16 research outputs found

    Characteristic of Vertically Glued Laminated Bamboo Beam Made of Andong (Gigantochloa Pseudoarundinacea (Steud.) Widjaja) Bamboo Strips

    Get PDF
    The objective of the study was to determine the effect of various layer compositions on the properties of 3-layer vertically glued laminated bamboo beam (LBB). Bamboo strips for LBB fabrication were prepared from mature culms (± 4 years old) of andong bamboo (Gigantochloa pseudoarundinacea (Steud.) Widjaja) collected from private gardens in West Java. The strips were pre-treated by soaking them in 7% boron solution for four hours. Three-layer LBBs were manufactured with six different layer compositions, including bamboo combination with wood planks of manii (Maesopsis eminii Engl.) or sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes) as the core layer. The LBB was manufactured using Water Based Polymer-Isocyanate (WBPI) adhesive. The glue spread and cold pressing time applied were 250 g/m2 and one hour, respectively. Results showed that the average density, moisture content, thickness swelling, and width expansion of LBB were 0.65 g/cm3; 11.1%; 2.09%; and 1.99%, respectively. No delamination occurred in all samples using WBPI adhesive, which indicates high bonding quality. The average bonding strength and percentage bamboo failure (dry test) of LBB were 61.6 kg/cm2 and 90%, respectively. The physical and mechanical properties of LBB were significantly affected by the layer composition. The presence of wood laminates as the core layer of LBB and the cross wide orientation of the core layer decreased mechanical properties of LBB. On the contrary, the presence of cross-layer in LBB structure increased dimensional stability of the produced LBB.Three-layer thick laminated bamboo beam made of vertically glued andong bamboo strips with various constituted layer composition and all constitued layers laminated together in parallel grain direction had strength values comparable to those of class II of solid wood strength, eventhough the core layer was made of sengon or manii planks

    Pengklasifikasian Ketahanan 20 Jenis Bambu terhadap Rayap Kayu Kering

    Get PDF
    Dua puluh jenis bambu dari berbagai daerah di Indonesia diuji ketahanannya terhadap rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light.). Masing-masing jenis bambu dibuat contoh uji dengan ukuran 5 cm x 2,5 cm x 1 cm. Pengujian dilakukan selama 12 minggu dengan mengacu pada SNI 7207-2014. Parameter yang diamati dan dijadikan sebagai dasar klasifikasi meliputi persentase penurunan berat bambu, persentase jumlah rayap yang hidup, dan derajat serangan (subyektif). Penelaahan berdasarkan persentase penurunan berat menunjukkan sebanyak dua jenis bambu termasuk kelas ketahanan I, enam jenis termasuk kelas ketahanan II, lima jenis termasuk kelas ketahanan III, empat jenis termasuk kelas ketahanan IV, dan tiga jenis termasuk kelas ketahanan V. Berdasarkan jumlah rayap yang hidup, sebanyak dua jenis termasuk kelas ketahanan I, satu jenis termasuk kelas ketahanan II, sepuluh jenis termasuk kelas ketahanan III, lima jenis termasuk kelas ketahanan IV, dan dua jenis termasuk kelas ketahanan V. Hasil pengelompokan berdasarkan derajat serangan menunjukkan dua jenis bambu mengalami kerusakan sebesar 38 - 40,5% dengan nilai 90 (termasuk kerusakan berat) dan 18 jenis bambu mengalami kerusakan sebesar 18,4 - 34,9% dengan nilai 70 (termasuk kerusakan sedang)

    The Resistance of Laminated Bamboo Boards to Subterranean Termite (Coptotermes Curvignathus Holmgren)

    Full text link
    This study investigated the resistance of three-layer laminated bamboo boards (LBB's) to subterranean termites (Coptotermes curvignathus Holmgren) according to the Indonesian standard (SNI 01.7207-2006). Bamboo strips for LBB fabrication were prepared from Gigantochloa pseudoarundinacea and assigned into 4 groups by pre-treatment methods namely: untreated, cold soaking in 5% boron solution for 2 hours, bleached by 17.5% and 20% hydrogen peroxide solutions. The LBB was formed by tannin resorcinol formaldehyde (TRF). Wheat flour was used as extender with two different concentrations (i.e., 2.5% and 5%) based on TRF weight. The results indicated that the resistances of LBB's were much affected by pre-treatment methods. Applying different concentration of extender in TRF resin resulted in similar termite resistance of LBB's against C. curvignathus Holmgren. Pre-treated of bamboo strips with 5% boron solution and bleached by 17.5% and 20% hydrogen peroxide solutions prior to be LBB manufactured improved the termite reistance of LBB's against C. curvignathus Holmgren one level compared to untreated LBB. The termite-resistance of LBB made from untreated bamboo strips was categorized as class IV (poor) whereas those from boron- or hydrogen peroxide-treated bamboo strips belonged to class III (moderate)

    SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN KAYU JABON DAN BAMBU ANDONG

    No full text
    Limbah pengolahan kayu jabon (Antochephalus cadamba Miq.) dan bambu andong (Gigantochloa pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja) dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan papan partikel. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh perbandingan berat partikel kayu jabon dan bambu andong terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel. Papan partikel skala laboratorium berukuran 35 cm x 35 cm x 1,2 cm dibuat dengan menggunakan perekat phenol formaldehida cair dengan enam macam komposisi campuran partikel kayu jabon dan bambu andong (100:0, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60 dan 30:70). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat papan partikel campuran kayu jabon dan bambu andong sangat dipengaruhi oleh komposisi material penyusunnya. Penggunaan partikel bambu andong dalam pembuatan papan partikel campuran kayu jabon dan bambu andong dapat menurunkan nilai pengembangan tebal papan partikel kayu jabon sebesar 11,19% sampai 40%. Penggunaan 40% partikel bambu andong dalam pembuatan papan partikel campuran kayu jabon dan bambu andong dapat meningkatkan nilai MOR sebesar 11,49%. Papan partikel campuran kayu jabon dan bambu andong dalam penelitian ini memenuhi Standar Nasional Indonesia dan Standar Jepang untuk papan partikel kecuali untuk nilai MOE

    Sifat Papan Partikel dari Campuran Kayu Jabon dan Bambu Andong

    Full text link
    Limbah pengolahan kayu jabon (Antochephalus cadamba Miq.) dan bambu andong (Gigantochloa pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja) dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan papan partikel. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh perbandingan berat partikel kayu jabon dan bambu andong terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel. Papan partikel skala laboratorium berukuran 35 cm x 35 cm x 1,2 cm dibuat dengan menggunakan perekat phenol formaldehida cair dengan enam macam komposisi campuran partikel kayu jabon dan bambu andong (100:0, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60 dan 30:70). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat papan partikel campuran kayu jabon dan bambu andong sangat dipengaruhi oleh komposisi material penyusunnya. Penggunaan partikel bambu andong dalam pembuatan papan partikel campuran kayu jabon dan bambu andong dapat menurunkan nilai pengembangan tebal papan partikel kayu jabon sebesar 11,19% sampai 40%. Penggunaan 40% partikel bambu andong dalam pembuatan papan partikel campuran kayu jabon dan bambu andong dapat meningkatkan nilai MOR sebesar 11,49%. Papan partikel campuran kayu jabon dan bambu andong dalam penelitian ini memenuhi Standar Nasional Indonesia dan Standar Jepang untuk papan partikel kecuali untuk nilai MOE

    KARAKTERISTIK LAMINASI BAMBU PADA PAPAN JABON

    No full text
    Tanaman jabon (Anthocephallus cadamba Miq.) sudah banyak ditanam oleh masyarakat sebagai bahan alternatif untuk keperluan bangunan dan mebel. Kayu jabon memiliki dua kelemahan, yaitu tidak kuat (termasuk kelas kuat IV) dan tidak awet (kelas awet V). Untuk meningkatkan sifat kekuatan kayu jabon dalam penelitian ini dilakukan pembuatan papan komposit kayu jabon laminasi bambu atau papan jabon laminasi bambu (PJLB). Bambu yang digunakan adalah bambu mayan (Gigantochloa robusta Kurz) dan bambu andong (Gigantochloa pseudoarundinaceae (Steudel) Widjaja). Kayu jabon dan bilah bambu andong dan bambu mayan yang digunakan untuk membuat PJLB direndam dalam larutan boron 7% hingga mencapai target retensi 6 kg/m3. PJLB dibuat dengan empat macam komposisi lapisan, menggunakan perekat isosianat dengan berat labur 250 g/m2 permukaan, dikempa dingin dengan lama pengempaan satu jam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kualitas kayu jabon akibat rekayasa PJLB dan pengaruh jumlah lapisan bambu tersebut terhadap sifat PJLB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas PJLB secara nyata dipengaruhi oleh jumlah lapisan bambu, kecuali keteguhan rekatnya. Pelapisan bambu pada kayu jabon (PJLB) telah meningkatkan nilai kerapatan sebesar 10%, modulus elastisitas (MOE) 71%, modulus patah (MOR) 34% dan keteguhan tekan 20% dibanding kayu jabon tanpa laminasi. PJLB memiliki sifat mekanis atau kekuatan setara dengan kayu kelas kuat III

    Characteristics of Laminated Bamboo Lumber Glued with Tannin Resorcinol Formaldehyde

    No full text
    The objective of this study were to determine the characteristics of laminated bamboo lumber (LBL) glued with tannin resorcinol formaldehyde with particular focus on the effects of varying pre-treatment of bamboo strips and extender content on the properties of LBL. Bamboo strips for LBL fabrication were prepared from mature culms of andong bamboo (Gigantochloa pseudoarundinaceae). The strips were assigned into 4 groups by pre-treatment methods: untreated, cold soaking in 5% boron solution for 2 hours, bleached with 17.5% H2O2 solution, and bleached with 20% H2O2 solution. The LBL was manufactured using tannin resorcinol formaldehyde (TRF) added with extender at 4 levels equal to 0, 2.5, 5, and 10% of TRF. The cold pressing time applied was 4 hours. The results showed that the average density, moisture content, thickness swelling, bending strength and bonding strength of LBL produced were 0.77 g cm-3, 8.9%, 5.2%, 1146 kg cm-2, and 51.5 kg cm-2 respectively. No delamination occurred in all samples which indicating high bonding quality. There was strong interaction between pre-treatment of bamboo strips and extender content in affecting some properties of LBL. In general three-layer thick LBL glued with tannin resorcinol formaldehyde adhesive had strength values similar to wood strength class I. Laminated bamboo lumber is suitable for wood substitute especially for furniture material.Key words: extender, laminated bamboo lumber, pre-treatment, tannin resorcinol formaldehyd

    Karakteristik Papan Sandwich dengan Inti Papan Partikel

    Full text link
    Bambu sudah dikenal sebagai bahan substitusi kayu dengan mengolahnya menjadi produk rekayasa bambu. Untuk meningkatkan efisiensi pengolahan bambu maka limbah hasil pengolahan bambu diolah kembali menjadi produk berupa papan partikel. Di samping itu, untuk mendapatkan bahan yang relatif tebal dan ringan tetapi memiliki kekuatan yang tinggi dapat dibuat produk bambu komposit berupa papan sandwich bambu. Tulisan ini mempelajari karakteristik papan sandwich dengan inti yang terbuat dari papan partikel. Papan partikel yang digunakan sebagai inti papan sandwich ada empat macam, yaitu papan partikel bambu berkerapatan 0,45 g/cm3 (A1) dan 0,55 g/cm3 (A2), dan papan partikel campuran bambu dan jabon berkerapatan 0,45 g/cm3 (A3) dan 0,55 g/cm3 (A4). Terdapat tiga lapisan luar papan sandwich yang diuji yaitu bilah bambu (B1), kayu lapis jabon (B2), dan kayu lapis mahoni (B3). Papan sandwich dibuat dengan menggunakan perekat urea formaldehida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan papan partikel campuran bambu dan jabon sebagai inti menghasilkan papan sandwich dengan kekuatan yang lebih tinggi dibanding penggunaan papan partikel bambu. Penggunaan bilah bambu sebagai lapisan luar papan sandwich menghasilkan papan sandwich dengan kekuatan yang lebih tinggi dibanding penggunaan kayu lapis mahoni dan kayu lapis jabon. Semua papan sandwich tersebut memenuhi persyaratan produk papan partikel berlapis venir menurut Standar Nasional Indonesia dan Standar Jepang
    corecore