30 research outputs found

    LAPORAN INDIVIDU PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Disusun guna Memenuhi Tugas Akhir Praktik Pengalaman Lapangan Periode 2 Juli – 17 September 2014 Lokasi : SMP NEGERI 4 SLEMAN

    Get PDF
    Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah suatu program yang diadakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam mentransfer, mentransformasikan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh mahasiswa dalam kehidupan nyata di sekolah ataupun lembaga pendidikan. Kegiatan PPL yang dilaksanakan secara bertahap mulai dari persiapan, observasi lingkungan sekolah, perumusan program kerja, dan pelaksanaan program kerja hingga penyusunan laporan. Kegiatan PPL itu sendiri bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam bidang pembelajaran dan manajerial di sekolah atau di lembaga, dalam rangka melatih atau mengembangkan kompetensi perguruan atau pendidikan, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempelajari, mengenal dan menghayati permasalahan sekolah atau lembaga baik yang terkait dengan proses pembelajaran maupun kegiatan manajerial kelembagaan, meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk menerapkan ilmu pengetahuan, dan keterampilan yang telah dikuasai secara interdisipliner ke dalam kehidupan nyata di sekolah atau lembaga pendidikan, memacu pengembangan sekolah atau\ud lembaga dengan cara menumbuhkan motivasi atas dasar kekuatan sendiri, dan kelima ialah meningkatkan hubungan kemitraan antara UNY dengan pemerintah daerah sekolah dan lembaga terkait. Program kerja yang telah dilaksanakan merupakan suatu usaha dalam rangka mewujudkan tujuan- tujuan tersebut. Program PPL di SMP Negeri 4 Sleman yang dilaksanakan pada tanggal 2 Juli – 17 September 2014. Selama melaksanakan PPL penyusun melaksanakan praktik mengajar di kelas VIIIA, VIIIB, VIIIC, kelas IXB dan IXC. Mahasiswa melakukan praktek mengajar di kelas dan di lapangan setiap hari rabu jam ke-1 7 sampai ke-5, jum’at jam ke-1 sampai ke-3 dan sabtu jam ke 1 sampai ke 5. Hasil yang diperoleh dari kegiatan PPL yaitu mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata berkaitan dengan perencanaan, penulisan perangkat pembelajaran, proses pembelajaran dan pengelolaan kelas. Mahasiswa telah dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu serta keterampilan yang dimiliki sesuai dengan program studi masing-masing

    Laboratory-based Acute Flaccid Paralysis surveillance pre-polio free certification: Indonesia experience, 2003-2013

    Get PDF
    Latar belakang: Virus Polio Liar dapat menyebabkan kelumpuhan dan dapat dicegah dengan imunisasi. Untuk memonitor transmisi virus polio liar dilakukan surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP) dan investigasi laboratorium yang telah dimulai sejak tahun 1995 di Indonesia. Virus polio liar Indigenous terakhir ditemukan di Indonesia tahun 1995. Indonesia masih memiliki ancaman importasi virus polio liar dari negara endemis dan mutasi virus polio dari vaksin yang menyebakan kelumpuhan yang sama seperti virus polio liar. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai surveilans AFP berbasis laboratorium di Indonesia pada tahun 2003-2013 sehingga mengantarkan Indonesia sebagai negara bebas polio pada tahun 2014. Metode: Data yang dianalisis adalah data kasus AFP seluruh Indonesia periode tahun 2003-2013. Data didapat dari laboratorium jejaring laboratorium Polio di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Sub Direktorat Surveilans, Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Data di analisis menggunakan program Microsoft Excel. Hasil: Sebanyak 305 kasus AFP yang disebabkan oleh infeksi virus polio liar tipe 1 impor ditemukan pada tahun 2005 dan 2006. Terdapat 39 kasus AFP yang disebabkan cVDPV tipe 1 ditemukan di Pulau Madura pada tahun 2005. Virus polio liar tipe 1 hanya ditemukan di pulau Sumatera dan Jawa. Penyebaran Virus polio berhasil dihentikan pada tahun 2006 dan sudah tidak ditemukan lagi hingga tahun 2013. Kesimpulan: Surveilans AFP berbasis laboratorium yang baik berhasil memantau dan mendeteksi sirkulasi virus polio. Peningkatan kinerja surveillance AFP diperlukan untuk membuktikan terhentinya transmisi virus polio sehingga eradikasi polio secara global dapat diraih.  Kata kunci: surveilans, laboratorium polio, Acute Flaccid Paralysis   Abstract Background: Wild Poliovirus can cause flaccid paralysis and can be prevented by immunization. To monitor wild polio virus transmission, Acute Flaccid Paralysis (AFP) surveillance and laboratory investigations was initiated in 1995 in Indonesia. The last indigenous wild poliovirus found at 1995 in Indonesia. Indonesia still has the threat of imported wild polio viruses from endemic countries and poliovirus mutation from vaccine that can cause paralytic as well as wild poliovirus. The aim of this article is to describe the laboratory-based AFP surveillance in Indonesia from 2003-2013 so that it had led the Indonesia certified for polio free in 2014. Methods: Data analysis performed on AFP cases data from all provinces in Indonesia period of 2013-2014. Data were collected from polio laboratories network in Jakarta, Bandung, Surabaya and the Sub Directorate of Surveillance, Directorate of Surveillance and Health Quarantine, Directorate General of Disease Prevention and Control. Data were analyzed using Microsoft Excel program. Results: 305 paralysis cases were caused by imported type 1 wild poliovirus infection were found in 2005 and 2006. 39 paralysis cases caused by type 1 cVDPV infection were also found on Madura Island in 2005. Type 1 wild polioviruses only found on the Sumatra and Java island. The wild poliovirus transmission was stopped in 2006 and was no longer found until 2013. Conclusion: Good laboratory-based AFP surveillance has been successfully monitoring and detecting the circulation of the poliovirus. Improved AFP surveillance performance is needed to prove cessation of poliovirus transmission so that eradication of poliovirus can be achieved globally. Keywords: surveillance, polio laboratory, Acute Flaccid Paralysi

    Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Sekolah SMA Negeri di Kota Padang

    Get PDF
    This research aims to determine thermal conditions and sensation of thermal comfort in classrooms of high schools in Padang. This study was conducted in 11 State Senior High School (SMA) represented 11 districts in Padang. About 10% of total student body in each schools were participated in this study to vote thermal comfort questioners. To determine thermal comfort level in this study, PMV (Predicted mean Vote) and PPD (Predicted Percentage of dissatisfied) method were used according to standard of thermal comfort in ASHRAE 55-2005 and ISO 7730. PMV method is used to determine scope of situation in the environment that scaled from +3 for very hot until -3 for very cold, and PPD is a method to calculate the number of human (in percentage) dissatisfied with the environment. Calculated PMV and PPD were compared with PMV and PPD resulted from individual vote from questionnaires. Result showed that in general, thermal conditions in classrooms had air temperature and radiant temperature from 27oC – 30oC, air humidity from 68% - 80%, and wind speed of 0 m/s. Calculated PMV from this condition were ranging from +1 slightly warm) until +2 (warm) while PPD calculated greater than 20%. Compared with calculated PMV and PPD values, the individual vote showed values from +0,5 (neutral) until +1 (slightly warm) while PPD values of individual vote greater than 20% except for SMA 2 and SMA 11 Padang. It is concluded that improvements of indoor thermal conditions have to make inside classrooms as well as landscape outside in order to improve thermal comfort level of students during learning and teaching.Keywords: Thermal Comfort, PMV (Predicted Mean Vote), PPD (Predicted Percentage ofDissatisfied), climatic factors, SM

    Pengaruh Perjanjian Kerja dan Jaminan Sosial Terhadap Kinerja Karyawan pada Australia and New Zealand Bank

    Get PDF
    Satu hal yang penting dalam melaksanakan keberhasilan berbagai aktivitas di dalam perusahaan bukan hanya tergantung pada keunggulan teknologi, dana operasi yang tersedia, sarana ataupun prasarana yang dimiliki, melainkan juga tergantung pada aspek Kinerja Karyawan dan faktor yang mempengaruhi peningkatan Kinerja Karyawan adalah peranan Perjanjian Kerja dan Jaminan Sosial. Salah satunya pada Bank Australia And New Zealand Banking Group Limited (ANZgrup). Peranan Perjanjian Kerja dan Jaminan Sosial juga menjadi faktor penting karena kemampuan karyawan tercermin dari Kinerja Karyawan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan ada pengaruh Perjanjian Kerja dan Jaminan Sosial terhadap Kinerja Karyawan pada Australia And New Zealand Bank. Jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian Asosiatif, dimana penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih. Populasi di dalam penelitian ini berjumlah 80 orang, dengan menggunakan sampel jenuh yang di jadikan responden berjumlah 80 orang. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa hasil nilai t hitung perjanjian kerja sebesar lebih besar 3,664 dari t tabel sebesar 1,664, dan nilai t hitung jaminan social 7,877 sebesar lebih besar dari t tabel sebesar 1,664 maka secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Sedangkan nilai F hitung sebesar 51,637 lebih besar dari F tabel sebesar 2.72 berarti Perjanjian Kerja dan variabel Jaminan Sosial secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Kinerja Karyawan. Nilai Adjusted R Square yang diperoleh sebesar 0,562. Untuk melihat besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD) = R2 x 100%, sehingga diperoleh KD = 56,2%. Angka tersebut menunjukkan bahwa sebesar 56,2% Kinerja Karyawan (variabel terikat) dapat dijelaskan oleh variabel perjanjian kerja dan jaminan sosial. Sisanya sebesar 43,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini

    Establishment of Realtime RT-PCR Assay to Detect Polio Virus in the Acute Flaccid Paralysis Laboratory Surveillance

    Full text link
    Background: The last indigenous polio was detected in 1995 but the threat of wild type polio viruses and themutation of Oral Polio Vaccine into Vaccine-Derived Poliovirus still continue. Since 1991, WHO has developedAcute Flaccid Paralysis (AFP) laboratory based surveillance. In 2014, the polioviruses identification by real-timeReverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (rRT-PCR), has been introduced to National Polio Laboratory(NPL) Center for Biomedical and Basic Technology of Health. The objective of the rRT-PCR application is to havefaster and better diagnostic methods to monitor the circulation and mutation of polio viruses.Methods: Isolate tested by rRT-PCR using a combination of primers and probe mentioned by WHO manual.The viral RNA is converted to cDNA using reverse transcriptase and amplified in a PCR reaction using Taqpolymerase. The PCR products are detected and identified by hybridization with specific probes. The combinationof primers and probes will result in the serotype identification and intratypic differentiation of poliovirus isolates.Results: In 2014 NPL Jakarta received 604 AFP cases through the surveillance system, five cases foundpositive for polio viruses by culture. All of the specimens were positive for polio vaccine viruses. Twocases were polio virus type P2 (40%), one cases polio virus type P1 (20%), 1 case polio virus type P3(20%) and one case mix polio viruses type P1+P2 (20%).Conclusion: The real-time PCR assay was able to help the identification of polio viruses rapidly in Jakartalab. The test can be utilized for monitoring the population routinely immunized with OPV. (Health ScienceJournal of Indonesia 2016;7:27-31

    Strategi Komunikasi Persuasif Guru Taman Kanak-Kanak “Harapan Bersama” Dalam Karakter Peduli Terhadap Sampah

    Get PDF
    This study aims to determine the persuasive communication strategy of kindergarten teachers "Harapan Bersama" in the character of caring for waste. This study uses the theory of The Meaning Construction Communication Strategy which includes Cognitive Factors and Emotional Factors. And the type of research used is qualitative research. The results of this study indicate that the important role of cognitive and emotional factors in education in the Harapan Bersama Kindergarten environment is that the programs implemented both by teachers at school and parental support at home have had a positive impact in shaping children's understanding and behavior related to caring for waste in their environment. Children's responses suggest that different approaches may be needed to meet individual needs in terms of environmental understanding. This emphasizes the importance of a holistic and diverse approach to environmental education to achieve broader and more integrated outcomes. There were differences in how children responded to environmental issues based on their emotional and cognitive factors, highlighting the complexity of shaping attitudes towards the environment. The results of this study show that persuasive communication strategies through cognitive factors and emotional factors have a positive impact in shaping children's understanding and behavior related to waste care in their environment

    TINGKAT KEPUASAN SISWA SMP BIAS GIWANGAN YOGYAKARTA TERHADAP JASA LAYANAN SARANA DAN PRASARANA EKSTRAKURIKULER PANAHAN

    Get PDF
    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang maksimalnya sekolah mengelola sarana dan prasarana serta kurang memuaskannya layanan yang diberikan oleh pihak sekolah kepada para siswa ekstrakurikuler panahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan siswa SMP BIAS Giwangan Yogyakarta terhadap jasa layanan sarana dan prasarana ekstrakurikuler panahan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan teknik pengambilan datanya dengan menggunakan instrumen angket. Subjek penelitian ini seluruh siswa SMP BIAS Giwangan Yogyakarta yang berjumlah 100 siswa. Teknik analisis yang dilakukan adalah statistik deskriptif dengan menggunakan frekuensi ke dalam bentuk persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan siswa SMP BIAS Giwangan Yogyakarta terhadap jasa layanan sarana dan prasarana ekstrakurikuler panahan adalah tidak puas dengan pertimbangan rerata sebesar 86,56. Tingkat kepuasan siswa SMP BIAS Giwangan Yogyakarta terhadap jasa layanan sarana dan prasarana ekstrakurikuler panahan yang berkategori sangat puas 0 orang atau 0%, puas 46 orang atau 46%, tidak puas 53 orang atau 53% dan sangat tidak puas 1 orang 1%

    Perancangan Sistem Informasi Laporan Progress Aktivitas Pengerjaan Proyek Berbasis Web Menggunakan Metode Waterfall

    Get PDF
    PT. Reycom Document Solusi masih menghadapi beberapa kendala, diantaranya sistem yang berjalan pada perusahaan saat ini, khususnya dalam hal pelaporan progress proyek yang masih dila kukan secara manual, perkembangan aktivitas pengerjaan proyek dari masing - masing team proyek belum bisa terpantau secara optimal, penjadwalan meeting belum dapat terdokumentasi dengan baik sehingga sering terjadi miss communication , serta dokumentasi proye k belum dapat tersimpan dengan baik sehingga sering mengakibatkan hilangnya dokumen proyek. Kondisi eksisting perusahaan saat ini yaitu pelaporan progress aktivitas pengerjaan proyek masih dilakukan secara manual dengan menggunakan MS. excel yang dibuat se tiap minggu , selain itu dokumen proyek yang masih belum dapat dikelola dengan baik. Masalah ini mengakibatkan update perkembangan proyek tidak dapat ditangani dan dipantau dengan baik serta komunikasi yang kurang optimal antar anggota team proyek. Sistem informasi laporan progress aktivitas pengerjaan proyek diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi perusahaan saat ini. Sistem informasi laporan progress pengerjaan proyek digunakan untuk memantau perkembangan proyek, membuat jadwal meet ing yang juga sebagai pengingat team proyek dalam menghadiri meeting dengan customer dan juga membantu dalam menyimpan dokumentasi proyek yang telah dijalankan. Sistem informasi, Pelaporan progress aktivitas pengerjaan proyek, Metode Waterfall , UM

    BUMDES AND ASEAN ECONOMIC COMMUNITIES IN DEVELOPING RURAL ECONOMY

    Full text link
    The writing aims answer the challenges of Asean Economic Community (AEC) with improving the role of rural economy through BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) as one of the things to be disconnected chain of poverty in rural areas as well as preparing institutional innovative towards the AEC. Innovative institutional BUMDES that has been initiated by BUMDES in the village of Gondowangi is to apply the principle of commercialization but still hold on values of humanity, tranparency and also accountability. The presence of AEC brings opportunities at once a threat to rural economy. The rural commercialization that has been the direction of government policy throughout the 1950s to 2000s has not achieved significant results because it is not in accordance with the characteristics of rural communities. The process of agricultural commercial growth precisely pinches the farmers on two pressures at once, the increasingly urban biased government policy and the two market pressures (controlled by business actors). Therefore, in the face of the Asean Economic Community (AEC) which means the market is present everywhere including in rural areas then this is a threat from the AEC in rural communities. As an opportunity, BUMDes should be able to build institutional and social capital by building networks that occur among villagers, village government, central government, intellectuals and investors while providing trust among stakeholders by preparing rules of the games, which sided with the village community. In other words, the market with the commercialization principle through the AEC is not faced with face to face with individuals in rural communities but must deal with the institutions through BUMDes by building a strong social capital without ignoring the role of village leadership as agents of change. Keywords : Asean Economic Community, BUMDes, instututional, social capital
    corecore