25 research outputs found

    Desain Pabrik Synthetic Gas (Syngas) dari Gasifikasi Batu Bara Kualitas Rendah sebagai Pasokan Gas PT Pupuk Sriwidjaja

    Get PDF
    Menurut data dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2013, cadangan gas bumi Indonesia saat ini sebesar 170 TSCF dan akan habis dalam kurun waktu 59 tahun, dengan estimasi tidak ada peningkatan atau penurunan produksi. Di lain pihak, industri-industri kimia di Indonesia, semisal industri pupuk, sangat mengandalkan pasokan gas alam sebagai bahan baku pupuk maupun sumber energi. Permasalahan utama yang dihadapi industri pupuk dewasa ini adalah kurangnya pasokan gas alam untuk proses produksi. Di PT Pupuk Sriwidjaja misalnya, kebutuhan gas alam rata-rata untuk proses produksi amonia dan urea mencapai 225 MMSCFD. Namun, pasokan gas dari Pertamina selalu kurang dari jumlah tersebut. Karena selalu berulang, maka hal ini akan mengganggu kinerja PT Pupuk Sriwidjaja sebagai garda terdepan pertahanan pangan nasional bersama petani. Salah satu jenis sumber daya alam yang potensial mengganti dan atau mensubtitusi pemakaian gas alam adalah Synthetic Gas (Syngas). Syngas merupakan gas campuran yang komponen utamanya adalah gas karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H2) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar dan juga dapat digunakan sebagai bahan baku dalam proses pembuatan zat kimia baru seperti metana, amonia, dan urea. Syngas dapat diperoleh dari proses gasifikasi batu bara dimana batu bara diubah dari bentuk padat menjadi gas. Batu bara yang merupakan bahan baku pembuatan syngas jumlahnya sangat melimpah di Indonesia. Menurut data dari Kementrian ESDM tahun 2011, total sumber daya batu bara di Indonesia diperkirakan 119,4 miliar ton, dimana 48%-nya terletak di Sumatera Selatan dan 70% deposit batu bara di Sumatera Selatan tersebut adalah batu bara muda berkualitas rendah. Deposit batu bara terbesar di Sumatera Selatan terletak di Kab. Muara Enim yang letaknya tidak terlalu jauh dengan PT Pupuk Sriwidjaja. Ditambah lagi dengan adanya PT Bukit Asam sebagai produsen terbesar batu bara di Kab. Muara Enim tentu akan mempermudah pasokan batu bara sebagai bahan baku pabrik. Oleh karena itu, pabrik akan didirikan di Tanjung Enim, Kab. Muara Enim, Sumatera Selatan. Pabrik akan didirikan tahun 2017 dan siap beroperasi tahun 2019. Pabrik yang didirikan diharapkan mampu mensubstitusi 40% kebutuhan gas alam PT Pupuk Sriwidjaja sebesar 88 MMSCFD atau sekitar 29.000 MMSCF per tahun. Proses pembuatan syngas dari batu bara kualitas rendah terdiri dari tiga proses utama, yaitu persiapan batu bara, gasifikasi batu bara, dan pemurnian gas hasil gasifikasi. Dari analisa perhitungan ekonomi diperoleh Total Cost Investment (TCI) sebesar 121.170.377,3USD, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 27,48%, Pay Out Time (POT) selama 3,47 tahun, dan Break Event Point (BEP) sebesar 45,05%. Kata Kunci — batu bara, gasifikasi, gas alam, synthetic ga

    Pra Desain Pabrik Hidrogen dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Metode Gasifikasi Uap

    Get PDF
    Energi merupakan aspek penting yang selalu dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Pandemi COVID-19 menurunkan penyediaan energi, terutama pada tahun 2020.  Di Indonesia, sektor pembangkit listrik merupakan penyumbang emisi GRK terbesar. Sehubungan dengan hal tersebut, Indonesia telah menentukan target untuk energi baru terbarukan (EBT) pada 2025-2050 sebesar 23-31% dengan mengurangi penggunaan minyak bumi, batu bara, dan gas bumi. Telah terjadi peningkatan dalam pemanfaatan EBT salah satunya adalah biomassa. Di Indonesia, pemanfaatan energi biomassa masih 5,1% dari potensi yang ada.  Biomassa tersedia secara melimpah perlu dikembangkan lebih jauh untuk menggantikan energi fosil yang terbatas dan mengurangi emisi CO2. Di Indonesia, sangat sedikit PLT Biomassa yang dikembangkan menggunakan hidrogen murni dengan emisi hampir nol. Hidrogen telah muncul sebagai bagian penting dari campuran energi bersih secara berkelanjutan. Jenis produk hidrogen yang terpilih dalam pabrik ini yaitu hidrogen biru. Pabrik akan didirikan pada 2024 dan mulai beroperasi pada 2027. Lokasi pembangunan pabrik ditetapkan akan didirikan di kawasan industri Dumai, Riau. Pemilihan lokasi pabrik berdasarkan ketersediaan bahan baku, lahan, listrik transportasi, dan sumber tenaga kerja. Bahan baku utama proses produksi adalah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Pemanfaatan TKKS sebanyak 4940.71 ton/tahun. Selain menghasilkan hidrogen, terdapatproduk samping yaitu CO2 yang akan dimanfaatkan oleh perusahaan lain. Proses pembuatan hidrogen dibagi menjadi beberapa proses yaitu size reduction, drying, gasification, steam methane reforming, water gas shift, dan pressure swing adsorption. Hasil akhir gas hidrogen memiliki kemurnian 99%.  Untuk mengetahui kelayakan pabrik, dilakukan analisa ekonomi meliputi IRR, NPV,dan POT. Didapat IRR>WACC sebesar 18.61%, NPV>0 sebesar Rp.539,001,002,607,985. Modal pabrik akan kembali (POT) setelah 3 tahun. Dari analisa yang telah dilakukan, ditarik kesimpulan bahwa pabrik layak untuk didirikan

    Simulasi Unit Stripping CO2 Dalam Packed Column Skala Industri Dengan Kondisi Non-Isothermal

    Get PDF
    Emisi karbondioksida ke atmosfer dianggap sebagai penyebab utama perubahan iklim, termasuk pemanasan global dan permasalahan pertanian. Berbagai teknologi pemisahan CO2 banyak dikembangkan. Absorpsi kimia adalah teknologi pemisahan yang paling efektif dan banyak digunakan dalam industri kimia maupun petrokimia. Dimana pelarut yang telah digunakan dapat di regenerasi kembali di kolom stripper. Stripping adalah proses regenerasi termal pelarut dimana larutan tersebut dikontakkan dengan pelarut gas yang tidak larut terhadap cairan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan simulasi unit stripping CO2 dalam packed column skala industri dengan mengestimasi kinerja unit stripping CO2 yang dinyatakan dengan % efisiensi kolom stripping dan komposisi gas yang keluar dari stripper. Simulasi dilakukan secara teoritis dengan mengembangkan model matematis untuk proses stripping CO2 dalam packed column skala industri. Selanjutnya hasil simulasi divalidasi dengan data riil pada salah satu industri pupuk di Indonesia. Variabel-variabel yang digunakan adalah tekanan operasi kolom, temperatur rich solution dan laju steam. Hasil simulasi untuk tekanan stripper 2,56 atm dengan laju rich solution 2943316 kg/jam dan temperatur rich solution 390 K menunjukkan CO2 (% mol)  99,038%, sedangkan data pabrik menunjukkan 97,5862%.

    Pemanfaatan Bakteriofag untuk Pengembangan Kit Deteksi Bakteri Penyebab Hawar Bakteri pada Kedelai

    Full text link
    Bacterial leaf blight disease is one of the important soybean disease caused by Pseudomonas syringae that causes about 20% of yield loss. Bacteriophages can be used for therapy to human, animal, and plant against some bacterial pathogens. Due to the specificity of the target bacteria, bacteriophages can be beneficial for detection of the target bacteria. This research was conducted to obtain the particles of bacteriophage, to study their hosts range against several bacterial strains and to formulate a detection kit of bacterial leaf blight. Isolation of bacteria and bacteriophage was obtained from the soybean field and formulation of bacteriophage for detection kit was done on Laboratory of Virology. The results showed that there were 11 isolates of Pseudomonas syringae, 3 particles of bacteriophage (φGH1, φGH2 and φGH3), and detector paper kit. The result also showed that the composition of the detector materials (Talk, CMC, pH indicators) affect the quality of the kit

    Deep sequencing approach for investigating infectious agents causing fever.

    Get PDF
    Acute undifferentiated fever (AUF) poses a diagnostic challenge due to the variety of possible aetiologies. While the majority of AUFs resolve spontaneously, some cases become prolonged and cause significant morbidity and mortality, necessitating improved diagnostic methods. This study evaluated the utility of deep sequencing in fever investigation. DNA and RNA were isolated from plasma/sera of AUF cases being investigated at Cairns Hospital in northern Australia, including eight control samples from patients with a confirmed diagnosis. Following isolation, DNA and RNA were bulk amplified and RNA was reverse transcribed to cDNA. The resulting DNA and cDNA amplicons were subjected to deep sequencing on an Illumina HiSeq 2000 platform. Bioinformatics analysis was performed using the program Kraken and the CLC assembly-alignment pipeline. The results were compared with the outcomes of clinical tests. We generated between 4 and 20 million reads per sample. The results of Kraken and CLC analyses concurred with diagnoses obtained by other means in 87.5 % (7/8) and 25 % (2/8) of control samples, respectively. Some plausible causes of fever were identified in ten patients who remained undiagnosed following routine hospital investigations, including Escherichia coli bacteraemia and scrub typhus that eluded conventional tests. Achromobacter xylosoxidans, Alteromonas macleodii and Enterobacteria phage were prevalent in all samples. A deep sequencing approach of patient plasma/serum samples led to the identification of aetiological agents putatively implicated in AUFs and enabled the study of microbial diversity in human blood. The application of this approach in hospital practice is currently limited by sequencing input requirements and complicated data analysis.Financial support for this work was provided by James Cook University and Far North Queensland Hospital Foundation.This is the final version of the article. It first appeared from Springer via https://doi.org/10.1007/s10096-016-2644-

    Efek Fortifikasi Vitamin B12 terhadap Kadar Vitamin B12 Serum dan Homosistein Serum pada Vegetarian

    Full text link
    Introduction: Vegetarians consume plant-based foods with or without eggs and milk. Vegetarians are at risk of vitamin B12 deficiency, as natural sources of vitamin B12 are limited to animal-based foods. Vitamin B12 deficiency can lead to megaloblastic anemia, nerve damage and increase homocysteine level. Higher homocysteine level can increase the risk of coronary heart disease and stroke. The objective of this study was to investigate the effect of vitamin B12 fortification on the level of serum vitamin B12 and homocysteine in vegetarian. Method: The research design was an experimental study, community trial. The samples were 42 vegetarians with vitamin B12 deficiency (< 156 pmol/L) selected from 118 vegetarians as members of Indonesia Vegetarian Society (IVS) Pekanbaru, treated by vitamin B12 fortified oatmeal for three months from March to June 2010.  Serum vitamin B12 and homocysteine were measured by electrochemiluminescent immunoassay and microparticle enzyme immunoassay method respectively. Result: Prevalence of vitamin B12 deficiency in vegetarian was 35.6%. Statistical analysis showed a significant increase of serum vitamin B12 from 124.6 to 284.6 pmol/L (p=0.001) and significant decrease of serum homocysteine from 20.1 to 15.1 µmol/L (p=0.001). Conclusion: Consumption of vitamin B12 fortified oatmeal increases the level of serum vitamin B12 and decreases the level of serum homocysteine significantly in vegetarian with vitamin B12 deficiency
    corecore