198 research outputs found

    High-resolution radio observations of Seyfert galaxies in the extended 12-micron sample - II. The properties of compact radio components

    Full text link
    We discuss the properties of compact nuclear radio components in Seyfert galaxies from the extended 12-micron AGN sample of Rush et al.(1993). Our main results can be summarised as follows. Type 1 and type 2 Seyferts produce compact radio components which are indistinguishable in strength and aspect, indicating that their central engines are alike as proposed by the unification model. Infrared IRAS fluxes are more closely correlated with low-resolution radio fluxes than high-resolution radio fluxes, suggesting that they are dominated by kiloparsec-scale, extra-nuclear emission regions; extra-nuclear emission may be stronger in type 2 Seyferts. Early-type Seyfert galaxies tend to have stronger nuclear radio emission than late-type Seyfert galaxies. V-shaped extended emission-line regions, indicative of `ionisation cones', are usually found in sources with large, collimated radio outflows. Hidden broad lines are most likely to be found in sources with powerful nuclear radio sources. Type 1 and type 2 Seyferts selected by their IRAS 12-micron flux densities have well matched properties

    The Relationship Between Beam Power and Radio Power for Classical Double Radio Sources

    Full text link
    Beam power is a fundamental parameter that describes, in part, the state of a supermassive black hole system. Determining the beam powers of powerful classical double radio sources requires substantial observing time, so it would be useful to determine the relationship between beam power and radio power so that radio power could be used as a proxy for beam power. A sample of 31 powerful classical double radio sources with previously determined beam and radio powers are studied; the sources have redshifts between about 0.056 and 1.8. It is found that the relationship between beam power, Lj, and radio power, P, is well described by Log(Lj) = 0.84 Log(P) + 2.15, where both L_j and P are in units of 10^(44) erg/s. This indicates that beam power is converted to radio power with an efficiency of about 0.7%. The ratio of beam power to radio power is studied as a function of redshift; there is no significant evidence for redshift evolution of this ratio over the redshift range studied. The relationship is consistent with empirical results obtained by Cavagnolo et al. (2010) for radio sources in gas rich environments, which are primarily FRI sources, and with the theoretical predictions of Willott et al. (1999).Comment: 6 pages, 2 figures, 2 tables; accepted for publication in MNRA

    Pola Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar Anak Down Sindrom Di Yayasan Pendidikan Anak Cacat Malalayang

    Full text link
    Penelitian ini dengan judul Pola Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar Anak Down Sindrom di Yayasan Pendidikan Anak Cacat Malalayang, dengan fokus penelitian pada pola komunikasi yang digunakan guru dalam proses belajar anak down sindrom. dengan demikian fokus ini di lihat dari aspek-aspek, Pola komunikasi primer, Pola komunikasi sekunder, Pola komunikasi linear, Pola komunikasi sirkular, Apakah ada pola lain yang digunakan guru. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan landasan teori 1. Interaksi Simbolik, dan juga teori belajar skiner. Mendapatkan hasil penelitian bahwa : Pola komuniaksi yang digunakan guru dapat mempengaruhi hasil belajar siswa down sindrom dan Perubahan perilaku dari anak down sindrom. Bentuk komunikasi yang digunakan guru dalam proses belajar pada anak down sindrom di Yayasan pendidikan anak cacat Malalayang adalah komunikasi antar pribadi. Karena dalam kegiatan belajar metode pengajaran yang digunakan guru adalah individual, pengajaran secara tatap muka. Sehingga dengan komunikasi antarpribadi ini pengajar dapat mengetahui kemampuan pesarta didiknya dan memberikan meteri belajar yang sesuai dengan kebutuhannya seperti membaca dan menulis. Pola komunikasi yang digunakan dalam proses belajar pada anak down sindrom adalah lebih ke penggunaan pola komunikasi primer, dimna sebagian besar guru menggunakan bahasa dalam berkomunikasi dengan siswa dalam proses belajar dan tetap menggunakan isyarat atau simbol-simbol. Dan penggunaan pola komunikasi sekunder, media atau alat digunakan sebagai sarana komunikasi guru dengan siswa seperti alat yang sering disebut alat peraga yang berupa buku, gambar-gambar yang disertai dengan kata-kata dan huruf mainan yang berwarna dan lain-lain. Pola komunikasi yang digunakan guru adalah pola komunikasi gabuangan antara pola komunikasi primer dan komunikasi dua arah. Dalam kegiatan proses belajar ada yang menjadi hambatan dalam komunikasi antara pengajar dan murid down sindrom yaitu diantaranya adalah keadaan pengajar yang sakit atau sedang ada masalah dan suasana hati atau mood siswa yang kurang baik. Meskipun memiliki keterbatasan, memerlukan waktu yang lama dan diperlukan pengulangan, anak down sindrom tetap memiliki hak seperti anak lainnya untuk mendapatkan pendidikan. Karena mereka juga memerlukan bekal untuk dapat hidup mandiri dan bersosialisasi dengan masyarakat. Yang diperlukan adalah kesabaran guru dalam mendidik dan melatih mereka

    Pola Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar Anak Down Sindrom Di Yayasan Pendidikan Anak Cacat Malalayang

    Full text link
    Penelitian ini dengan judul Pola Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar Anak Down Sindrom di Yayasan Pendidikan Anak Cacat Malalayang, dengan fokus penelitian pada pola komunikasi yang digunakan guru dalam proses belajar anak down sindrom. dengan demikian fokus ini di lihat dari aspek-aspek, Pola komunikasi primer, Pola komunikasi sekunder, Pola komunikasi linear, Pola komunikasi sirkular, Apakah ada pola lain yang digunakan guru. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan landasan teori 1. Interaksi Simbolik, dan juga teori belajar skiner. Mendapatkan hasil penelitian bahwa : Pola komuniaksi yang digunakan guru dapat mempengaruhi hasil belajar siswa down sindrom dan Perubahan perilaku dari anak down sindrom. Bentuk komunikasi yang digunakan guru dalam proses belajar pada anak down sindrom di Yayasan pendidikan anak cacat Malalayang adalah komunikasi antar pribadi. Karena dalam kegiatan belajar metode pengajaran yang digunakan guru adalah individual, pengajaran secara tatap muka. Sehingga dengan komunikasi antarpribadi ini pengajar dapat mengetahui kemampuan pesarta didiknya dan memberikan meteri belajar yang sesuai dengan kebutuhannya seperti membaca dan menulis. Pola komunikasi yang digunakan dalam proses belajar pada anak down sindrom adalah lebih ke penggunaan pola komunikasi primer, dimna sebagian besar guru menggunakan bahasa dalam berkomunikasi dengan siswa dalam proses belajar dan tetap menggunakan isyarat atau simbol-simbol. Dan penggunaan pola komunikasi sekunder, media atau alat digunakan sebagai sarana komunikasi guru dengan siswa seperti alat yang sering disebut alat peraga yang berupa buku, gambar-gambar yang disertai dengan kata-kata dan huruf mainan yang berwarna dan lain-lain. Pola komunikasi yang digunakan guru adalah pola komunikasi gabuangan antara pola komunikasi primer dan komunikasi dua arah. Dalam kegiatan proses belajar ada yang menjadi hambatan dalam komunikasi antara pengajar dan murid down sindrom yaitu diantaranya adalah keadaan pengajar yang sakit atau sedang ada masalah dan suasana hati atau mood siswa yang kurang baik. Meskipun memiliki keterbatasan, memerlukan waktu yang lama dan diperlukan pengulangan, anak down sindrom tetap memiliki hak seperti anak lainnya untuk mendapatkan pendidikan. Karena mereka juga memerlukan bekal untuk dapat hidup mandiri dan bersosialisasi dengan masyarakat. Yang diperlukan adalah kesabaran guru dalam mendidik dan melatih mereka

    Pola Komunikasi Ibu Single Parent Terhadap Pembentukan Konsep Diri Anak Di Kelurahan Tingkulu

    Full text link
    Manusia tidak pernah terlepas dari kegiatan berkomunikasi dan komunikasi yang terjadi dimasyarakat diawali dalam sebuah kelompok kecil yaitu keluarga. Komunikasi yang terjadi dalam keluarga menentukan karakter anak, tentang sikap, perilaku, dan emosional anak. Hal yang terpenting dalam komunikasi keluarga adalah menjalin hubungan komunikasi antara orangtua dan anak secara baik dan efektif, sehingga anak dapat memahami orientasi konsep meski dengan latar belakang yang berbeda. Dengan demikian penulis tertarik untuk meneliti tentang Pola Komunikasi Ibu Single Parent Terhadap Pembentukan Konsep Diri Anak di Kelurahan Tingkulu. Kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003 :10). Dengan demikian, pola komunikasi keluarga pada kondisi orang tua tunggal berbeda-beda. Orientasi konsep juga secara berbeda diterima oleh anak, sehingga konsep diri yang tercermin berbeda-beda. Karena itu penelitian tentang “Pola Komunikasi Ibu Single Parent Dalam Pembentukan Konsep Diri Anak” berfokus kepada bagaimana pola komunikasi ibu single parent dengan anaknya dan bagaimana konsep diri anak

    Star formation and gas inflows in the OH Megamaser galaxy IRAS03056+2034

    Get PDF
    We have obtained observations of the OH Megamaser galaxy IRAS03056+0234 using Gemini Multi-Object Spectrograph (GMOS) Integral Field Unit (IFU), Very Large Array (VLA) and Hubble Space Telescope (HST). The HST data reveals spiral arms containing knots of emission associated to star forming regions. The GMOS-IFU data cover the spectral range of 4500 to 7500 \AA\ at a velocity resolution of 90 km s1^{-1} and spatial resolution of 506 pc. The emission-line flux distributions reveal a ring of star forming regions with radius of 786 pc centred at the nucleus of the galaxy, with an ionized gas mass of 1.2×\times 108^{8}M_{\odot}, an ionizing photon luminosity of log Q[H+^{+}]=53.8 and a star formation rate of 4.9 M_{\odot} yr1^{-1}. The emission-line ratios and radio emission suggest that the gas at the nuclear region is excited by both starburst activity and an active galactic nucleus. The gas velocity fields are partially reproduced by rotation in the galactic plane, but show, in addition, excess redshifts to the east of the nucleus, consistent with gas inflows towards the nucleus, with velocity of \sim45 km s1^{-1} and a mass inflow rate of \sim7.7×\times103^{-3} M_{\odot} yr1^{-1}.Comment: To be published in MNRA
    corecore