255 research outputs found

    Matematika dengan Menerapkan Metode Pemberian Balikan pada Siswa Kelas VI SD

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap keffektifan pembelajaran dengan pemberian Balikan terhadap hasil belajar Matematika tehadap siswa kelas IV SDN 2 Penjangka tahun 2013/2014 menggunakan penelitian tindakan (action research) tiga siklus. Metode Pengumpulan Data tes formatif, observasi kegiatan belajar mengajar, dan dokumentasi. Didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (69,44%), siklus II (80,56%), siklus III (88,89%). Disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pemberian Balikan efektif meningkatkan prestasi belajar Siswa SDN 2 Penjangka tahun 2013/2014, sehingga model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika

    Analisis Pemasaran Benih Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) Studi Kasus di Desa Parigi Mekar Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor Jawa Barat

    Full text link
    Ikan lele dumbo salah satu komoditas perikanan air tawar yang tergolong ekonomis penting, keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan konsumen akan ikan lele konsumsi. Adapun tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui saluran pemasaran benih ikan lele dumbo dari produsen ke konsumen, menganalisis marjin pemasaran setiap lembaga perantara yang terlibat dan menilai efisiensi pemasaran yang dikaitkan dengan Perubahan harga dan penyebaran marjin setiap lembaga perantara. Desa Parigi Mekar mempunyai potensi yang tinggi untuk pengembangan budidaya ikan lele dumbo (khusus sekuen pembenihan), mengingat lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal, serta teknik budidya yang masih tradisional/ turun temurun. Mata rantai pemasaran benih lele dumbo yang dilakukan oleh pembudidaya di lokasi penelitian terdiri dari dua (2) mata rantai pemasaran yaitu: 1. Produsen - Pedagang pengumpul desa - Pedagang pengumpul Kecamatan - Pedagang pengecer - Konsumen. 2. Produsen - Pedagang pengumpul Kecamatan -Pedagang pengecer - Konsumen. Masing-masing lembaga perantara tersebut melakukan kegiatan dan fungsi pemasaran yang sama yaitu; a). fungsi pertukaran , b). fungsi fisik dan c) fungsi fasilitas. Perhitungan marjin pemasaran setiap lembaga perantara pada setiap mata rantai pemasaran relative sama. Marjin pemasaran pada mata rantai pemasaran satu (1) sebesar Rp 55,-/ekor atau 44 %, begitu pula pada mata rantai pemasaran dua(2) sebesar Rp 55,-/ ekor atau 44 %, besarnya biaya pada mata rantai pemasaran satu (1) Rp 15,-/ekor atau 12 %, sedangkan pada mata rantai pemasaran dua (2) sebesar Rp 12.5,-/ekor atau 10 %. Keuntungan yang diperoleh pada mata rantai satu (1) sebesar Rp.40,- /ekor atau 32. %, mata rantai pemasaran dua (2) Rp 42.5,-/ekor atau 34 %

    Evaluasi Kesehatan Tanah untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan di Perkebunan Teh Tritis, Kulon Progo

    Full text link
    Tanaman teh di perkebunan Tritis memiliki ciri tanaman kurang sehat sehingga perlu dibudidayakan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan indikator kinerja tanah, menyusun Minimum Data Set (MDS), mengklasifikasi kesehatan tanah, dan menyusun rekomendasi. Penelitian ini mengevaluasi kesehatan tanah berbasis geomorfologi skala detail. Survei lapangan dan pengambilan sampel tanah dilakukan pada satuan pemetaan yang berjumlah sebelas titik dan didapatkan 21 sampel tanah. Evaluasi kesehatan tanah menggunakan 17 indikator kinerja tanah dan dianalisis dengan metode skoring. Total skor indikator kinerja tanah kemudian diklasifikasikan dalam lima tingkat kesehatan tanah. Terdapat enam belas indikator kinerja tanah terpilih yang masuk dalam MDS, yaitu warna, struktur, tekstur, kadar air, kelerengan, nilai penetrometer, kedalaman tanah, erosi, pH, bahan organik, P2O5, K tersedia, Al tersedia, LCC, kinerja tanaman, dan populasi cacing. Dihasilkan tiga klasifikasi, yaitu tanah kurang sehat, cukup sehat, dan tanah sehat. Rekomendasi yang diberikan adalah mempertahankan kondisi penggunaan lahan, melakukan pemupukan, serta merawat tanaman teh

    Deteksi Dini Kerawanan Medan terhadap Longsor dengan Pendekatan Geomorfologi dan Geofisika di DAS Cilangkap Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka

    Full text link
    DAS Cilangkap telah mengalami peningkatan bahaya alam selama beberapa tahun terakhir. Survey geomorfologi dan geofisika telah dilakukan di DAS Cilangkap dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik medan dan karakteristik bawah permukaannya. Pendekatan sintetik merupakan pendekatan utama yang digunakan dalam survei. Sementara dalam penerapan survei geofisika digunakan metode ERT (Electrical Resistivity Tomography). Pemilihan lokasi geolistrik dilakukan secara purposive sampling. Berdasarkan hasil survey geomorfologi, diketahui bahwa terdapat 6 satuan medan di DAS Cilangkap. Tiga satuan medan diantaranya memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bahaya longsor. Ketiga satuan medan tersebut adalah : satuan medan HSD12CC, satuan medan HSD12CV dan satuan medan HD321CC. Satuan medan RD21CV dan satuan medan RSD132CC merupakan satuan medan yang memiliki tingkat kerawanan yang rendah terhadap bahaya longsor. Sementara itu, satuan medan VD21F merupakan satuan medan yang memiliki kerawanan yang tinggi terhadap bahaya gempa bumi. Hasil pencitraan bawah permukaan dengan metode geolistrik (ERT) menunjukan bahwa longsor pada satuan medan HSD12CC dikontrol oleh struktur internal batuan dasarnya. Kedalaman bidang gelincirnya diperkirakan merupakan zona kontak antara batuan dasar berupa batupasir tufaan lapuk dengan tanah tebal. Kedalaman bidang gelincir tersebut terletak sekitar 8 meter dibawah permukaan. Model resistivitas 2D Pada bukit berpuncak datar pada satuan medan HSD12cv menunjukan struktur bedding yang mengunci material piroklastik diatasnya. Tingkat kerawanan medannya relatif rendah. Model resistivitas 2D Pada satuan medan VD21F menunjukan adanya patahan sehingga satuan medan VD21F memiliki kerawanan terhadap gempa

    Pola Zonasi Ruang untuk Rehabilitasi Kawasan situ Ciledug dengan Kajian Morfokonservasi

    Full text link
    Konversi lahan terjadi seiring dengan tingginya permintaan lahan, sehingga menyebabkan berkurangnya daerah resapan air dan meningkatkan sedimentasi. Hal itu berujung penyempitan luas situ. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Perubahan morfologi yang terjadi pada lahan basah Situ Ciledug, menaksir luas lahan basah yang mampu dikembalikan, dan membuat zonasi ruang untuk merehabilitasi Situ Ciledug agar kembali pada keadaan alamiah sebagai kawasan lindung. Penelitian ini menggunakan metode pemetaan partisipatif untuk mengetahui Perubahan morfologi Situ Ciledug dan menentukan area yang dapat dikembalikan. Zonasi Peruntukkan lahan yang terdiri dari satuan pengelolaan air, satuan lahan penyangga dan satuan lahan pengembangan ditentukan dengan metode skoring modifikasi dan metode buffering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perubahan morfologi telah mentransformasikan lahan basah seluas 13,076 hektar menjadi lahan kering di tahun 2011. Perubahan morfologi pada lahan basah Situ Ciledug cenderung mengikut arah aliran dari inlet dengan total area yang dapat dikembalikan adalah sebesar 4,62 hektar

    Kekerabatan Fenetik Ciplukan (Physalis Angulata L.) Di Wilayah Eks-karesidenan Surakarta Berdasarkan Karakter Morfologis, Palinologis Dan Pola Pita Isozim

    Full text link
    Ciplukan (Physalis angulata L.) merupakan salah satu tumbuhan liar yang banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan kekerabatan fenetik ciplukan di wilayah eks-karesidenan Surakarta berdasarkan karakter morfologis, serbuk sari dan pola pita isozim. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Analisis pola pita isozim dengan elektroforesis daun muda menggunakan dua sistem enzim, yaitu esterase dan peroksidase. Karakter yang diamati sebanyak 105 karakter yang terdiri dari 96 karakter morfologis, 9 karakter serbuk sari, dan 15 pola pita isozim. Hasil penelitian menunjukkan ciplukan di wilayah eks-karesidenan Surakarta memiliki keragaman baik secara kualitatif maupun kuantitatif terutama pada warna dan ukuran batang, daun, bunga, buah dan biji; ukuran, jumlah apertura, bentuk serbuk sari serta 46,7% pola pita polimorfisme. Hubungan kekerabatan berdasarkan karakter morfologis, serbuk sari, dan pola pita isozim menunjukkan hasil yang berbeda. Ciplukan SLO mengelompok dengan BYL3 pada dendogram morfologis pada koefisien kemiripan 88% dan pada dendogram serbuk sari dengan koefisien kemiripan 88,89%, serta mengelompok dengan BYL1 pada dendogram pola pita isozim pada koefisien kemiripan 96,88%. Individu dengan fenotip yang sama dapat memiliki keragaman genotip yang berbeda.Ciplukan (Physalis angulata L.) is one of the wild plants which used as traditional medicine. The diversity and phenetic relationship among ciplukan populations in Surakarta region based on morphological, pollen evidence and isozyme characters, have been determined. Samples were taken by using purposive random sampling. Analysis of isozyme banding pattern with green leaf electrophoresis system using two enzymes, namely esterase and peroxidase. Characters are observed as many as 105 characters consisting of 96 morphological characters, 9 palinological characters, and 15 isozyme banding patterns. The results showed ciplukan in Surakarta region has a diversity of both qualitative and quantitative primarily on the color and size of the stems, leaves, flowers, fruits and seeds; size, number of apertura, form of pollen and 46.7% isozyme polymorphism. The relationship based on morphological, palinological and isozyme characters showed different results. SLO Ciplukan clustered with BYL3 on morphological dendogram with 88% similarity coefficient, at dendogram of palinological character with 88.89% similarity coefficient, and clustered with BYL1 on dendogram isozyme banding pattern at 96.88% similarity coefficient. Individuals with the same phenotype can have different genotype diversity
    • …
    corecore