prokrastinasi. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi prokrastinasi akademik adalah dukungan sosial. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada-tidaknya hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Subjek penelitian ialah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (N=30) yang menempuh proposal skripsi atau skripsi lebih dari 1 semester. Teknik sampling yang digunakan ialah incidental sampling. Skala dalam penelitian ini terdiri dari dua skala yaitu skala prokrastinasi akademik dan skala dukungan sosial teman sebaya. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis statistik non parametrik Kendall’s Tau b. Hasil pengolahan statistik memperoleh koefisien korelasi sebesar 0,290 dengan nilai p sebesar 0,028 ( p≤0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara prokrastinasi akademik dan dukungan sosial teman sebaya pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Kata kunci: Prokrastinasi akademik, dukungan sosial teman sebay
STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF GAMBARAN SELF EFFICACY GURU SMA KATOLIK TERAKREDITASI A DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SURABAYA
Kurikulum 2013 (K 13) merupakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Dalam penerapan Kurikulum, peran guru sangatlah penting. Dalam hal ini guru membantu para peserta didik dalam proses perkembangan diri dengan cara
mengoptimalkan bakat dan kemampuan yang dimiliki. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik (UU No. 14 tahun 2015 pasal satu ayat satu). Oleh karena itu, keyakinan seseorang akan kemampuan dirinya untuk melakukan sesuatu merupakan hal yang sangat mendukung seseorang untuk berbuat. Dalam psikologi hal ini disebut self efficacy. Oleh sebab itu self efficacy memiliki peran yang sangat penting terhadap kinerja para guru dalam mengajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran self efficacy guru SMA Katolik terakreditasi A dalam penerapan K 13 di Surabaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif dengan penyebaran skala self efficacy sebanyak 16 aitem. Subyek penelitian (N=92) adalah guru-guru yang mengajar di SMA Katolik. Adapun kriteria subyek adalah guru yang sudah pengalaman mengajar dengan K 13 minimal 1 semester. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan proportional stratified sampling. Hasil penelitian menunjukkan dari 92 orang subyek terdapat 62 orang yang tergolong memiliki self efficacy yang tinggi. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa para guru SMA Katolik memiliki self efficacy yang tinggi dalam penerapan K 13. Orang yang memiliki self efficacy yang tinggi akan berusaha lebih giat untuk mengatasi tantangan yang ada
Sikap Terhadap Kenakalan Remaja Dengan Religiositas Pada Anggota REKAT (Remaja Katolik) Di Surabaya
Kenakalan remaja adalah salah satu perilaku menyimpang yang disebabkan oleh kegagalan individu dalam menjalankan tugas-tugas perkembangannya di masa remaja. Perilaku kenakalan remaja ini juga dilandasi oleh sikap yang dimiliki para remaja. Sikap yang mendukung terhadap kenakalan remaja memiliki potensi untuk memunculkan perilaku kenakalan pada remaja. Upaya pencegahan kenakalan remaja dapat dilakukan dengan pembinaan dari segi agama untuk menumbuhkan religiositas pada remaja dan pengetahuan baik-buruk sehingga akan membentuk sikap yang tidak mendukung pada kenakalan remaja. Salah satu pembinaan keagamaan yang ada adalah pembinaan Remaja Katolik (REKAT). Namun pada kenyataannya masih ada anggota REKAT yang melakukan kenakalan remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara religiositas dengan sikap terhadap kenakalan remaja pada anggota REKAT di Surabaya. Subjek penelitian (N = 108) adalah anggota REKAT di Surabaya yang berusia 12-17 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara incidental sampling dan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik korelasi non parametrik Kendall’s tau-b. Hasil analisis menunjukkan nilai r = 0,426 dengan p < 0.001 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara religiositas dengan sikap terhadap kenakalan remaja
Sikap Terhadap Kenakalan Remaja Dengan Religiositas Pada Anggota REKAT (Remaja Katolik) Di Surabaya
Kenakalan remaja adalah salah satu perilaku menyimpang yang disebabkan oleh kegagalan individu dalam menjalankan tugas-tugas perkembangannya di masa remaja. Perilaku kenakalan remaja ini juga dilandasi oleh sikap yang dimiliki para remaja. Sikap yang mendukung terhadap kenakalan remaja memiliki potensi untuk memunculkan perilaku kenakalan pada remaja. Upaya pencegahan kenakalan remaja dapat dilakukan dengan pembinaan dari segi agama untuk menumbuhkan religiositas pada remaja dan pengetahuan baik-buruk sehingga akan membentuk sikap yang tidak mendukung pada kenakalan remaja. Salah satu pembinaan keagamaan yang ada adalah pembinaan Remaja Katolik (REKAT). Namun pada kenyataannya masih ada anggota REKAT yang melakukan kenakalan remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara religiositas dengan sikap terhadap kenakalan remaja pada anggota REKAT di Surabaya. Subjek penelitian (N = 108) adalah anggota REKAT di Surabaya yang berusia 12-17 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara incidental sampling dan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik korelasi non parametrik Kendall’s tau-b. Hasil analisis menunjukkan nilai r = 0,426 dengan p < 0.001 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara religiositas dengan sikap terhadap kenakalan remaja
Dissociative Symptoms Among Individuals Affected by Mass Psychogenic Illness: A Study on the Indonesian Island of Nias
Mass psychogenic illness is a phenomenon that occurs every year in Indonesia, mainly in schools and factories. In the fifth edition of the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, this phenomenon is classified as dissociative disorders. However, the Indonesian diagnostic manual of mental disorders (the PPDGJ) classified the phenomenon as a conversion disorder. The confounding diagnosis will likely result in less effective and less humane interventions. This study aims to determine the symptoms experienced by individuals experiencing mass psychogenic illness, therefore contributing to the current literature regarding the proper diagnostic of the spirit possession. Samples (N=55) were assessed using the Dissociative Disorder Interview Schedule based on DSM-5. The Beck Depression Inventory and Wong-Baker Face Rating Scale are also used to supplement the data. Findings indicate that the subjects fit the diagnostic criterion of several disorders, namely somatization (experienced by 98.18% of individuals), major depression (49%), trance (69%), childhood physical abuse (35%), and borderline personality disorder (47.2%). However, only 14.54% of subjects fulfilled the diagnostic criterion of dissociative amnesia, 7.27% for diagnostic fugue, 3.63% for depersonalization/derealization, 5% for dissociative identity disorder, 11% for other specified and unspecified dissociative disorder. These findings showed that mass psychogenic illness is likely the manifestation of distinct and separate mental disorders, notably that of somatization disorder, trance, borderline personality disorder, and major depressive disorder, and exclusively those of dissociative disorders
Komunikasi ibu dan anak serta tingkat pendidikan ibu dalam memprediksi kesiapan bersekolah anak taman kanak-kanak
Kesiapan bersekolah sangat dibutuhkan bagi seorang anak untuk memasuki pendidikan dasar. Kurangnya kesiapan bersekolah dapat mengakibatkan anak kesulitan berdaptasi dengan lingkungan sekolah. Orangtua sebagai lingkungan terdekat dan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan bersekolah anak memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan kesiapan bersekolah anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah komunikasi ibu dengan anak dan tingkat pendidikan ibu mempengaruhi kesiapan bersekolah dari 100 anak TK. Metode yang digunakan adalah metode survey dan alat ukur yang digunakan adalah Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test (NST), skala komunikasi orangtua dan anak. Hasil analisis regresi ganda menunjukkan: (1) komunikasi ibu-anak dan tingkat pendidikan ibu dapat menjadi prediktor bagi kesiapan bersekolah anak dengan sumbangan efektif sebesar 37%; (2) pengaruh komunikasi ibu-anak terhadap kesiapan bersekolah anak lebih tinggi dibanding tingkat pendidikan ibu terhadap kesiapan bersekolah anak.
Kata kunci:
kesiapan bersekolah, komunikasi, dan tingkat pendidikan
Studi Deskripsi Tentang Religiositas Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Religiositas Pada Mahasiswa Yang Beragama Katolik Di Universitas X.
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang religious, namun saat ini penanaman nilai-nilai religious mulai terdesak oleh perkembangan teknologi, khususnya perkembangan di bidang teknologi komunikasi dan informasi. Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat, terbuka dan kurang selektif bisa memberikan dampak negatif bagi keberadaan dan kewibawaan nilai-nilai religious yang dianut dalam kehidupan masyarakat. Mahasiswa juga tidak terlepas dari pengaruh tersebut padahal sebagai calon agen perubahan diharapkan memiliki religiositas yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari fenomena tersebut di atas terhadap perkembangan religiositas mahasiswa di universitas Y. Penelitian dilakukan terhadap 449 orang mahasiswa yang beragama Katolik di universitas X dengan menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan incidental sampling. Pengambilan data menggunakan skala religiositas remaja. Hasil penelitian menunjukkan tingkat religiositas dalam kategori sangat tinggi sebanyak 52,9% dan kategori tinggi 40,9%. Faktor-faktor yang dominan dalam mempengaruhi religiositas adalah orangtua, saudara, teman, dan pemuka agama. Orangtua adalah faktor yang paling dominan dalam pertumbuhan religiositas mahasiswa
Komunikasi Ibu dan Anak serta tingkat Pendidikan Ibu dalam Memprediksi Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanank.
Kesiapan bersekolah sangat dibutuhkan bagi seorang anak untuk memasuki pendidikan dasar. Kurangnya kesiapan bersekolah dapat mengakibatkan anak kesulitan berdaptasi
dengan lingkungan sekolah. Orangtua sebagai lingkungan terdekat dan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan bersekolah anak memiliki peranan yang penting
dalam meningkatkan kesiapan bersekolah anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah komunikasi ibu dengan anak dan tingkat pendidikan ibu mempengaruhi kesiapan bersekolah dari 100 anak TK. Metode yang digunakan adalah metode survey dan alat ukur yang digunakan adalah Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test (NST), skala komunikasi orangtua dan anak. Hasil analisis regresi ganda menunjukkan: (1) komunikasi ibu-anak dan tingkat pendidikan ibu dapat menjadi
prediktor bagi kesiapan bersekolah anak dengan sumbangan efektif sebesar 37%; (2) pengaruh komunikasi ibu-anak terhadap kesiapan bersekolah anak lebih tinggi dibanding tingkat pendidikan ibu terhadap kesiapan bersekolah anak