12 research outputs found
Kelompok Tani Program Intensifikasi Sistem Mina Padi (INSISMINDI)
Lahan sawah di samping ditanami padi, dapat dimanfaatkan menjadi tempat pemeliharaan ikan yaitu sistem mina padi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Beberapa keuntungan sistem mina padi adalah selain menghasilkan padi,memperoleh keuntungan lain seperti menghasilkan ikan, hama penyakit padi menjadi berkurang, kesuburan tanah meningkat, meningkatkan keseimbangan dan perbaikan ekologi sebab hama padi merupakan pakan alami bagi ikan dan kotoran ikan merupakan pupuk alami bagi tanaman padi.
Sistem mina padi di areal persawahan masih jarang dijumpai, hal ini karena kurangnya informasi tentang sistem mina padi sehingga petani belum menerapkannya di lahan sawah. Berdasarkan kondisi di atas peran untuk mengubah pola pikir kelompok tani padi dari system monokultur ke INSISMINDI merupakan tantangan dan peluang untuk meningkatkan pendapatan petani khususnya kelompok tani mitra Rukun Tani dan Tani Makmur.
Dari kegiatan budidaya tanaman dengan intensifikasi sistem mina padi yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut: Budidaya tanaman dengan intensifikasi sistem mina padi, dapat meningkatkan produksi tanaman, karena sistem tanam mina padi ini memberikan manfaat antara lain: (a) Kesuburan tanah dapat ditingkatkan, (b) Pertumbuhan gulma dapat ditekan, (c) populasi hama dan penyakit tanaman padi dapat ditekan, (d) Perilaku ikan dalam mencari makanan dapat memperbaiki struktur tanah. Dengan sistem tanam mina padi maka efisiensi dan produktivitas lahan lebih meningkat, yaitu hasil panen lahan tanpa mina padi (monokultur) seluas 1000 m2 sebanyak 560 kg gabah kering sawah, dengan harga gabah Rp 4.000,-/kg, maka pendapatan Rp 2.240.000,- Hasil riil panen pada lahan mina padi seluas 1000 m2 sebanyak 440 kg gabah kering sawah atau 78,6 % dari hasil tanpa mina padi, dengan harga Rp 4000,-/kg, maka pendapatan Rp 1.760.000,-. Sedangkan hasil ikan sebanyak 60 kg dengan harga Rp. 20.000,-/kg, maka pendapatan dari ikan Rp 1.200.000,-. Jadi total pendapatan gabah dan ikan Rp 2.960.000,- atau meningkat 32% dibandingkan dengan budidaya tanpa mina padi (monokultur).Lahan sawah di samping ditanami padi, dapat dimanfaatkan menjadi tempat pemeliharaan ikan yaitu sistem mina padi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Beberapa keuntungan sistem mina padi adalah selain menghasilkan padi,memperoleh keuntungan lain seperti menghasilkan ikan, hama penyakit padi menjadi berkurang, kesuburan tanah meningkat, meningkatkan keseimbangan dan perbaikan ekologi sebab hama padi merupakan pakan alami bagi ikan dan kotoran ikan merupakan pupuk alami bagi tanaman padi.
Sistem mina padi di areal persawahan masih jarang dijumpai, hal ini karena kurangnya informasi tentang sistem mina padi sehingga petani belum menerapkannya di lahan sawah. Berdasarkan kondisi di atas peran untuk mengubah pola pikir kelompok tani padi dari system monokultur ke INSISMINDI merupakan tantangan dan peluang untuk meningkatkan pendapatan petani khususnya kelompok tani mitra Rukun Tani dan Tani Makmur.
Dari kegiatan budidaya tanaman dengan intensifikasi sistem mina padi yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut: Budidaya tanaman dengan intensifikasi sistem mina padi, dapat meningkatkan produksi tanaman, karena sistem tanam mina padi ini memberikan manfaat antara lain: (a) Kesuburan tanah dapat ditingkatkan, (b) Pertumbuhan gulma dapat ditekan, (c) populasi hama dan penyakit tanaman padi dapat ditekan, (d) Perilaku ikan dalam mencari makanan dapat memperbaiki struktur tanah. Dengan sistem tanam mina padi maka efisiensi dan produktivitas lahan lebih meningkat, yaitu hasil panen lahan tanpa mina padi (monokultur) seluas 1000 m2 sebanyak 560 kg gabah kering sawah, dengan harga gabah Rp 4.000,-/kg, maka pendapatan Rp 2.240.000,- Hasil riil panen pada lahan mina padi seluas 1000 m2 sebanyak 440 kg gabah kering sawah atau 78,6 % dari hasil tanpa mina padi, dengan harga Rp 4000,-/kg, maka pendapatan Rp 1.760.000,-. Sedangkan hasil ikan sebanyak 60 kg dengan harga Rp. 20.000,-/kg, maka pendapatan dari ikan Rp 1.200.000,-. Jadi total pendapatan gabah dan ikan Rp 2.960.000,- atau meningkat 32% dibandingkan dengan budidaya tanpa mina padi (monokultur)
Penanganan Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk Dalam Desain Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Menggunakan Metode Euclidean Distance
Tanaman jeruk di kabupaten Jember pada tahun 90-an merupakan salah satu komoditas andalan di Jawa Timur. Pada tahun 2012 mampu menghasilkan jeruk siam sebanyak 1.194.783 kuintal. Namun, hampir tiap tahun ribuan pohon jeruk milik sekitar 500 petani di kawasan selatan dan barat Kabupaten Jember harus dimusnahkan akibat serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloem Degenerapions). Hama dan penyakit menyerang tanaman jeruk pada setiap siklus pertumbuhannya. Dengan serangan hama dan penyakit yang terjadi petani jeruk harus menvariasikan pengobatan dalam membasmi hama dan penyakit. Salah satu dengan mengatahui jenis hama dan penyakit dan dilakukan langkah pemilihan pestisida yang cocok untuk proses pembasmian. permasalahan-permasalahan tersebut harus dicarikan solusi penyelesaiannya, yaitu dengan membangun sebuah aplikasi Diagnosis Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk (Citrus sp) Berbasis Mobile. Diharapkan dengan aplikasi ini petani dapat terbantu dalam mendiagnosis hama dan penyakit apa yang sedang menyerang tanaman jeruknya, sehingga dengan mengetahui penanganannya dapat mencegah serangan yang lebih luas. Metode yang digunakan dalam pembuatan aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit jeruk ini adalah: 1) Analisis situasi; 2) koleksi pengetahuan; 3) perancangan; 4) Testing dan evaluasi; 5) Dokumentasi dan pemeliharaan.
IbM Kelompok Tani Padi Rakyat (Penerapan Varietas Unggul Hibrida Baru dan Teknik Jajar Legowo)
Peningkatan produktivitas padi masih cukup terbuka, karena adanya inovasi teknologi pertanian seperti: a) padi varietas unggul (tipe baru = VUTB; non Hibrida = VUB; Hibrida = VUH) yang mempunyai produktivitas tinggi, dan b) sistem tanam jajar legowo. Sistem jajar legowo adalah teknik tanam yang mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan, sehingga terjadi pemadatan rumpun padi dalam barisan serta jarak antar barisan juga lebih lebar. Jumlah rumpun tanaman padi yang ditanam dengan sistem budidaya legowo 2:1 jarak tanam 40 cm x 20 cm x 10 cm mencapai 333.333 rumpun/ha, sedangkan pada sistem tegel jarak tanam 20 cm x 20 cm adalah 250.000 rumpun/ha. Jumlah rumpun tiap hektar sistem budidaya legowo 33,3% lebih banyak dibanding sistem tegel. Keuntungan teknik tanam jajar legowo dua barisan adalah: a) semua barisan pada bagian pinggir memberikan hasil lebih tinggi 1,5 – 2 kali lipat dari produksi yang berada di barisan dalam, b) pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih mudah, c) terdapat ruang kosong untuk saluran pengaturan air, pengumpul keong mas serta mina padi, d) aplikasi pupuk lebih efektif. Berdasarkan kondisi di atas maka program IbM kombinasi penerapan varietas unggul hibrida baru dengan produktivitas tinggi dan teknik jajar legowo diharapkan mampu meningkatkan produktivitas padi di tingkat petani. Dari kegiatan IbM Kelompok tani padi rakyat, dengan penerapan varietas unggul hibrida baru dan teknik jajar legowo yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagi berikut: 1) Budidaya tanaman dengan varietas unggul hibrida baru dan teknik jajar legowo dapat berjalan dengan sebagaimana yang direncanakan; 2) Pertumbuhan tanaman padi hibrida dengan hibrida tampak lebih subur dan lebih produktif dibanding padi non hibrida; 3)Pertumbuhan tanaman pada baris bagian tepi sistem jajar legowo lebih baik dari tanaman pada sistem tanam biasa; 4) Peningkatan hasil gabah varietas hibrida dibanding non hibrida adalah 20,42%, peningkatan hasil sistem legowo 2:1 dibanding sistem tegel 20x20 adalah 9,29%, peningkatan hasil sistem legowo 5:1 dibanding sistem tegel 20x20 adalah 6,24%Peningkatan produktivitas padi masih cukup terbuka, karena adanya inovasi teknologi pertanian seperti: a) padi varietas unggul (tipe baru = VUTB; non Hibrida = VUB; Hibrida = VUH) yang mempunyai produktivitas tinggi, dan b) sistem tanam jajar legowo. Sistem jajar legowo adalah teknik tanam yang mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan, sehingga terjadi pemadatan rumpun padi dalam barisan serta jarak antar barisan juga lebih lebar. Jumlah rumpun tanaman padi yang ditanam dengan sistem budidaya legowo 2:1 jarak tanam 40 cm x 20 cm x 10 cm mencapai 333.333 rumpun/ha, sedangkan pada sistem tegel jarak tanam 20 cm x 20 cm adalah 250.000 rumpun/ha. Jumlah rumpun tiap hektar sistem budidaya legowo 33,3% lebih banyak dibanding sistem tegel. Keuntungan teknik tanam jajar legowo dua barisan adalah: a) semua barisan pada bagian pinggir memberikan hasil lebih tinggi 1,5 – 2 kali lipat dari produksi yang berada di barisan dalam, b) pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih mudah, c) terdapat ruang kosong untuk saluran pengaturan air, pengumpul keong mas serta mina padi, d) aplikasi pupuk lebih efektif. Berdasarkan kondisi di atas maka program IbM kombinasi penerapan varietas unggul hibrida baru dengan produktivitas tinggi dan teknik jajar legowo diharapkan mampu meningkatkan produktivitas padi di tingkat petani. Dari kegiatan IbM Kelompok tani padi rakyat, dengan penerapan varietas unggul hibrida baru dan teknik jajar legowo yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagi berikut: 1) Budidaya tanaman dengan varietas unggul hibrida baru dan teknik jajar legowo dapat berjalan dengan sebagaimana yang direncanakan; 2) Pertumbuhan tanaman padi hibrida dengan hibrida tampak lebih subur dan lebih produktif dibanding padi non hibrida; 3)Pertumbuhan tanaman pada baris bagian tepi sistem jajar legowo lebih baik dari tanaman pada sistem tanam biasa; 4) Peningkatan hasil gabah varietas hibrida dibanding non hibrida adalah 20,42%, peningkatan hasil sistem legowo 2:1 dibanding sistem tegel 20x20 adalah 9,29%, peningkatan hasil sistem legowo 5:1 dibanding sistem tegel 20x20 adalah 6,24
APPLICATIONS OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER AZOLLA AND NITROGEN FERTILIZER TOWARDS RESULTS AND QUALITY OF SPINACH (AMARANTHUS SP.)
The nitrate content in spinach comes from the chemical nitrogen fertilizer used, while Azolla concentration contains a lot of nitrogen, so use of Azolla can replace nitrogen fertilizer and reduce nitrate content of spinach. This study aims to determine effect of Azolla concentration and nitrogen fertilizer on the growth and yield. The research used factorial CRD, Factor I: Azolla consentration consisting of: A0 = 0 ml/l, A1 = 10 m/l, A2 = 20 ml/l. Factor II: Urea of: U1 = 50 kg/ha, U2 = 100 kg/ha, U3 = 150 kg/ha, U4 = 200 kg/ha. The parameters: Plant height, Number of leaves, Wet and dry weight. The result is azolla concentration of 20 ml/lt of water was significantly different and better than without the application of azolla, both on observing plant height at 21 dap, the wet weight of stems and leaves and the dry weight of stems and leaves. The application of azolla had no significant effect on plant height at ages 7 and 14 DAP, and the number of leaves at age 7, 14 and 21 DAP, root base weight and root dry weight. The application of nitrogen fertilizer did not significantly affect all observed parameters
Peningkatan Kesuburan Tanah Sawah melalui Budidaya Padi Sistem Sri Organik (System Of Rice Intensification Organic)
Budidaya padi dengan sistem SRI organik (System of rice intensification organic)merupakan metode budidaya padi intensif ruang dan efisiensi bahan. Budidaya padi SRI organik menekankan pada manajemen pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan dan pendekatan kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan. Penerapan SRIorganik didasarkan pada enam komponen penting : 1) transplantasi bibit muda, 2) bibit ditanam satu batang, 3) jarak tanam lebar, 4) kondisi tanah lembab (irigasi berselang), 5) melakukan pendangiran (penyiangan), 6) hanya menggunakan bahan organik (kompos).Budidaya padi sistem SRI organik memiliki beberapa keunggulan yaitu: 1) Merupakan usaha tani ramah lingkungan yang berkelanjutan, 2) Menghemat penggunaan air sampai 40%, 3) Produksi tinggi hingga diatas rata-rata 7,44 ton gabah kering giling/ha, 4) Mendaur ulang limbah, 5) Memperbaiki kesuburan tanah, 6) Produk sehat dan bebas residu kimia, 7) Harga beras di atas harga pasar, 8) Berbasis kearifan dan potensi lokal, 9) Memotivasi kemandirian petani dan terlepas dari monopoli pihak lain, dan 10) Lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Disamping itu budidaya padi dengan sistem SRI dengan rekayasa mikrobioreaktor yaitu dengan pemanfaatan mikroorganisme lokal (MOL), maka dapat : 1) meningkatkan produksi padi dari 4-5 ton/ha menjadi 8-9 ton/ha, 2) Menghemat air dari 2.700-3.000 liter/kg padi menjadi 800-1.300 liter/kg padi, 3) menghemat kebutuhan benih dari 30 kg/ha menjadi 3-5 kg/ha.Luaran yang akan dihasilkan dari kegiatan ini terdiri atas perbaikan produksi dan manajemen, yaitu: 1) Meningkatkan pendapatan petani karena meningkatnya hasil padi antara 50-100% dibandingkan dengan sistem tanam biasa, 2) Menghemat air (cukup macak-macak, tidak digenang, kebutuhan air 20-30 %, dari pola konvensional), 3) Menghemat benih (membutuhkan sekitar 5-7 kg/ha. Biaya produksi semakin ringan, syarat dengan kearifan lokal), 4) Memulihkan kesuburan tanah (struktur tanah remah), dan terwujudnya keseimbangan ekologi tanah, 5) Membentuk petani mandiri, yang mampu meneliti dan jadi ahli dilahannya sendiri. Tidak ketergantungan pada pupuk sintetis, pestisida kimia buatan pabrik yang semakin mahal dan terkadang langka, 6) Membuka lapangan kerja di pedesaan, mengurangi penganguran dan meningkatkan pendapatan keluarga petani, 7) Menghasilkan produksi beras yang sehat Rendemennya tinggi, tidak mengandung residu kimia, dan 8) Mewariskan tanah air yang sehat pada generasi mendatang.Hasil pengabdian kepada masyarakat adalah sebagai berikut :1) Melakukan koordinasi dengan Mitra, 2) Membuat materi pelatihan, 3) Demonstrasi plot budidaya padi sistem SRI Organik, budidaya padi konvensional (biasa) dan budidaya padi SRI organik ditambah pupuk anorganik, 4) Pelatihan pembuatan pupuk organik padat, 5) Pelatihan pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL), Pupuk Organik Cair (POC) dan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR), 6) Pelatihan pembuatan pestisida nabati dan hayati, 7) Melakukan Panen dan penanganan pasca panen secara benar, 8) Melakukan perhitungan hasil panen gabah yaitu : a). Budidaya SRI organik, jumlah anakan 18, jumlah anakan produktif 15, produksi per hektar = 7.200 kg/ha; b) Budidaya konvensional : Jumlah anakan 42, jumlah anakan produktif 25, produksi per hektar 12.400 kg/ha; c) Budidaya SRI organik ditambah pupuk anorganik : jumlah anakan 30, Jumlah anakan produktif 20, produksi per hektar = 10.000 kg/haÂ
Increasing Knowledge and Skills of Disabilities through Training in Cultivation in Organic Vegetables and Ornamental Plants
The main need for people with disabilities is the provision of skills and confidence in realizing their interests and talents. Persons with disabilities should be prepared to have skills to support their independence and life. This study aimed to determine the increase of knowledge and skills through training in the cultivation of organic vegetables and ornamental plants for students with disabilities in Jember Regency. The study was conducted using the One Group pre-posttest design. The sample in this study was determined by purposive sampling. The results show that there is an increase in knowledge about the cultivation of organic vegetables and ornamental plants. Based on the results of student training obtained an average score of pretest 45.4 and an average posttest of 76.2. The results of the score gain test show that the results of the training given to students increases by an average of 0.58 and this value is in the medium average category. The results also showed that there was an increase in skills after being given training. Before the training was conducted, students in the unskilled category were 16.67%, 75% less skilled category, 8.3% skilled category, and 0% highly skilled category. After training, students in the unskilled category was 3.33%, the less skilled category was 36.67%, the skilled category was 50% and the highly skilled category was 10%. The results of the analysis shows that there are differences in students skills before and after training. The results show an increase the skills of students after trainin
Sosialisasi Pembuatan Pupuk Trichokompos Dengan Memanfaatkan Limbah Pertanian di Desa Sidodadi, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember
Sidodadi village, Tempurejo sub-district is one of the villages in the southern part of Jember Regency. The majority of the population works in the agricultural sector. The village is known as an agriculture-based village in Jember Regency. The “Ngudi Rejeki” Farmer's Group in Sidodadi Village, Tempurejo District, Jember is constrained by the problem of increasing non-subsidized fertilizer prices which makes it an obstacle in increasing agricultural yields. On the other hand, the regulation of subsidized fertilizers is quite limited among farmers so that it is suspected that it will increase production costs. The results of direct discussions with partners revealed an interesting fact that the average use of chemical fertilizers is very high even though currently the use of organic fertilizers can reduce production costs with the basic ingredients for making fertilizers derived from agricultural production residues. This area has a lot of waste rice straw and cow dung that has not been utilized. Some of the solutions offered to deal with partner problems include socializing the use of organic fertilizers, one of which is trichocompost fertilizer as a substitute for the use of chemical fertilizers, demonstrations on how to make trichocompost fertilizer with cow dung as raw material with the biodecomposer Trichoderma sp. This extension activity is carried out with a participatory approach, which means that farmers as extension participants are actively involved in the activity. The method used in the implementation of community service is socialization, discussion, and demonstration of making trichocompost fertilizer. The results of the socialization of trichocompost organic fertilizer obtained as many as 77% of farmers interested in using trichocompost fertilizer as soil improvement fertilizer
Kombinasi Pupuk Kandang Sapi, Asam Humat Dan Mikoriza Terhadap Infeksi Akar Bermikoriza Tanaman Cabai Dan Ketersediaan Unsur Hara Tanah Udipsamments
This research is an experimental study that aims to examine the combination of cattle manure, humic acid, and mycorrhizae to increase mycorrhizal infections in the roots of chili plants in the Udipsamments soil in Puger District, Jember Regency, which was carried out in May-November 2018. The research design used was a factorial complete randomized block design with 3 factors that were repeated 3 times. The first factor is cattle manure (0 tons / ha, 10 tons / ha, 20 tons / ha), the second factor is humic acid (0 ppm / ha, 200 ppm / ha), and the third factor is mycorrhiza (0 g / plant , 30 g / plant). The results showed that the combination of cattle manure, humic acid, and mycorrhiza inoculants to chili plant roots was able to increase the root mycorrhizal infection of chili plants and increase the nutrients available in the soil by 191.84% for nitrogen and 392.93% for phosphorus
ENDOGENOUS HORMONES AT THE BEGINNING OF LEAF GROWTH AFTER VERNALIZATION OF GARLIC BULB (ALLIUM SATIVUM L.) IN INDONESIAN LOCAL VARIETIES
Flowering of garlic in tropical regions such as Indonesia has never been found, so that generational multiplication cannot be done yet. Induction of garlic flowering can be done by vernalizing the seed tubers to trigger flowering. This study aims to determine the hormone status of IAA, GA 3 , at the time of initial growth of leaf tissue, after going through vernalization. Bulbs of Indonesian local varieties of Lumbu Kuning and Tawangmanu varieties were vernalized for 4 weeks, 8 weeks, and without vernalization treatment as a control. The contents of IAA and GA hormones in the leaf tissue of garlic plants aged 2 weeks were analyzed using method high performance liquid chromatography (HPLC). The results showed that the Lumbu Hijau variety with 4 weeks vernalization contained IAA of 1615,595 ng / g; GA 3 is 7.297 ng / g. At 8 weeks vernalization the IAA content is 2169,475 ng / g; GA 3 of 9,757 ng / g; In the Tawangmanu variety with 4 weeks vernalization containing IAA of 1459,168 ng / g; GA 3 is 6.617 µg / g. Whereas for 8 weeks vernalization of IAA content of 2007,195 ng / g; GA 3 is 8.315 ng / g
Respons Pertumbuhan dan Hasil Produksi Pegagan pada Pemberian Pupuk Organik Cair dan Pupuk Kandang Sapi
Tanaman pegagan merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan sebagai tanaman obat, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Salah satu upaya yang dilakukan antara lain perbaikan teknik budidaya melalui penambahan pupuk organik. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh tunggal dan interaksi pemberian konsentrasi pupuk organik cair bonggol pisang dan dosis pupuk kandang sapi. Penelitian dilakukan di Screen house Laboratorium Tanaman, Politeknik Negeri Jember (89 mdpl). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk organik cair 0, 50, dan 100 ml/l dan faktor kedua yaitu dosis pupuk kandang 0, 200, dan 400 g/polybag. Variabel pengamatan pada penelitian ini antara lain jumlah daun, jumlah stolon, jumlah anakan, panjang stolon terpanjang, panjang tangkai terpanjang, berat basah tanaman, berat kering tanaman, berat akar tanaman, kandungan klorofil tanaman, dan kandungan flavonoid tanaman pegagan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor tunggal pemberian POC belum berpengaruh secara nyata pada seluruh variabel pengamatan sedangkan pemberian pupuk kandang sapi mampu meningkatkan secara nyata panjang tangkai tanaman pegagan dengan dosis terbaik pada perlakuan 200 dan 400 g/polybag. Interaksi pemberian konsentrasi POC dan pupuk kandang berpengaruh nyata pada variabel jumlah daun 2 dan 4 MST, panjang stolon, dan berat akar tanaman. Pemberian terbaik didapatkan pada perlakuan pemberian POC 100 ml/l dan dosis pupuk kandang sapi 200 g/polybag