14 research outputs found

    PENUMBUHKEMBANGAN PERILAKU BERTANGGUNGJAWAB ANAK USIA DINI PADA KELUARGA HINDU KOTA MATARAM

    Get PDF
    Abstract:This research aims as follow to determine the processes, outcomes and constraints faced by Hindu family in growing responsible behavior in Mataram City. This research is almed to knowfaced by Hindu family in growing responsible behavior.This study was a qualitative research by using sociological approach. Data were collected by using observation, interview, and document study.Data analysis in this research was conducted during and after data collection by using qualitative data analysis of groove model developed by Miles and Huberman with reduction stage, data presentation and verification. Data analysis is presented in the form of reduction, classification, display and interpretation. The findings of the study were 1) the process of embodying responsible behavior of early childhood namely: (a) formal education, (b) non-formal education, and(c) informal education, 2) the result of embodying responsible behavior of early childhood is there were significant changes of children’s attitude. Their children become emphatic towards others, more friendly, more diligent, and more discipline. 3) The obstacles, of Hindu family appeared because of internal and external factor. It is advisable: every Hindu family should begin to develop good behavior toward their children from an early age. Key words: Growing, responsible behavior, early childhood. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses, hasil dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penumbuhkembangan perilaku bertanggungjawab anak usia dini pada keluarga Hindu di Kota Mataram.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologis, penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive dan teknikpengumpulan data yang dipergunakan adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi.Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama dan sesudah pengumpulan data dengan menggunakan analisis data kualitatif model alur yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman dengan tahapan reduksi, penyajian data dan verifikasi. Analisis data disajikan dalambentuk reduksi, klasifikasi, display dan interpretasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Proses menumbuhkembangkan perilaku bertanggungjawab anak usia dini melalui: (a) Pendidikan Formal, (b) Pendidikan Non Formal, dan (c) Pendidikan Informal. 2) Hasil penumbuhkembangan perilaku bertanggungjawab anak usia dini, diketahui bahwa terjadi perubahan yang sangatsignifikan terhadap perilaku anak. Anak menjadi lebih berempaty terhadap orang lain, lebih ramah, lebih rajin dan lebih disiplin, 3) Hambatan-hambatan yang dihadapi, yaitu karena muncul dari faktor internal anak dan dari faktor Eksternal. Kata Kunci: Penumbuhkembangan, bertanggungjawab, anak usia din

    WORKSHOP KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN CARA MENGATASI HAMBATAN KOMUNIKASI DALAM MEMBANGUN SIKAP KOLABORATIF BAGI PENGURUS OSIS SMAN 9 MATARAM

    Get PDF
    Kegiatan pengembangan pengetahuan dan kompetensi bagi pengurus OSIS SMAN 9 Mataram tentang komunikasi interpersonal dalam membangun sikap kolaboratif sangat penting dalam melangsungkan kegiatan organisasi. Kemampuan komunikasi interpersonal dan cara mengatasi hambatan komunikasi akan mempengaruhi citra dan peran masing-masing individu dalam organisasi. Tujuan dari kegiatan workshop ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kinerja pengurus OSIS SMAN 9 Mataram melalui kompetensi komunikasi interpersonal yang dimiliki untuk mengatasi hambatan komunikasi. Pelaksanaan kegiatan Workshop dilaksanakan di SMAN 9 Mataram dengan menggunakan metode ceramah, demontrasi dan tanya jawab berkaitan tentang komunikasi interpersonal dan cara mengatasi hambatan komunikasi dalam membangun sikap kolaboratif. Kegiatan workshop ini diikuti oleh seluruh pengurus OSIS SMAN 9 Mataram dengan pelaksanaan acara diawali dengan pembukaan, dilanjutkan dengan memetakan masalah yang pernah dialami oleh pengurus OSIS SMAN 9 Mataram dan dilanjutkan dengan pemaparan materi.Pemaparan materi mengulas tentang komunikasi interpersonal, tujuan komunikasi interpersonal dan cara dalam mengatasi hambatan komunikasi. Pelaksanaan kegiatan workshop yang telah dilakukan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan serta kesadaran tentang esensi komunikasi interpersonal dan cara dalam mengatasi hambatan komunikasi dalam meningkatkan semangat kerja penguru OSIS SMAN 9 Mataram

    DAMPAK RADIASI ELEKTROMAGNET DAN MIKROPLASTIK TERHADAP KESEHATAN MANUSIA

    Get PDF
    terhadap kesehatan, antara lain keganasan, autoimun, dan gangguan hormonal. Masih banyak masyarakat yang belum memahami dampak buruk tersebut karena gejala gangguan kesehatan yang ditimbulkan tidak langsung tampak atau terasa, dan umumnya baru disadari beberapa bulan atau tahun kemudian. Hal yang menjadi masalah adalah masyarakat saat ini tidak dapat dipisahkan dari gadget dan berbagai piranti yang menggunakan listrik karena kemajuan teknologi makin canggih. Plastik pun makin banyak digunakan karena sifatnya yang ringan, praktis dan tahan lama. Upaya yang harus dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang dampak buruk radiasi elektromagnet dan mikroplastik terhadap kesehatan, yaitu dengan meminimalkan pararan radiasielektromagnet dan mikroplasti sekaligus mengupayakan kemampuan tubuh untuk memulihkan diri secara berkesinambungan. Pengetahuan dan kesadaran tentang fenomena gunung es dan empat tahap sakit perlu disosialisasikan kepada masyarakat agar memahami pentingnya upaya preventif dan promotif. Rencana kegiatan berupa sharing knowledge, lomba poster dan lomba memasak sehat kaya antioksidan, serta praktek olahraga qigong agar peserta lebih memahami dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Upaya ini sejalan dengan program Kementrian Kesehatan dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) untuk mengatasi dampak buruk radiasi electromagnet dan mikroplastik terhadap kesehatan

    Towards a cysticercosis-free tropical resort island: A historical overview of taeniasis/cysticercosis in Bali

    Get PDF
    Taeniasis and cysticercosis are known to be endemic in several Indonesian islands, although relatively little recent epidemiological data are available. As most Indonesian people are Muslims, taeniasis/cysticercosis caused by the pork tapeworm, TAENIA solium, has a restricted presence in non-Muslim societies and is endemic only among some Hindu communities on the island of Bali. Bali has long been known to be endemic for taeniasis/ cysticercosis; almost a century ago levels of cysticercosis of 20–30% were described in cattle and 2–3% in pigs. Few studies of taeniasis/cysticercosis were undertaken in Bali prior to a series of research programs commenced since the 1990s. Both TAENIA SAGINATA and T. solium continue to be endemic in Bali. Molecular studies have revealed that all T. SAGINATA-like tapeworms detected in Bali are T. SAGINATA. No evidence has been found for the presence of TAENIA ASIATICA in Bali. Economic, sanitary and education improvements across much of the island over the past decades have been associated with a decline in the amount of transmission of T. solium such that the parasite now seems to be restricted to the eastern part of the island, a small area on the northeastern slope of Mt. Agung, the highest mountain in Bali. The living environment including sanitation and hygiene condition in this endemic area remains relatively poor especially during the half-year dry season, and pigs continue to roam freely. In this review, historical records and ongoing projects towards elimination of taeniasis/cysticercosis in Bali are reviewed to provide a better understanding of the present situation of taeniasis/cysticercosis in Bali towards a future, cysticercosis-free tropical resort island

    Pengaruh Oksigen Hiperbarik Sebagai Stresor Terhadap Kadar Kortisol Darah Pada Slswa Sekesal

    Get PDF
    Penelitian ini membahas pengaruh oksigen hipcrbarik (OHB) terhadap kadar kortisol darah. Rancangan penelitian yang digunakan adalah the randomized pre test post test controle group design. Pelaksanaan penelitian bertempat di LAKESLA dengan menggunakan RUBT. Sampel penelitian adalah siswa-siswa SEKESAL yang dipilih secara systematic random sampling, dengan kriteria :·pria, usia 25-40 tahun, lolos tes psikoJogi, sehat, serta memiliki ritme dan jenis kegiatan yang sama. Selanjutnya sampel dibagi menjadi 3 kelompok secara acak, yaitu : kelompok I (kontrol) yang menghirup udara atmosfer, kelompok II yang menghirup 0 2 murni dengan tekanan 1, 7 ATA dan kelompok III yang menghirup 0 2 murni dengan tekanan 2,4 ATA.masing-masing kelompok terpapar selama 5 hari berturut-turut, dengan durasi harian 3 X 30 menit interval 5 menit dengan menghirup udara atmosfer. Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari I sebelum sampel masuk RUBT (pukul 06.00) sebagai kadar kortisol awal, hari I setelah keluar dari RUBT (pukul 08.00), dan hari V setelah keluar dari RUBT (pukul 08.00)

    Pengaruh Oksigen Hiperbarik sebagai Stresor terhadap Kadar Kortisol Darah pada Siswa Sekesal

    Get PDF
    Pelaksanaan penelitian bertempat di LAKESLA dengan menggunakan RUBT. Sampel penelitian adalah siswa-siswa SEKESAL yang dipilih secara systematic random sampling, dengan kriteria :.pria, usia 25-40 tahun, lobos tes psikologi, sehat, serta memiliki ritme dan jenis kegiatan yang sama. Selanjutnya sampel dibagi menjadi 3 kelompok secara :teak, yaitu : kelompok I (kontrol) yang menghirup udara atmosfer, kelompok II yang menghirup 02 mumi dengan tekanan 1,7 ATA clan kelompok III yang menglurup 02 niumi dengan tekanan 2,4 ATA. Masing-masing kelompok terpapar selama 5 Mari berturut-turut, dengan durasi harian 3 X 30 =nit interval 5 menit dengan menghirup udara atmosfer. Pengambilan sampel darah dilakukan pada liari I sebelum sampel masuk RUBT (pukul 06.00) seba9.ai kadar kortisol awal, had I setelah keluar dari RUBT (pukul 08.00), dan hari V setelah keluar clari RUBT (pukul 08.00). • Analisis statistik mcnunjukkan bahwa dibandingkan kontrol (7,260 ± 2,162 uW(11), kadar kortisol pacla kelompok II (8,587 ± 2,373 ug/dl) meningkat berniakna pada bari V (p = 0,014), sedangkan kadar kortisol pada kelompok III (10,087 ± 2,741 ug/di) meningkat bermakna setelah paparan hari I (p = 0,003). Perbandingan kadar kortisol darah setelah paparan hari I dan hari V pada kelompok Kontrol tidak menunjukkan perbedaan bcrmakna (p = 0,384), kelompok II menunjukkan perbedaan bermakna (p - 0,007), sedangkan kelompok III tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p = 0,740). Perubahan kadar kortisol awal dengan kadar kortisol hari I antara kontrol dan kelompok III (p = 0,060) menunjukkan perbedaan yang lebih bermakna dibandingkan antara kontrol dan kelompok II (p-0,494), sedangkan perubahan kadar kortisol hari dengan hari V antara kontrol dan kelompok II (p=0,124) lebih bermakna dibanding antara kontrol dan kelompok HI (p=0,486). Dari ketiga analisis di atas disimpulkan bahwa paparan tunggal ORB dengan tekanan 2,4 ATA telah mampu meningkatkan kadar kortisol secara bermakna dibandingkan kontrol, namun OFIB dengan tekanan 1,7 ATA membutuhkan 5 kali paparan untuk meningkatkan kadar kortisol darah secara bermakna dibandingkan kontrol

    Neurocysticercosis presented as a solitary cystic parenchymal lesion mimicking primary brain tumor: A case report

    No full text
    Introduction: Neurocysticercosis (NCC) is an infection of the central nervous system by the larval stage of pork tapeworm (Taenia solium/T. solium). Diagnosing NCC can be challenging, particularly among those who reside in areas with rare occurrence of NCC and atypical manifestation such as a solitary parenchymal lesion. We treated a patient whose initially was diagnosed with brain abcess and later, brain tumor, only finally revealed to be an NCC case. Case report: A 25-year old male suffered from multiple focal-to-bilateral tonic clonic seizures, was initially diagnosed as brain abscess. He was given antibiotics and anti-seizure medication but the seizure relapsed with a typical semiology. Physical examination demonstrated grade I papilledema, grade 4+ hemiparesis, and headache of vascular origin. Patient was suspected to have oligodendroglioma after underwent head MRI examination and subsequent tumor resection was performed. Pathological anatomy evaluation demonstrated multiple cystic segments containing larva of tapeworm, supporting a diagnosis of active NCC infection. After 14-day course of antheminthic treatment and resumed AED, patient was seizure-free and NCC was not found upon follow-up CT scan. Conclusion: NCC, with respect to clinical and radiological manifestations, can be protean. A high index of suspicion towards NCC should always be maintained, particularly among patients originated from endemic area. Appropriate treatment with anthelminthic may result in full disease resolution, thus precluding unnecessary invasive approach

    Managing feeding behaviorsince birth: What should parents know about the homeostatic stage manifestations?

    Get PDF
    ABSTRACT Background: The children’s feeding behaviours in the early stages of life determine their eating behaviours in adulthood. It is imperative to understand that the failure in fulfilling hunger in the homeostatic stage is detrimental towards the mother-baby interaction in further stages of feeding. Ergo, it is of paramount importance for the mothers to understand the actual manifestation of homeostatic stage in their daily lives. Aim: To explore the mother’s breastfeeding experience and how they handle the problems. Methods: This study uses a qualitative research design and hermeneutic phenomenological approach. Sixteen mothers were recruited from the community by purposive sampling. The in-depth interviews conducted were audio-recorded and transcribed. In addition, thematic analysis was done using the interpretative phenomenological analysis method. Results:The majority of the mothers had yet to understand the effects of rooming-in on the success of breastfeeding. Breastfeeding difficulties and low milk supply occured in both mothers who had a spontaneous vaginal delivery and caesarean section. The provision of formula milk did not continue on the mothers who regularly breastfed or pumped. Conclusions:Mothers ought to have ample knowledge on homeostatic stage to improve the breastfeeding process and foster good feeding behaviours from as early as possible

    Perlindungan Hukum Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) Terhadap Peredaran Produk Jamu Yang Mengandung Bahan Kimia Obat Berbahaya

    No full text
    Traditional medicine in Indonesia or Jamu has been known for a long time. If in traditional medicine contains medicinal chemicals it is where there is an indication of violation of the rules of manufacture or composition of traditional medicines produced. This situation creates unrest among the people as consumers, because its rights have been violated. Weak consumer positions are weakening. Based on the background of the problem described above. Then can be formulated some of the following problems (1) How is the role of BPOM in the supervision of traditional herbal medicine that contains hazardous chemicals in the community? 2 How is legal protection against the public against the traditional herbal medicine that contains harmful chemicals under Law No. 8 of 1999 about consumer protection? Referring to the formulation of the problem, then the type of research used in the writing is normative research. Surveillance conducted by BPOM on the distribution of traditional herbal medicine is done both in production activities where the product has not circulated or supervision of products that have been circulating the market. The legal purpose of repressive legal protection is to resolve disputes. BPOM's preventive law efforts in the supervision of traditional herbs can be coaching and quality improvement policy by enforcing the standardization of production quality.Keberadaan obat tradisional yang dikenal juga dengan nama jamu tradisional telah sering dikonsumsi dan dipergunakan oleh masyarakat Indonesia. Namun apabila dalam kandungan jamu terdapat kandungan bahan kimia obat dapat dipastikan bahwa jamu tersebut tidak layak untuk dikonsumsi. Hal tersebut menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat yang mengkonsumsi jamu sebagai minuman sehar-harinya. Posisi konsumen yang lemah semakin melemah. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut diatas. Maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut (1) Bagaimana peran BPOM dalam pengawasan peredaran jamu tradisional yang mengandung bahan kimia berbahaya di masyarakat? (2) Bagaimana perlindungan hukum terhadap masyarakat terhadap beredarnya jamu tradisional yang mengandung bahan kimia berbahaya menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen? Mengacu pada perumusan masalah, maka tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan adalah penelitian normatif. Pengawasan yang dilakukan oleh BPOM terhadap peredaran jamu tradisional dilakukan baik terhadap kegiatan produksi dimana produk belum beredar maupun pengawasan terhadap produk yang telah beredar dipasaran. Tujuan hukum dari perlindungan hukum represif adalah untuk menyelesaikan sengketa. Upaya hukum preventif yang dilakukan BPOM dalam pengawasan jamu tradisional dapat berupa pembinaan dan kebijakan peningkatan mutu dengan memberlakukan standardisasi mutu produksi

    Karakteristik Klinis Lupus Eritematosus Sistemik pada Anak

    No full text
    Latar belakang. Manifestasi klinis Lupus Eriternatosus Sistemik (LES) sangat bervariasi sehingga seringkali menyulitkan penegakan diagnosis. Skor aktivitas penyakit dan kerusakan organ belum diterapkan dalam pemantauan sehari-hari. Tujuan. Mengetahui karakteristik pasien anak dengan LES yang berobat ke Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) RSCM. Metode. Penelitian retrospektif deskriptif dengan data didapatkan dari rekam medik anak dengan LES periode 1 Januari 1995-31 Desember 2008. Hasil. Dari 27 rekam medik yang memenuhi kriteria penelitian, tidak ada subjek berusia di bawah 5 tahun dan hampir seluruhnya perempuan. Manifestasi klinis terbanyak adalah ruam malar, artritis, artralgia, fotosensitivitas, dan demam. Kadar anti ds-DNA pada sebagian besar pasien menunjukkan peningkatan bermakna. Seluruh pasien mendapat kortikosteroid oral sebagai terapi inisial. Skor SLEDAI dan ACR Damage Index meningkat pada subjek dengan perjalanan penyakit yang progresif. Kesimpulan. Karakteristik pasien LES pada penelitian ini sesuai denga kepustakaan. Pemantauan penyakit dengan skor bermanfaat dalam mencegah kerusakan organ
    corecore