21 research outputs found

    Produksi Biogas Dari Limbah Kelapa Sawit Menggunakan Bioreaktor Up-Flow Anaerobik Sludge Blanket (UASB)

    Full text link
    Palm oil mills produce wastewater containing organic matter that has the potential to produce biogas as an energy source. Up-Flow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) bioreactor is a wastewater treatment technology that has a high organic content, with using microbiology to degrade the content of contaminants. The purpose of this study was to determine the amount of impairment of biogas production from wastewater COD and TSS POM using UASB bioreactor (Up Flow Anaerobic Sludge Blanket). This research method is done by designing asidogenik and methanogenic reactor, reactor assembling and testing reactor apparatus.The result from this research show UASB reactor that use to process the waste water from palm oil plant has the potential to produce biogas 22.8 to 26.4 liters with a daily production ranges from 0.3 to 3.3 liters. This biogas containing methane gas (CH4) ranged 36.92 - 48.08%. Optimal feeding time 10-12 days of incubation. The results of first experiment show the decrease level of COD of 983 mg / L or a decline of 98% and in the second trial is 972 mg / l or 97% .ABSTAKPabrik kelapa sawit menghasilkan limbah cair yang mengandung bahan organik yang berpotensi menghasilkan biogas sebagai sumber energi. Teknologi bioreaktor Up-Flow Anaerobik Sludge Blanket (UASB) adalah teknologi pengolahan limbah cair yang memiliki kandungan organik tinggi, dengan pemanfaatan mikrobiologi untuk mendegradasi kandungan kontaminan dalam limbah. Selain dapat mengurangi dampak negatif lingkungan, bioreactor UASB dapat menghasilkan energi berupa biogas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jumlah produksi biogas, penurunan nilai COD dan TSS dari limbah cair PMKS dengan menggunakan bioreaktor UASB . Metode penelitian ini dilakukan dengan merancang disain reaktor asidogenik dan metanogenik, merangkai reaktor dan menguji coba rangkaian alat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa air limbah dari proses pengolahan pabrik minyak kelapa sawit berpotensi menghasilkan biogas sebesar 22,8 – 26,4 liter dengan produksi harian berkisar antara 0,3 – 3,3 liter. Waktu feeding optimal 10 – 12 hari inkubasi. Hasil penurunan percobaan 1 kadar COD sebesar 983 mg/l atau terjadi penurunan 98% dan pada percobaan 2 sebesar 972 mg/l atau terjadi penurunan 97 %

    Pengaruh Jenis Bahan Pengisi terhadap Karakteristik Fisikokimia, Mikrobiologi dan Sensoris Abon Udang (Panaeus Indicus)

    Full text link
    Udang memiliki kadar protein dan nilai biologis yang tinggi. Jenis krustase ini digolongkan sebagai protein lengkap. Protein sangat mudah terdenaturasi oleh suhu tinggi yang diikuti dengan penggumpalan (koagulasi) akibat pemanasan pada proses pengolahan. Sifat penggumpalan protein udang akan menghasilkan tekstur abon udang yang menggumpal dan tidak disukai oleh konsumen, hal ini dapat diatasi dengan penambahan bahan pengisiyaitu dengan menambahkan bahan nabati yang mempunyai serat. Tujuan dari penelitian ini mengetahui pengaruh jenis bahan pengisi jamur tiram putih, nangka muda dan jantung pisang terhadap karakteristik fisikokimia, mikrobiologi dan sensoris abon udang.Penelitianini menggunakan rancangan acak lengkap dengan faktor jenis bahan pengisi yang berbeda, kemudian dilakukan pengujian sifat fisikokimia, mikrobiologi dan uji sensoris. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis varian dan dilanjutkan uji beda nyata terkecil pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini menunjukkan jenis bahan pengisi yang berbeda berpengaruh terhadap kandungan protein dan serat abon udang. Penambahan jamur tiram putih menghasilkan abon dengan kandungan gizi yang terbaik yaitu protein 17,98%, lemak 14,03%, dan serat kasar 9,70%. Hasil analisis angka lempeng total, memenuhi standar syarat mutu abon yaitu dibawah 5,00x 104. Hasil uji Salmonella sp adalah negatif sedangkan kapang khamir positif.Hasil uji sensoris menunjukkan penambahan jamur tiram putihmenghasilkan abon udang dengan tekstur agak menggumpal sampai kurang menggumpal dengan nilai 3,89. Warnanya coklat kekuningan sampai kuning kecoklatan dengan nilai 3,07. Memiliki rasa agak enak sampai enak dengan nilai 3,73 dan beraroma agak berbau udang dengan nilai 3,00

    Pengaruh Waktu Hidrolisis terhadap Karakteristik Hidrolisat Protein Ikan Toman (Channa Micropeltes) Asal DAS Kalimantan Timur

    Full text link
    Hidrolisat protein merupakan produk yang dihasilkan dari penguraian protein ikan menjadi senyawa-senyawa rantai pendek. Hidrolisat protein ikan, dapat dikembangkan menjadi produk yang mempunyai sifat fungsional yang tinggi. Hidrolisis secara enzimatis dapat menghasilkan penurunan ukuran peptida sehingga dapat merubah karakteristik fungsional protein. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu hidrolisis protein ikan toman terhadap karakteristik dan profil asam aminonya. Proses hidrolisat dilakukan secara enzimatis, yaitu menggunakan enzim bromelain dengan perlakuan waktu hidrolisis 3, 4, 5 dan 6 jam. Selanjutnya dianalisis rendemen, derajat hidrolisis dan hasil terbaik dianalisis proksimat dan profil asam aminonya. Hasil penelitian ini menunjukkan hidrolisat protein ikan toman dapat dihasilkan melalui hidrolisis menggunakan enzim bromelain. Rendemen hidrolisat protein ikan toman berkisar 9,14 – 13,25%. Derajat hidrolisis antara 0,274 - 2,602. Hidrolisat protein ikan toman memiliki karakteristik kadar air 6,93 %, kadar abu 2,01%, protein 40,74% dan lemak 0,05%, karbohidrat 44,6%, kalsium 0,88%, magnesium 0,061% dan phosphor 0,136%. Waktu hidrolisis berpengaruh terhadap rendemen dan derajat hidrolisis hidrolisat protein ikan toman. Waktu hidrolisis optimum adalah 4 jam dengan rendemen 9,14% dan derajat hidrolisis 2,602. Hidrolisat protein ikan toman memiliki asam amino jenis serin, asam glutamate, fenilalanin, isoleusin, valin, arginine, glisin, lisin, asam aspartate, leusin, tirosin, prolin, threonine dan histidin

    Pengaruh Jenis Bahan Pengisi terhadap Karakteristik Fisikokimia, Mikrobiologi dan Sensoris Abon Udang (Panaeus Indicus)

    Full text link
    Udang memiliki kadar protein dan nilai biologis yang tinggi. Jenis krustase ini digolongkan sebagai protein lengkap. Protein sangat mudah terdenaturasi oleh suhu tinggi yang diikuti dengan penggumpalan (koagulasi) akibat pemanasan pada proses pengolahan. Sifat penggumpalan protein udang akan menghasilkan tekstur abon udang yang menggumpal dan tidak disukai oleh konsumen, hal ini dapat diatasi dengan penambahan bahan pengisiyaitu dengan menambahkan bahan nabati yang mempunyai serat. Tujuan dari penelitian ini mengetahui pengaruh jenis bahan pengisi jamur tiram putih, nangka muda dan jantung pisang terhadap karakteristik fisikokimia, mikrobiologi dan sensoris abon udang.Penelitianini menggunakan rancangan acak lengkap dengan faktor jenis bahan pengisi yang berbeda, kemudian dilakukan pengujian sifat fisikokimia, mikrobiologi dan uji sensoris. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis varian dan dilanjutkan uji beda nyata terkecil pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini menunjukkan jenis bahan pengisi yang berbeda berpengaruh terhadap kandungan protein dan serat abon udang. Penambahan jamur tiram putih menghasilkan abon dengan kandungan gizi yang terbaik yaitu protein 17,98%, lemak 14,03%, dan serat kasar 9,70%. Hasil analisis angka lempeng total, memenuhi standar syarat mutu abon yaitu dibawah 5,00x 104. Hasil uji Salmonella sp adalah negatif sedangkan kapang khamir positif.Hasil uji sensoris menunjukkan penambahan jamur tiram putihmenghasilkan abon udang dengan tekstur agak menggumpal sampai kurang menggumpal dengan nilai 3,89. Warnanya coklat kekuningan sampai kuning kecoklatan dengan nilai 3,07. Memiliki rasa agak enak sampai enak dengan nilai 3,73 dan beraroma agak berbau udang dengan nilai 3,00

    Pengaruh Penambahan Gelatin terhadap Sifat Fisikokimia Permen Jelly Rumput Laut Eucheuma Cottonii

    Full text link
    Permen jelly merupakan kembang gula lunak yang memiliki tekstur Kenyal dan elastis. Sifat Kenyal dan elastis ini sangat bergantung pada bahan pembentuk gel yang digunakan. Eucheuma cottonii merupakan rumput laut penghasil karaginan yang merupakan salah satu bahan pembentuk gel. Gel karaginan bersifat rapuh dan kurang elastis. Penambahan gelatin bertujuan untuk memperbaiki tekstur permen jelly Eucheuma cottonii menjadi elastis dan Kenyal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan gelatin terhadap sifat fisikokimia permen jelly Eucheuma cottonii. Proses pembuatan permen jelly dilakukan melalui dua tahapan yaitu pembuburan rumput laut untuk mendapatkan filtrat Eucheuma cottonii dan dilanjutkan dengan proses pembuatan permen jelly dengan variasi filtrat Eucheuma cottonii dan gelatin. Hasil penelitian menunjukkan penambahan gelatin berpengaruh terhadap gel strength dan tensile strength permen jelly Eucheuma cottonii. Semakin tinggi konsentrasi gelatin yang ditambahkan maka semakin meningkat pula gel strength dan tensile strength permen jelly Eucheuma cottonii. Kombinasi perlakuan filtrat Eucheuma cottonii 40% dan gelatin 12% merupakan kombinasi yang terbaik untuk menghasilkan permen jelly Eucheuma cottonii yang memenuhi standar mutu produk kembang gula lunak kecuali kadar airnya. Uji mutu hedonik rasa dan tekstur, kombinasi perlakuan filtrat Eucheuma cottonii 40% dan gelatin 8% merupakan kombinasi yang memenuhi harapan panelis untuk permen jelly Eucheuma cottoni

    Pengaruh Masa Simpan Buah terhadap Kualitas Sari Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus)

    Full text link
    Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) memiliki buah dengan kulit berwarna merah dan daging berwarna merah keunguan. Buah naga segar memiliki kadar air tinggi yaitu 90% sehingga masa simpan buah ini berkisar antara 7-10 hari pada suhu 14oC. Tingkat kesegaran dan kemasakan buah mempengaruhi produk akhir olahan buah. Salah satu upaya untuk mengatasi masa simpan yang relatif singkat maka buah naga dapat diolah menjadi produk sari buah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh masa simpan buah terhadap kualitas sari buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor masa simpan buah sebanyak 6 taraf yaitu 1, 3, 5, 7, 9 dan 11 hari. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 18 variasi perlakuan serta kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masa simpan buah berpengaruh terhadap nilai pH dan kadar antosianin sari buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Sari buah naga merah pada masa simpan hari ketiga merupakan sari buah yang memenuhi standar SNI 01-3719-1995 tentang minuman sari buah dengan nilai pH 3,8 , total padatan terlarut 16o Brix, kadar antosianin 1,67 ppm dan vitamin C 1,54 mg/100g

    Pengaruh Masa Simpan Buah terhadap Kualitas Sari Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus)

    Full text link
    Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) memiliki buah dengan kulit berwarna merah dan daging berwarna merah keunguan. Buah naga segar memiliki kadar air tinggi yaitu 90% sehingga masa simpan buah ini berkisar antara 7-10 hari pada suhu 14oC. Tingkat kesegaran dan kemasakan buah mempengaruhi produk akhir olahan buah. Salah satu upaya untuk mengatasi masa simpan yang relatif singkat maka buah naga dapat diolah menjadi produk sari buah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh masa simpan buah terhadap kualitas sari buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor masa simpan buah sebanyak 6 taraf yaitu 1, 3, 5, 7, 9 dan 11 hari. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 18 variasi perlakuan serta kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masa simpan buah berpengaruh terhadap nilai pH dan kadar antosianin sari buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Sari buah naga merah pada masa simpan hari ketiga merupakan sari buah yang memenuhi standar SNI 01-3719-1995 tentang minuman sari buah dengan nilai pH 3,8 , total padatan terlarut 16o Brix, kadar antosianin 1,67 ppm dan vitamin C 1,54 mg/100g
    corecore