5 research outputs found

    Pengaruh Perlakuan Alkaline dan Hot Water Treatment Terhadap karakteristik Kekuatan Komposite berpenguat serat kenaf dan Microcrystalline cellulose

    Get PDF
    Tujuan penelitian digunakan untuk mengetahui tingkat pengaruh perlakuan hot alkali pada serat kenaf dan melakukan penambahan microcrystalline cellulose(MCC) untuk meningkatkan kekuatan tarik dan kekuatan lentur komposit. Serat kenaf direndam dengan larutan NaOH  sebanyak 6 % berat dan aqudes. Waktu perendaman selama 6 jam dengan perlakuan hot alkali pada temperatur  sebesar 40 °C, 60 °C dan 80 °C. Pencampuran matrik unsaturated polyester dan microcrystalline cellulose menggunakan magnetic stirrer  dengan menerapkan metode Taguchi. Matrik Unsaturated polyester dan MCC dicampur dengan suhu 40 oC, kecepatan putar 250 Rpm, selama waktu 30 menit, dengan komposisi MCC sebesar 5 %. Pencetakan komposit menggunakan sistem injection molding dengan penekan menggunakan kemampuan dongkak. Hasil pengujian kekuatan tarik menunjukkan adanya peningkatan sebesar 27,91 %, dari kekuatan tarik sebelum perlakuan 66,69 MPa menjadi 85,65 MPa. Hasil pengujian kekuatan lentur meningkat sebesar 31,41 %, dari serat tanpa perlakuan 75,25 MPa menjadi 98.89 MPa dengan perlakuan hot alkali 40 oC.  Modulus elastisitas memiliki grafik yang sebanding dengan hasil kekuatan tarik dan kekuatan lentur. Peningkatan kekuatan tarik dan lentur dikarenakan serat telah bersih dari kotoran akibat perlakuan hot lkali dan pencampuran microcrystalline cellulose

    PENGOLAHAN FESES SAPI DENGAN MENERAPAN TEKNOLOGI ANAEROB DIGESTER BIOGAS SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DAN PUPUK ORGANIK

    Get PDF
    Abstrak: Feses sapi padat dan cair belum dimanfaatkan oleh kelompok Peternak sapi. Feses sapi merupakah sumber pendapatan peternak yang dapat dikelola menjadi biogas, pupuk organik padat (POP), dan cair (POC). Pengabdian Masyarakat dilaksanakan di Kelompok ternak Terus Maju desa Kebakalan Kabupaten Kebumen Jawa Tengah dari Program Kosabangsa DRTPM Dikti Tahun 2023. Tujuan pengabdian dalam Program Kosabangsa untuk memberdayakan peternakan sapi mengelola limbah kotaran sapi menjadi biogas dan pupuk organic, mengurangi pengeluaran pembelian tabung gas, dan meningkatkan penghasilan penjualan pupuk organic. Pemberdayaan ini pada kelompok Tani Terus Jaya berjumlah 15 peternak. Metode yang digunakan meliputi sosialisasi, pembuatan alat biogas anaerob digester, POC dan ayakan POP, Workshop, praktikum penggunaan alat, dan metode perawatan alat. Hasil sosialisasi dan workshop menunjukan 85 % peternak antusias dan memahami tentang pengolahan limbah sapi menjadi biogas dan pupuk organik cair dan padat. 70 % peternak dapat menggunakan peralatan biogas digester dan pengolahan pupuk organik. 25 % peternak mampu merawat dan memperbaiki peralatan biogas digester dan pengayak POP. Penerapan biogas digester mampu mengefesiensikan pengeluaran 10 % bagi peternak sapi. Pembuatan POP dan POC yang dijual ke petani sebagai pupuk organik 15 % pendapatan peternak sapi.Abstract: Solid and liquid cow feces have not been utilized by cattle breeder groups. Cow feces is a source of income for farmers that can be managed into biogas, solid organic fertilizer (POP), and liquid organic fertilizer (POC). Community Service is carried out in the village of the Keep Moving Forward livestock group, Kebakalan village, Kebumen Regency, Central Java, from the Kosabangsa DRTPM Dikti Program in 2023. The aim of the service in the Kosabangsa Program is to empower cattle farms to manage cow waste into biogas and organic fertilizer, reduce expenditure on purchasing gas cylinders, and increase income from selling organic fertilizer. This empowerment was carried out by the "Terus Jaya" livestock group of 15 cattle breeders The methods used include outreach, making biogas anaerobic digesters, POC and POP sieves, workshops, practical equipment use, and equipment maintenance methods. The results of the socialization and workshop showed that 85% of farmers were enthusiastic and understood about processing cow waste into biogas and liquid and solid organic fertilizer. 70% of farmers can use biogas digester equipment and organic fertilizer processing. 25% of farmers are able to maintain and repair biogas digester and POP sieve equipment. The application of anaerobic biogas digesters to 15 farmers was able to reduce expenditures by 10% for cattle breeders. Making POP and POC which is sold to farmers as organic fertilizer accounts for 15% of cattle breeders' income

    TEKNOLOGI PEMBUATAN PELLET UNGGAS DAN IKAN BERBASIS MAGGOT BSF MENGGUNAKAN MESIN CETAK VERTIKAL ROTARY TWIN ROLLER SHAFT

    Get PDF
    Abstrak: Kelompok Swadaya Mandiri (KSM) BIMA merupakan Bank Sampah di kelurahan Teluk, Banyumas, Jawa Tengah, yang mengelola sampah dengan tujuan memilah sampah organic sebagai pakan maggot BSF. Produk maggot menjadi tumpuan pendapatan kelompok dengan kapasitas produksi 100 kg/hari. Dengan sekitar 50 bok pembesaran maggot ukuran 1 meter x 1,25 meter. KSM belum memiliki fasilitas untuk mengolah maggot menjadi produk tepung maggot, maggot kering dan pellet ikan/unggas. KSM ini disamping mengelola sampah juga beternak unggas berupa ayam, bebek dan puyuh yang masih diberi pakan maggot fresh sehingga pertumbuhan belum optimal. Keterbatasan pengetahuan SDM dan minimnya teknologi proses menyebabkan kelompok belum mampu mengolah maggot menjadi pellet. Penerapan teknologi mesin cetak pellet rotary menghasilkan pellet unggas dengan mengacu SNI.7783.3.2013. Pelatihan dan workshop mampu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan proses pembuatan pellet dan kerja TTG, sebesar 67%. Pembuatan pellet didasarkan pada rasio protein sesuai dengan usia pertumbuhan ternak. Pembuatan pellet dari maggot akan mengoptimalkan pemanfaatan sampah organic hasil pemilahan sebesar 95%, mereduksi biaya pakan 72%. Pendampingan usaha ternak pada pengelola sampah meningkatkan pendapatan tambahan sebesar 35%.Abstract: The KSM BIMA is an Independent Waste management in Teluk sub-district, Banyumas, which manages waste with the aim of sorting organic waste as feed for BSF maggots. Maggot products are the basis of the group's income with a production capacity of 100 kg/day. With around 50 maggot enlargement boxes measuring 1 meter x 1.25 meters. Maggot products are still sold in fresh form at a low selling price of around Rp. 4,000-6,000/kg. They do not yet have the facilities to process maggots into maggot flour, dried maggots and fish/poultry pellets. Apart from managing waste, this KSM also raises poultry in the form of chickens, ducks and quail which are still fed fresh maggot feed so that growth is not optimal. Limited knowledge of human resources and a lack of process technology means that the group is unable to process maggots into pellets. The application of rotary pellet molding machine technology produces poultry pellets referring to SNI.7783.3.2013. Training and workshops were able to increase knowledge and skills in the pellet making process and TTG work by 67%. Pellet making is based on the protein ratio according to the growth age of the animal. Making pellets from maggots will optimize the utilization of sorted organic waste by 95%, reducing feed costs by 72%. Assistance in livestock businesses to waste management increases additional income by 35%

    PENERAPAN TEKNOLOGI ROASTER DENGAN KENDALI INTERNET OF THING BERBASIS ANDROID DAN SACHET OTOMATIS PADA PENGOLAHAN KOPI PREMIUM

    Get PDF
    Abstrak: Desa Gondang, Kecamatan Karangreja, merupakan salah satu Desa penghasil kopi arabika dan robusta bermutu tinggi di Kabupaten Purbalingga. Produk kopi selama ini belum optimal dikembangkan untuk mencapai produk premium, karena keterbatasan pengetahuan dan teknologi proses. Kopi premium mempunyai nilai jual tinggi pada pasar nasional maupun internasional, baik dalam bentuk green bean, roast bean dan serbuk. Kopi yang dihasilkan di Desa ini bercirikan butir yang besar, bersih dan merata, berpotensi dikembangkan menjadi produk kopi premium. Penerapan teknologi tepat guna (TTG) proses pengolahan kopi premium, dengan melakukan penyuluhan, pelatihan penggunaan TTG, studi banding dan mengundang narasumber pengolah kopi dari UKM yang sudah maju. Mesin pengolah kopi premium yang dibantu kepada kelompok terdiri dari: (1) TTG mesin roaster kapasitas 20 kg/proses, dengan monitoring Internet of Thing (IoT) berbasis android; (2) TTG mesin sachet otomatis dengan variasi berat (30-250 gr); (3) TTG Sealing Continues untuk paking kopi ukuran diatas 500 gr; dan (4) Dry House dilengkapi panel solar sel, untuk stabilisasi suhu dan kelembaban. Selain itu dalam rangka penerapan mesin produksi otomatis, untuk layanan dan monitoring perkembangan kelompok telah dikembangkan Website modern untuk meningkatkan branding produk yang terintegrasi layanan penjualan online. Hasil pemberdayaan kelompok tani ini menunjukkan bahwa dari 11 orang anggota kelompok yang dilatih khusus pengolahan kopi premium, setelah dilakukan post test, diketahui 8 orang (73%) hasil sangat baik, 2 orang (18%) baik, dan 1 orang (9%) cukup. Hasil penerapan TTG menunjukkan 11 orang anggota kelompok Tani Bawono Lestari mampu meningkatkan variasi produk kopi arabika dan robusta masing-masing 3 jenis rasa khas yang diproses untuk dipasarkan pada premium market. Dampak penerapan proses pengolahan kopi premium meningkatkan nilai ekonomis produk sebesar 57%, harga produk kopi roastbean arabika meningkat dari rata-rata per kilogram Rp. 175.000/kg meningkat menjadi Rp. 235.500-250.000/kg, kopi robusta dari Rp. 75.000/kg menjadi Rp 117.000-120.000/kg, peningatan kapasitas produksi kopi olahan sebesar 73%, dari 175 kg/hari menjadi 306,25/hari.Abstract: Gondang Village, Karangreja District, is one of the villages producing high-quality Arabica and Robusta coffee in Purbalingga Regency. Due to limited knowledge and process technology, coffee products have not been developed optimally to achieve premium quality Regency. Due to limited knowledge and process technology, coffee products have not been developed optimally to achieve premium quality. Premium coffee has a high selling value in national and international markets, both in the form of green beans, roasted beans, and powder. The coffee produced in this village is characterized by large, clean, and even grain, which has the potential to be developed into premium coffee products. application of appropriate technology for premium coffee processing by conducting counseling, training on the use of appropriate technology, comparative studies, and inviting resource persons from advanced SMEs. The premium coffee processing machines assisted by the group consist of: (1) an appropriate technology roaster machine with a capacity of 20 kg/process, with Android-based Internet of Things (IoT) monitoring; (2) appropriate technology automatic sachet machines with weight variations (30–250 gr); (3) appropriate technology sealing machines for packing coffee sizes above 500 gr; and (4) a dry house equipped with solar cell panels to stabilize temperature and humidity. In addition, in the context of implementing automatic production machines for service and monitoring group developments, a modern website has been developed to improve product branding that is integrated with online sales services. The results of the empowerment of this farmer group showed that out of 11 group members who were specifically trained in premium coffee processing, after the post-test, it was found that 8 people (73%) had very good results, 2 people (18%) had good results, and 1 person (9%) had enough. The results of the application of appropriate technology showed that 11 members of the Bawono Lestari Farmer Group were able to increase the variety of Arabica and Robusta coffee products, each of which had three distinctive flavors and was processed to be marketed at the premium market. The impact of using the premium coffee processing process raises the economic value of the product by 57%, raising the price of Arabica roast bean coffee products from an average of Rp. 175,000 per kilogram to Rp. 235,500 to 250,000 per kilogram and raising the price of robusta coffee from Rp. 75,000 per kilogram to IDR 117,000-120,000 per kilogram, resulting in a 73% increase in processed coffee production capacity from 175 kg per day to 306.25 kg per day
    corecore