2,350 research outputs found

    Studi Pasir Sungai Sebagai Agregat Halus Pada Laston Permukaan (Asphaltic Concretewearing Course, AC-WC)

    Get PDF
    Konstruksi perkerasan jalan lentur Laston permukaan (Asphaltic Concrete-WearingCourse, AC-WC) harus memiliki sifat-sifat, kuat memikul beban lalu lintas, keawetan tinggi,kedap air, permukaan rata tahan aus dan kekesatan yang cukup. Bahan campuran Lastonpermukaan (AC-WC) terdiri dari fraksi agregat kasar, medium, halus, filler dan bahanpengikat menggunakan aspal. Agregat fraksi halus terdiri dari kombinasi batu pecah danpasir sungai. Deposit pasir sungai cukup banyak. Pasir sungai mempunyai kualitas baik,didapat gradasi dan berat jenis yang bervariasi. Batu pecah dari quary Gunung Martadahdan pasir sungai dari Sungai Awang Bangkal, Sungai Rantau, Sungai Pengaron dan SungaiBarito.Penelitian menggunakan material batu pecah quary Gunung Martadah B denganproporsi fraksi agregat kasar 18%, fraksi agregat medium 40%, fraksi agregat halus 30%,pasir sungai10%, filler menggunakan semen portland 2%. Proporsi pasir sungai disamakansebesar 10%, (Sungai Awang Bangkal atau Sungai Rantau atau Sungai Pengaron atauSungai Barito). Gradasi agregat gabungan mendekati kurva Fuller, persen lolos saringanNo.100 dan No.200 mendekati batas bawah spesifikasi untuk Laston Permukaan (AC-WC)gradasi kasar.Dengan berat jenis semakin besar nilai kepadatan campuran makin besar padagradasi, kadar aspal dan enerji pemadatan yang sama. Nilai kepadatan dipengaruhi olehgradasi, kadar aspal, berat jenis agregat dan enerji untuk memadatkan. Semakin tinggikepadatan (density) maka nilai VIM, VMA lebih rendah dan sebaliknya VFB tinggi didapatstabilitas dan durabilitas tinggi.Pengujian Marshall dengan perendaman selama 24 jam dan60°C untuk material batu pecah Gunung Martadah B dan pasir sungai (Sungai AwangBangkal atau Sungai Rantau atau Sungai Pengaron atau Sungai Barito) pada campuranLaston permukaan (AC-WC) diperoleh niliai stabilitas Marshall sisa lebih besar dari 90persen sehingga dinyatakan memenuhi persyaratan.Kata kunci: Laston permukaan (AC-WC), batu pecah, pasir sungai, karakteristik Marshal

    Penentuan Nilai CBR dengan Variasi Gradasi Batas Bawah Terhadap Batas Tengah pada Lapis Pondasi Agregat Kelas A

    Get PDF
    Lapis Pondasi Agregat mempunyai peranan yang sangat penting pada perkerasan jalan.Salah satu tipe material perkerasan jalan adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A yang mempunyai persyaratan spesifikasi yang harus dipenuhi sebelum penghamparan atau pemadatan dilapangan, sebelum dilakukan penghamparan dilapangan material harus diuji Laboratorium untuk memenuhi persyaratan Lapis Pondasi Agregat Kelas A tersebut.Penentuan nilai berat volume kering maksimum (?d maks.) dan kadar air optimum (w opt.) dilakukan pengujian pemadatan di Laboratorium berdasarkan SNI 1743 : 2008 dan selanjutnya untuk mendapatkan nilai CBR dilakukan pengujian CBR Laboratorium berdasarkan SNI 1744 : 2012Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai CBR design untuk gradasi Batas Bawah sebesar 100 %, kepadatan kering maksimum sebesar 2,135 g/cm3dan kadar air optimum 6,5 %, nilai CBR design gradasi Batas Tengah 110 %, kepadatan kering maksimum 2,160 g/cm3 kadar air optimum 7,0%. Lapis Pondasi Agregat Kelas A dengan gradasi Batas Tengah didapat nilai CBR lebih besar dibandingkan gradasi Batas Bawa

    PENGUJIAN KADAR ASPAL CAMPURAN BETON ASPAL DENGAN METODE EKSTRAKSI

    Get PDF
    Kadar aspal adalah kandungan aspal dinyatakan dalam  prosen teradap campuran, ba-han aspal merupakan pengikat agregat sehingga terbentuk beton aspal.Beton aspal ada-lah beton terdiri dari agregat berupa batu pecah dengan gradasi memenuhi syarat spe-sifikasi ,dicampur pada suhu tertentu dengan aspal dipadatkan disebut beton aspal cam-puran panas (hot mix ).Beton aspal merupakan sruktur Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) pada lapisan per-mukaan  dinamakan Lapis Tipis Beton Aspal dari jenis HRS-WC atau AC-WC pada lapis pondasi dinamakan Lapis Beton Aspal jenis campuran HRS-Base atau AC-BC dan AC-Base.Metoda pemisahan aspal dengan agregat dari campuran beton aspal dengan metode Reflux Extraktor adalah campuran beton aspal kondisi curah dilarutkan dengan bahan pelarut aspal three clore ethelyn dengan cara pencucian jernih,sehingga bahan aspal de-ngan agregat terpisah.Kadar aspal adalah (berat campuran aspal awal dikurangi berat agregat) dibagi dengan berat campuran awal dinyatakan dalam persen .Hasil pengamat-an jenis HRS-Base, jumlah data sebanyak 6 (enam) buah didapat rentang kadar aspal 6,13% s/d 6,29% dengan kadar aspal yang direncanakan 6,3%,berada dibawah kadar aspal rencana ,tetapi masih dalam batas toleransi.

    PENGUJIAN KADAR ASPAL CAMPURAN BETON ASPAL DENGAN METODE EKSTRAKSI

    Get PDF
    Kadar aspal adalah kandungan aspal dinyatakan dalam  prosen teradap campuran, ba-han aspal merupakan pengikat agregat sehingga terbentuk beton aspal.Beton aspal ada-lah beton terdiri dari agregat berupa batu pecah dengan gradasi memenuhi syarat spe-sifikasi ,dicampur pada suhu tertentu dengan aspal dipadatkan disebut beton aspal cam-puran panas (hot mix ).Beton aspal merupakan sruktur Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) pada lapisan per-mukaan  dinamakan Lapis Tipis Beton Aspal dari jenis HRS-WC atau AC-WC pada lapis pondasi dinamakan Lapis Beton Aspal jenis campuran HRS-Base atau AC-BC dan AC-Base.Metoda pemisahan aspal dengan agregat dari campuran beton aspal dengan metode Reflux Extraktor adalah campuran beton aspal kondisi curah dilarutkan dengan bahan pelarut aspal three clore ethelyn dengan cara pencucian jernih,sehingga bahan aspal de-ngan agregat terpisah.Kadar aspal adalah (berat campuran aspal awal dikurangi berat agregat) dibagi dengan berat campuran awal dinyatakan dalam persen .Hasil pengamat-an jenis HRS-Base, jumlah data sebanyak 6 (enam) buah didapat rentang kadar aspal 6,13% s/d 6,29% dengan kadar aspal yang direncanakan 6,3%,berada dibawah kadar aspal rencana ,tetapi masih dalam batas toleransi.

    PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI KADAR ASPAL ALAT CENTRIFUGE EXTRACTOR DENGAN REFLUX

    Get PDF
    Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan dengan campuran beraspal pada Laston maupunLataston . Bahan campuran terdiri dari agregat dan aspal sebagai bahan pengikat.Pengujian kadar aspal dalam campuran beraspal dengan metode ekstraksi sebagai controlkandungan aspal dan gradasi agregat pada saat produksi di asphalt mixing plant (AMP)pada masa konstruksi. Metode ekstraksi dengan alat centrifuge extractor dan reflux.Sample dalam kondisi curah dari AMP dan core drill dari lapangan pada kondisi yang telahdipadatkan.Hasil pengujian ekstraksi didapatkan perbandingan kadar aspal antara di AMP dengancore drill yang yang dilakukan dengan dua metode yang berbeda, untuk hasil rata-ratakadar aspal untuk sampel campuran beraspal kondisi curah dari AMP sebesar 6,12 %dengan alat Centrifuge extractor dan 6,19 % dengan alat Reflux. Untuk campuran beraspaldari core drill lapangan sebesar 6,01 % dengan alat centrifuge extractor dan 6,15 %dengan alat reflux, hal ini menunjukan persentase kadar aspal yang hilang antara duametode dan dua sampel yang berbeda sebesar 0,11 % dan 0,05 %.Hasil rata-rata ekstraksi sampel kondisi curah dari AMP dengan kadar aspal rencanasebesar 6,3 % mengalami perbedaan 0,18 % pada alat centrifugal dan 0,11 % pada alatrefluks, sedangkan dari sampel core drill mengalami perbedaan 0,29 % pada alatcentrifuge extractor dan 0,15 % pada alat reflux.Analisa saringan hasil ekstraksi sample dari core drill diperoleh gradasi agregat denganpersen lolos saringan lebih besar bearti gradasi lebih halus dibanding sample kondisicurah dari AMP. Hasil analisa saringan menunjukan bahwa persen lolos gradasi agregatdari campuran beraspal kondisi curah dari AMP dan core drill telah memenuhi spesifikasiyang telah disyaratkan

    Tissue Surface Identification for Microwave Imaging System Calibration

    Get PDF
    The methods used for biomedical imaging include X-ray, magnetic resonance imaging (MRI), ultrasound, and most recently, microwave imaging each with its own advantages and disadvantages for specific application. The frequency dependent nature of the Electromagnetic (EM) waves makes it possible for microwave imaging to achieve a tissue differentiation comparable to that obtained by X-ray and would be superior to ultra sound and MRI. This work addresses one aspect of an ongoing research effort at Rochester Institute of Technology which is a new methodology for detecting diseased tissues by a non-invasive procedure. The methodology is based on the extraction of the frequencydependent electrical properties of tissue that can differentiate between healthy and diseased states using ultra-wideband (UWB) pulses that are allowed to impinge on multiple layers of biological tissue. The reflected/scattered signal is analyzed to obtain frequency dependent permittivity and conductivity that correspond to each tissue layer. For system implementation, a planar flexible antenna array is utilized that would be wrapped like a cuff around a specific part of the human body. The present work addresses the development of a calibration procedure to locate each antenna element with respect to the shape of the body surface. An algorithm for determining the shape of the surface has been developed in this thesis. The methodology involves placing a flat N x N planar antenna array above the tissue surface. The antenna elements are excited one at a time and the rest of the elements are used to receive signals scattered from the body surface. From the transmitted and received signals, the distance, r, from each antenna to the surface can be determined and in this work it is assumed to be known. Corresponding to this distance the sphere of radius rij is drawn from the (i,j)th antenna element. Assuming that the surface is convex, this sphere will be tangent to the body surface at the point with coordinates (xij, yij, zij). Due to the fact that the antennas are placed relatively close to each other, it can be assumed that the parameters of the neighboring tangent planes are the same. Using this information together with the distances rij, r(i+1)j and r(i,j+1), the necessary equations have been set up and solved for the coordinates (xij, yij, zij). This process is repeated for N xN sample points on the surface which are then used to determine the surface by an interpolation algorithm. The algorithm is implemented in MATLAB and its accuracy has been assessed for different kinds of surfaces and different sized planar antenna array. The agreement between the estimated and the actual surfaces is very good for smooth convex surfaces. For surfaces with more curvature, the mean square error is higher. The performance of the algorithm with respect to the measurement noise has also been analyzed. After the planar antenna array has been calibrated with respect to the surface, the frequency response of the paths from the antenna to each tissue layer including the surface can be obtained. This information is then used for an accurate tissue differentiation
    • …
    corecore