13 research outputs found

    Pengelolaan Air Limbah Yang Berwawasan Lingkungan Suatu Strategi Dan Langkah Penanganannya

    Full text link
    Masalah utama yang dihadapi permukiman adalah pencemaran lingkungan oleh air limbah. Masalah tersebut dikarenakan tingkat pelayanan air limbah yang sangat rendah. Air limbah rumah tangga merupakan sumber utama pencemar lingkungan. Sedangkan pencemaran limbah industri diperkirakan memberi kontribusi rata-rata 25-50%. Sampai saat sekarang tingkat pelayanan air limbah tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk, sehingga masih banyak air limbah yang dibuang ke sungai atau badan air dengan proses yang kurang sempurna. Suatu strategi dan langkah dalam pengelolaan air limbah yang efektif dan efisiensi

    Studi Kasus Energi Alternatif Briket Sampah Lingkungan Kampus POLBAN Bandung

    Get PDF
    Pasca pencabutan subsidi BBM, telah memberikan dampak kebutuhan potensi energi alternatif khususnya sektor rumah tangga. Untuk itu perlu dicari solusi dan salah satu diantaranya yaitu dengan pemanfaatan energi biomassa dari limbah sampah organik yang masih banyak belum terolah. Pemanfaatannya diharapkan akan mengurangi permasalahan sampah di berbagai lokasi. Sampah organik biomassa dapat diolah menjadi bio-arang dalam bentuk briket sampah sebagai pengganti bahan bakar rumah tangga konvensional seperti BBM dan gas LPG. Dalam makalah ini akan diuraikan hasil penelitian briket dari sampah organik sebagai suatu padatan yang dihasilkan melalui proses pemampatan dengan tekanan alat press hidrolik. Bahan baku dalam penelitian adalah sampah organik yang berasal dari lingkungan kampus POLBAN Bandung yang terdiri dari batang/ranting kayu flamboyant (Delonix Regia), daun angsana (Pterocarpus Indicus) dan bunga pinus (Pine Forest). Dalam penelitian dilakukan pengamatan parameter suhu proses karbonisasi dengan menggunakan tungku pirolisa dengan suhu 250 OC, 300 OC dan 350 OC. Pembentukan briket dilakukan dengan cara penggerusan dan pengayakan untuk ukuran butiran 40 mesh sedangkan cara pencampuran dan pembentukan digunakan alat cetak briket dengan bahan penolong untuk perekat yaitu tepung kanji. Proses pengeringan hasil cetak briket menggunakan panas sinar matahari. Pengujian untuk kualitas briket dilakukan terhadap parameter perbandingan pencampuran arang dan suhu proses karbonisasi. Hasil percobaan briket dengan kualitas baik mempunyai nilai kalor 20055,96 Joule/kg sedangkan kualitas buruk mempunyai nilai kalor 12293,19 Joule/kg. Kata kunci: sampah organik; pirolisa; briket; parameter suhu; nilai kalo

    Perangkat Wiro 1.0 Sebagai Alat Bantu Proses Pengumpulan Informasi Wifi

    Full text link
    Information gathering activities are currently implemented with laptop equipment and external antennas. Such a device may cause suspicion that leads to personnel vulnerabilities in the field. This research will discuss about the design of equipment that is more flexible and small to support information gathering activities of wifi signal analysis by utilizing Rasberry Pi device as a replacement for laptop devices. The research method begins by describing how data retrieval works through wifi, how the Rasberry Pi works and then designing the device and the software system used.This design produces a special wifi signal gathering device pack 4-way handshake that has smaller dimensions, practical, avoid suspicion and able to operate automatically

    Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bronkiolitis Akut

    No full text
    Latar belakang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya bronkiolitis akut. Seperti halnya usia, jenis kelamin, lahir kurang bulan, berat lahir rendah, jumlah keluarga serumah, status gizi, air susu ibu (ASI), paparan asap rokok, riwayat atopi, dan imunisasi BCG. Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara ASI, paparan asap rokok, riwayat atopi, dan BCG dengan bronkiolitis akut. Metode. Desain potong lintang, data didapat dari rekam medis pasien yang dirawat. Analisis data dengan metode univariat dan multivariat, tingkat kemaknaan α=0,05 (IK95%). Hasil. ASI dan paparan asap rokok tidak berhubungan dengan bronkiolitis akut, sedangkan riwayat atopi pada orangtua, parut BCG, dan jenis kelamin berhubungan dengan bronkiolitis akut{RP 20,41 (IK95% 1,09;333,33), p=0,043, RP 0,23 (IK95% 0,07; 0,79), p=0,019, dan RP 3,42 (IK95% 1,10;10,64), p=0,034)}. Kesimpulan. Riwayat atopi pada orangtua, parut BCG, dan jenis kelamin berhubungan dengan bronkiolitis akut

    Penyakit Respiratorik pada Anak dengan HIV

    No full text
    Latar belakang. Kejadian AIDS pada anak meningkat seiring dengan peningkatan kasus dewasa. Gejala dan manifestasi klinis sering tidak khas, sehingga menyebabkan underdiagnosis. Anak HIV sering datang dengan keluhan yang berasal dari infeksi oportunistik, bahkan infeksi oportunistik banyak ditemukan sebagai penyebab kematian. Salah satu infeksi oportunistik yang sering terjadi adalah infeksi respiratorik. Tujuan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pola penyakit respiratorik pada anak HIV yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Metoda. Data berasal dari rekam medis anak HIV tahun 2002-2005. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang. Kriteria inklusi adalah anak usia 0-13 tahun, dengan HIV positif dan menderita penyakit respiratorik. Data yang dicatat meliputi umur, jenis kelamin, faktor risiko, status gizi, parut BCG, diameter uji tuberkulin, riwayat kontak dengan pasien tuberkolosis, kategori HIV, diagnosis penyakit respiratorik, outcome. Data klinis khusus meliputi batuk kronik berulang, demam lama, sesak nafas, laboratorium rutin, foto torak, dan kadar CD4, PCR. Hasil. Sejak Januari 2002-Desember 2005, telah dirawat 85 anak yang terinfeksi HIV, dengan 13 orang (15,2%) di antaranya meninggal. Tiga belas orang (13/35) didiagnosis HIV berdasarkan serologi dan PCR, 24/35 hanya dengan serologi, dan 1/35 orang dengan PCR. Sebanyak 38 (44,7%) orang menderita infeksi respiratorik dengan pola penyakit: TB 47,3%, pneumonia 44,7%, pneumocytis corinii pneumonia (PCP) 13,1%. Pada penelitian ini, didapatkan bahwa 3/38 (7,8%) anak HIV dengan penyakit paru meninggal karena pneumonia berat, dengan 2/3 di antaranya pada kelompok umur 1-5 tahun. Penyebab kematian lainnya adalah PCP 2/38 pasien (5,2%), dan tersangka sepsis pada 2 pasien (5,2%). Kesimpulan. Pada anak HIV, TB merupakan penyakit respiratorik terbanyak, diikuti pneumonia, sedangkan penyebab kematian terbanyak adalah pneumonia. Penyakit respiratorik pada anak HIV dapat menjadi pembuka jalan untuk diagnosis anak HIV
    corecore