269 research outputs found
PEMIKIRAN PHILOSOPHER- PHILOSOPHER ALIRAN PRAGMATISME DAN KRITIK TERHADAP PENDIDIKAN NASIONAL
Pragmatisme merupakan gerakan filsafat Amerika yang begitu dominan mencerminkan sifat-sifat kehidupan Bangsa Amerika. Demikian dekatnya pragmatisme dengan Amerika sehingga Popkin dan Stroll menyatakan bahwa pragmatisme merupakan gerakan yang berasal dari Amerika yang memiliki pengaruh mendalam dalam kehidupan intelektual di Amerika. Bagi kebanyakan rakyat Amerika, pertanyaan-pertanyaan tentang kebenaran, asal dan tujuan, hakekat serta hal-hal metafisis yang menjadi pokok pembahasan dalam filsafat barat dirasakan amat teoritis. Rakyat Amerika umumya menginginkan hasil yang kongkrit. Sesuatu yang penting harus pula kelihatan dalam kegunaannya. Oleh karena itu,pertanyaan “what is” harus dieliminir dengan “what for”. Menurut teori pragmatis tentang kebenaran, suatu proposisi dapat disebut benar sepanjang proposisi itu berlaku [works] atau memuaskan [satisfies](Tauhid Bashori). Berikut disajikan pemikiran enam philosopher pragmatisme dan kritisi terhadap kebijakan pendidikan di Indonesia
“Tri Hita Karana” and the Morality of Sustainable Vocational Education
The main aims of Indonesian vocational education implicit in Constitution of the Republic of
Indonesia Year 1945 are to build a balanced society for social harmony and progress, contribute to the
harmony and the preservation of the environment, preserve cultural values, strengthen national identity
and the wise use of natural resources, and effectively commit to continual improvement of the quality
of labour. Tri Hita Karana as three source of harmonies is an ideology that directs the balance of life
and harmony between humans and God, among humans, and between humans and the environment.
As an ideology, Tri Hita Karana is a unified whole, synergistic, integral and systemic. Tri Hita
Karana is used as the basis for the management and development of Balinese culture. When seen as
offering an approach to the development of vocational education, Tri Hita Karana directs the moral
foundation of sustainable vocational education in local, national, regional and global contexts. Tri
Hita Karana also provides core values as a moral foundation in vocational education to strengthen the integrity and identity of the Indonesian people in building a sustainable vocational education as part of the sustainable development. The aim of this presentation is to introduce Tri Hita Karana, discuss its key teachings and emphasise its important role in working towards a sustainable Indonesian vocational education.
Key word: Tri Hita Karana, Sustainable development, Sustainable vocational educatio
NILAI PENDIDIKAN KEJURUAN dan PENDIDIKAN NILAI BERKARAKTER INDUSTRI Di SMK
Penulisan paper ini bertujuan membahas nilai-nilai pendidikan kejuruan yang yang tepat dikembangkan di SMK agar SMK memiliki karakter inovatif, kreatif, produktif, kompetetif, dan tumbuh berkelanjutan dimasa depan serta prinsip-prinsip, kebijakan, strategi dan tantangan pengembangan pendidikan nilai di SMK. Pengembangan pendidikan nilai di SMK dituntut dapat membangun nilai-nilai profesional pendidikan kejuruan yang berkelanjutan dimasa depan. Pendidikan nilai kejuruan membangun kemandirian peserta didik yang rasional. Untuk menemukan manfaat yang maksimal maka SMK dapat belajar dari nilai-nilai global untuk mengembangkan nilai-nilai lokal dan mendukung perkembangan lokal dalam konteks globalisasi. Dalam melakukan serapan nilai global SMK disarankan menggunakan tiga teori yaitu: (1) teori pohon, (2) Teori Kristal, (3) Teori sangkar burung
Penentuan klaster stasiun hujan menggunakan analisis komponen utama (Studi Kasus di Daerah Istimewa Yogyakarta)=Determining The Cluster of Raingauge Stations Using Principal Component Analysis(Case Study in Yogyakarta Sp
ABSTRACT
The geographical condition of Yogyakarta Special Region is varied from the mountainous plateau of the Southern part (Gunung Kidul) and the northern part (Sleman) as well as the boundary of the sea level along the southern part of the region. This condition causes the great variability of the amount of rainfall in this region. Related to this, the study aims at analyzing the rainfall data to determine the cluster of the raingauge stations based on the similar characteristics of the rainfall.
The data needed for the analysis is the 15 years daily rainfall data from 67 raingauge stations including the location of the stations which are unevenly distributed in 4 districts available in Yogyakarta, namely: Gunung Kidul, Sleman, Kulon Progo, and Bantul.
The Principal Component Analysis was used to analyze the data to determine the cluster of the raingauge stations. The results indicated that, by applying the similarity of 57 - 60%, the characteristics of rainfall in Yogyakarta could be categorized into 7 clusters.
Key words: rainfall characteristics, principal component analysis, cluste
ISU-ISU STRATEGIS DESENTRALISASI PENDIDIKAN KEJURUAN INDONESIA
Desentralisasi pendidikan kejuruan dihadapkan pada permasalahan isu-isu strategis relevansi, efektifitas, efisiensi, persaingan global, kearifan lokal,
industri berbasis pengetahuan, industri kreatif, kapasitas kelembagaan pemerintah daerah, kapasitas sumberdaya, kapasitas kemitraan, pendidikan karakter, soft skill, link and match. Sebagai pendidikan yang berbasis dunia kerja, desentralisasi pendidikan kejuruan seharusnya semakin menguatkan fungsi pendidikan kejuruan dalam memberi solusi atas permasalahanpermasalahan pemerintah daerah kabupaten/kota. Bagi pemerintah daerah kabupaten/kota
pendidikan kejuruan yang bermutu dan relevan dengan
kebutuhan stakeholders, dapat mengatasi permasalahan-permasalahan: (1)peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM); (2) pengentasan pengangguran bagi pemuda; (3)penyediaan lapangan pekerjaan bagi warganegaranya; (4) pengurangan beban bagi sistem pendidikan akademik;
(5) penarikan investasi luar negeri; (6) penjaminan peningkatan penghasilan dan pekerjaan; (7) pengurangan kesenjangan penghasilan antara kelompok kaya dan kaum miskin; (8) wahana pengembangan karya-karya teknologi
bermutu; (9) konservasi budaya dan tradisi. Untuk mewujudkan fungsi pendidikan kejuruan tersebut diatas pemerintah daerah perlu menguatkan kerjasama dan fungsi pembinaan secara maksimal.
Kata kunci: Isu strategis, pendidikan kejuruan, desentralisasi
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DAN PENDIDIKAN VOKASIONAL ABAD 21
Aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas investasi, aliran modal yang lebih bebas, serta aliran bebas tenaga kerja trampil dalam ASEAN Economic Community (AEC) sudah dimulai di awal Tahun 2015. AEC bertujuan memfasilitasi arus bebas perdagangan jasa, standardisasi, dan fasilitasi pergerakan tenaga kerja sektor jasa transportasi udara, e-ASEAN, kesehatan, dan pariwisata. Ketersediaan tenaga kerja unggul dengan kompetensi dan skills tinggi akan mampu menarik investasi dan meningkatkan aktivitas ekonomi AEC.
Pendidikan vokasional memegang peranan penting dalam pelayanan sistem ekonomi dan pasar tenaga kerja dalam AEC. Pengembangan relevansi program-program pendidikan vokasional dan profesi dengan kebutuhan dan tuntutan kompetensi dan skills AEC sama sekali tidak boleh dilalaikan
apalagi dialpakan. Bagi Indonesia ada empat kerangka kualifikasi penting yang sangat mendesak diterapkan dalam praksis pendidikan vokasional. Keempat kerangka kualifikasi tersebut adalah: (1) Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI); (2) Kerangka Kualifikasi Industri Indonesia (KKII); (3) Kerangka Kualifikasi Pendidikan dan Pelatihan Indonesia; (4) Kerangka Kualifikasi Sertifikasi Kompetensi/Profesi Indonesia (KKSKPI). Standar-standar kompetensi kerja dalam sektor jasa transportasi udara, e-ASEAN, kesehatan, dan pariwisata menjadi bagian penting pengembangan pendidikan vokasional dalam AEC. Agar
pendidikan vokasional dapat mendukung perdagangan jasa dan pergerakan tenaga kerja secara baik dan harmonis maka anggota AEC perlu menetapkan: (1) standarisasi sertifikat kompetensi; (2)standarisasi lembaga pendidikan vokasional; (3) standarisasi dan akreditasi lembaga sertifikasi
kompetensi/profesi. Penetapan standar sertifikasi kompetensi didasarkan pada standar kompetensi kerja industri jasa pengguna tenaga kerja sehingga semua jenis dan jenjang sertifikasi kompetensi match dengan kebutuhan pengguna. Standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk masing-masing kualifikasi jenis pekerjaan dan jenjang pekerjaan dikembangkan secara terstandar untuk pelatihan
sektor jasa prioritas
INDONESIA VOCATIONAL EDUCATION PRAXIS BETWEN MAZAB JOHN DEWEY AND CHARLES PROSSER
The purpose of writing this paper is to examine the influence of the philosophy and theory
of two key figures of vocational education in the world namely John Dewey and Charles Prosser to
the praxis of vocational education in Indonesia. Praxis vocational education in Indonesia tend to
use philosophical essentialism that drives social efficiency. The main feature is the separation
between vocational education with academic education. Praxis of vocational education in
Indonesia is more strongly influenced by the ideas and theories of Charles Prosser. Structuring the
content of the program, school infrastructure standards, process standards, assessment
standards, strengthening cooperation, industrial work practices programs, coaching educators, all
of which lead to the fulfillment of labor standards in the industries, continue to equip schools with
the tools and machines such as those used in industries.
Keywords: vocational education, esensialism, pragmatism, Dewey, Prosse
KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI MENYONGSONG SKILL MASA DEPAN
Competence based curriculum, teaching and learning should be adaptive to the conditions and needs of the new world of work, anticipative the future skills requirements, needs of learners as the whole person for personal fulfilment and
preparation for life. Competence based curriculum, teaching and learning should be pay attention to the trend of future world of work, globalization, localization, individualization to make peopl
PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN BERBASIS INDIGENOUS WISDOM TRI HITA KARANA
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal ideologi Tri Hita Karana (THK) yang dapat diterapkan untuk meningkatkan penguatan nilai nilai kebangsaan dan budi pekerti bangsa dalam pengembangan potensi dan daya saing sumber daya insani (SDI) melalui Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (PTK. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif ethnografi dengan desain pemaknaan secara menyeluruh dan mendalam dari berbagai artefact, tindakan dan kegiatan sosial budaya dan pendidikan masyarakat Bali dalam kaitannya dengan
pengembagan pendidikan kejuruan di SMK. Analisis data menggunakan model Interaktif dari Miles dan Huberman. Peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan teknologi dan kejuruan (PTK) di Indonesia memerlukan konsep baru sebagai pendidikan berkearifan lokal (indigenous wisdom) yang
mampu memproduksi kebudayaan, melakukan proses inkulturasi dan akulturasi memperadabkan generasi baru anak bangsa Indonesia menjadi manusia yang bahagia, sehat jasmani, tenang rohani, dan profesional. Pengembangan pendidikan teknologi dan kejuruan membutuhkan strategi holistik berjangka panjang yang mengadopsi, mengadaptasi, membumikan
budaya dan kearifan-kearifan lokal budaya nusantra yang mampu menyeleksi infiltrasi budaya asing. Ideologi Tri Hita Karana (THK) yang lahir dari kosep “cucupu lan manik” atau konsep keharmonisan antara isi dan wadah sangat tepat digunakan sebagai basis pengembangan pendidikan teknologi dan kejuruan. THK mengajarkan adanya keharmonisan antara
manusia dengan Tuhan, antar sesama manusia, dan keharmonisan manusia dengan lingkungan hidupnya. THK menganut prinsip-prinsip interaksi yang holistik antara individu manusia dan masyarakat dengan Tuhan dan alam
secara berkebudayaan sebagai proses pendidikan yang berlangsung di sekolah, di keluarga, dan di masyarakat.
Kata kunci: Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Tri Hita Karan
- …