2 research outputs found

    Designing programs for eliminating canine rabies from islands: Bali, Indonesia as a case study

    Get PDF
    <p>Background: Canine rabies is one of the most important and feared zoonotic diseases in the world. In some regions rabies elimination is being successfully coordinated, whereas in others rabies is endemic and continues to spread to uninfected areas. As epidemics emerge, both accepted and contentious control methods are used, as questions remain over the most effective strategy to eliminate rabies. The Indonesian island of Bali was rabies-free until 2008 when an epidemic in domestic dogs began, resulting in the deaths of over 100 people. Here we analyze data from the epidemic and compare the effectiveness of control methods at eliminating rabies.</p> <p>Methodology/Principal Findings: Using data from Bali, we estimated the basic reproductive number, R0, of rabies in dogs, to be ~1·2, almost identical to that obtained in ten–fold less dense dog populations and suggesting rabies will not be effectively controlled by reducing dog density. We then developed a model to compare options for mass dog vaccination. Comprehensive high coverage was the single most important factor for achieving elimination, with omission of even small areas (<0.5% of the dog population) jeopardizing success. Parameterizing the model with data from the 2010 and 2011 vaccination campaigns, we show that a comprehensive high coverage campaign in 2012 would likely result in elimination, saving ~550 human lives and ~$15 million in prophylaxis costs over the next ten years.</p> <p>Conclusions/Significance: The elimination of rabies from Bali will not be achieved through achievable reductions in dog density. To ensure elimination, concerted high coverage, repeated, mass dog vaccination campaigns are necessary and the cooperation of all regions of the island is critical. Momentum is building towards development of a strategy for the global elimination of canine rabies, and this study offers valuable new insights about the dynamics and control of this disease, with immediate practical relevance.</p&gt

    Wild Animals Inventarisation in Sempu Island Nature Reserve [ Wild Animals Inventarisation in Sempu Island Nature Reserve]

    Full text link
    Keberadaan satwa liar di cagar alam diharapkan terus lestari dan menjadi simpanan sumberdaya genetik dimasa yang akan data. Beragam aktivitas yang dilakukan di Cagar Alam Pulau Sempu (CAPS) saat ini dirasa sangat perlu dilakukan pengelolaan sesuai dengan status kawasan konservasi yang berupa cagar alam. Aktivitas ekotourism yang berkembang dikawasan sekitar CAPS memicu kekhawatiran akan terganggunya keberadaaan dan keanekaragaman satwa yang menghuni kawasan konservasi di Malang selatan ini. Oleh karena itu, kegiatan survei potensi satwa liar dilakukan di CAPS. Penelitian ini penelitian deskriptif yang menguraikan data-data yang didapatkan dan dijelaskan baik dengan tabel maupun grafik. Penelitian dilakukan pada bulan September-Nopember 2015. Metode jelajah digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini. Hasil penelitian telah menemukan 66 jenis jenis burung. Dari sejumlah burung tersebut memiliki status berbeda-beda yaitu 10 jenis burung endemik Indonesia, 25 jenis burung dilindungi, empat jenis migran, sembilan jenis merupakan Appendix CITES, empat jenis burung bernilai konservasi tinggi (jenis-jenis yang masuk dalam Redlist IUCN) yaitu Pelatuk merah (Chrysophlegma miniaceum) dan Sikatan-rimba dadacoklat (Rhinomyias olivaceus).Sedangkan jenis mamalia ditemukan sembilan species dan reptilia sebanyak tujuh species. Selain jenis burung, mamalia dan reptil, hasil survei ini juga telah menemukan satu species Lepidoptera terdokumentasikan adalah Idea stolli. Kajian tentang kelompok satwa ini perlu mendapatkan perhatian mengingat pentingnya dalam ekologis di CAPS
    corecore