12 research outputs found
Sistem Pendidikan dan Pemikiran Filsafat Prancis Kontemporer
Prancis dikenal sebagai negeri yang memberikan sumbangsih besar terhadap perkembangan filsafat kontemporer. Melalui tulisan ini penulis akan menganalisis prakondisi institusional dari sumbangsih tersebut. Penulis akan menunjukkan bahwa kekayaan wacana filsafat Prancis kontemporer mensyaratkan institusionalisasi filsafat baik secara formal (dalam wujud kurikulum dan institusi pendidikan) maupun informal (dalam ranah kebudayaan). Pada gilirannya, institusionalisasi ini dimungkinkan karena ada keperluan dari masyarakat itu sendiri, sebagaimana tercermin dalam kebijakan negara Prancis modern, akan filsafat sebagai basis universal bagi seluruh pendidikan. Dalam artikel ini, kita akan juga akan melihat bagaimana institusionalisasi tersebut berperan besar dalam mewujudkan kekayaan khazanah pemikiran Prancis pasca-Perang Dunia kedua.Kata kunci: institusi formal filsafat, institusi informal filsafat, paradigma pendidikan filsafat, konsep, eksistens
Towards a Morphology of Critique: An Attempt to Classify Approaches to Literary Criticism
This study examines the possibility of classifying approaches to literary criticism so that each critical position can be mapped to other critical positions. This article is not an application of a literary criticism approach to reading a particular literary work but an attempt to map the relationships between approaches to literary criticism so that the issues raised here are theoretical and methodological rather than practical. This research offers another alternative: a comprehensive and valuable classification can be obtained by classifying the formal elements of reading practice rather than the theme. The method used here is a morphological study in the spirit of Vladimir Propp (2009) applied to the modality of reading to overcome the limitations of thematic classification offered by M.H. Abrams (1971), Northrop Frye (2007), Yoseph Yapi Taum (2017), and Vincent B. Leitch (Veeser, 2021). Through a formal study of reading modalities (coverage, access relation, and semantic modality), a classification of critical approaches is obtained, modelled in the axis of reading: the axis of depth, width, and distance by which the critics approach the literary phenomena. Based on that model, the entire approach to literary criticism can be classified into eight octants of the cube of reading: narrow–close–surface reading, narrow–close–deep reading, narrow–distant–deep reading, narrow–distant–surface reading, wide–close–surface reading, wide–close–deep reading, wide–distant–deep reading, and wide–distant–surface reading. Each approach is positioned relationally with other approaches in the cube of reading, so the space for dialogue and comparison is always wide open. By demonstrating the morphological relationships between critical approaches, this research opens new possibilities for interpreting each critical position as a liminal one so that each position is always related to and transformed into another
Asal-Usul Pemikiran tentang Sekularisme di Abad Pertengahan
Artikel ini melacak asal-usul wacana sekularisme dalam filsafat politik Abad Pertengahan, khususnya dalam pemikiran Dante Alighieri, Marsilius Padua dan William Ockham. Pertanyaan pokok yang membimbing kajian ini adalah: sejauh mana benih pemikiran mengenai sekularisme sudah muncul pada masa Abad Pertengahan? Metode yang digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah telaah filosofis atas konflik antara kuasa temporal dan spiritual yang menjadi konteks perdebatan mengenai kedudukan penguasa sekuler dalam hubungannya dengan otoritas keagamaan tertinggi. Dengan memeriksa respons terhadap kekuasaan mutlak gereja, terlihat adanya sejumlah alternatif berbeda yang salah satunya adalah sekularisme. Melalui penelusuran itu ditemukan bahwa sekalipun terdapat benih-benih sekularisme dalam pemikiran William Ockham, ia tetap mengandaikan paradigma religius tentang dunia yang mengasalkan sumber pembagian kewenangan temporal dan spiritual pada Tuhan, sedangkan Dante dan Marsilius Padua justru mengklaim otoritas religius dikandung dalam otoritas sekuler. Pemisahan gereja dari negara masih dilakukan dalam pengandaian penyelenggaraan ilahi di dunia. Pengandaian inilah yang membedakannya dari sekularisme modern
Sejarah estetika : era klasik sampai kontemporer
xxviii, 915 p. : ill. ; 24 cm
Merayakan ibu bangsa
Buku ini membahas tentang perempuan/ibu.119 hlm.: ilus.; 17 c