14 research outputs found

    PERAN INSTITUSI LOKAL DAN NASIONAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DI NEGERI LATURAKE, PULAU SERAM - MALUKU

    Get PDF
    Peranan institusi atau kelembagaan dalam pengelolaan sumber daya alam di Pulau Seram terlihat pada praktik-praktik implementasi kebijakan. Institusi dimaksud baik adat, nasional (pemerintah) dan agama. Situasi demikian memperlihatkan bentuk tanggungjawab lembaga-lembaga sosial terhadap eksistensi sumber daya alam berkelanjutan bagi keberlangsungan hidup masyarakat adat di wilayah tersebut. Metode yang dilakukan masing-masing institusi sesuai aturan dan/atau ritual khusus, dimana terlihat secara langsung melalui mekanisme dan penempatan tanda-tanda larangan dalam rangka pengelolaan sumber daya alam sekitar. Fokus perhatian pada pola hubungan institusi terhadap pengelolaan sumber daya alam pada masyarakat adat Desa Laturake Kecamatan Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat. Dengan fokus ini, penelitian bertujuan menemukan praktik-praktik kebijakan pengelolaan sumber daya alam di Taniwel, baik yang masih dilakukan, maupun yang pernah ada. Metode pengumpulan data yang dipergunakan mencakup observasi dan wawancara

    NUAULU SIMALOU DALAM PLURALITAS AGAMA (Tinjauan Sosiologis di Dusun Simalou Kabupaten Maluku Tengah)

    Get PDF
    Penelitian ini menganalisis tentang pluralitas agama dalam masyarakat tradisional Nuaulu Simalou di Kabupaten Maluku Tengah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan berpedoman pada pendapat Miles dan Hubermann, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menemukan bahwa pada Negeri Nuaulu terdapat beberapa agama yang dianut masyarakatnya, yaitu agama Suku, agama Kristen protestan, agama Kristen Katolik, dan agama Islam. Selain itu, masyarakat Nuaulu merupakan suatu kelompok masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai adat istiadat yang begitu kuat sehingga agama dan adat tidak bisa dipisahkan. agama diyakini sebagai pilihan hidup dan keyakinan seseorang yang di dalamnya juga terkandung berbagai nilai-nilai kemanusiaan, sehingga adat dan agama bisa dijadikan rujukan dalam mengatur perilaku individu maupun kelompok, menuju kehidupan yang rukun dan damai. Komitmen orang Nuaulu adalah kebersamaan dalam perbedaan dan perbedaan dalam kebersamaan yang dilandasi dengan semangat “kami semua adalah saudara satu susah semua susahâ€, tentu tidak saja diterapkan pada situasi-kondisi konflik, akan tetapi lebih jauh dari itu dapat menjadi pedoman hidup sehari-hari dalam mengatasi problem sosial, ekonomi dan politik yang kerap muncul di tengah-tengah dinamika kehidupan sosial

    KUNCI LABUANG (Suatu Kajian Sosio-Kultural Terhadap Ritual Melaut Orang Kilang)

    Get PDF
    Kunci Labuang adalah salah satu ritual yang dilakukan oleh masyarakat di Negeri Kilang sebelum melakukan Ritual aktifitas mencari hasil laut. Ritual ini dilakukan secara komunal untuk kepentingan bersama dan dilakukan pada moment-moment tertentu saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan proses Ritual Kunci Labuang. Sehingga dari prosesi ritual yang dipelajari tersebut dapat terlihat bagaimana pandangan masyarakat negeri Kilang terhadap laut. Dengan melakukan ritual Kunci Labuang, masyarakat Negeri Kilang mempercayai bahwa mereka akan memperoleh hasil yang melimpah serta jaminan keamanan saat melakukan aktifitas mengambil hasil laut tersebut. Ritual ini memperlihatkan bagaimana kedekatan masyarakat Negeri Kilang dengan alam, khususnya laut sekaligus memperlihatkan bahwa alam turut membentuk perilaku maasyarakat. Ritual Kunci Labuang menjadi akses bagi masyarakat Negeri Kilang untuk memanfaatkan alam dengan segala sumber dayanya dengan tetap berpedoman pada keteraturan yang diwariskan leluhur secara turun temurun. Dengan melakukan ritual ini masyarakat negeri Kilang meyakini akan adanya kekuatan supranatural yang senantiasa menjaga mereka di laut. Ritual Kunci Labuang juga memperlihatkan bahwa meskipun  masyarakat Negeri Kilang secara umum dikenal sebagai masyarakat pegunungan, tetapi mereka juga punya cara pandang tersendiri terhadap laut yang juga menjadi bagian dari wilayah negeri. Laut tidak terpisah dari daratan. Laut dan darat adalah sebuah kesatuan dalam wilayah petuanan negeri Kilang

    STRATEGI INTEGRASI ORANG BUTON DAN ORANG WAKAL DI DUSUN WA HATU NEGERI WAKAL KECAMATAN LEIHITU KABUPATEN MALUKU TENGAH

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan strategi integrasi orang Buton dan orang Wakal di Dusun Wa Hatu Negeri Wakal Kecamatan Leihitu Kabupaten Mauku Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan lokasi penelitian di Dusun Wa Hatu Negeri Wakal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemajemukan yang terdapat pada masyarakat di Maluku yaitu kemajemukan antara warga asli dan warga pendatang. Warga pendatang tersebut terdiri dari berbagai macam suku di tanah air seperti Jawa, Bugis, Buton, Sumatera, dan suku bangsa lainnya. Para pendatang telah mengalami sebuah proses adaptasi dan interaksi dengan warga asli atau dengan sesama warga pendatang lainnya. Warga pendatang merupakan orang-orang yang datang dari luar daerah dengan berbagai macam kepentingan dan berbagai latar belakang budaya yang berbeda, tinggal serta menetap di daerah tertentu. Sebagaimana yang tampak di Negeri Wakal Kecamatan Leihutu kabupaten Maluku Tengah. Negeri Wakal, sejak dahulu telah didiami oleh suku asli. Pada tahun 1940, warga pendatang yang berasal dari Buton masuk dan mendiami daerah tersebut, khususnya pada dusun Wa Hatu. Kedatangan warga atau Orang Buton diterima dengan baik oleh seluruh warga masyarakat di Negeri Wakal. Hubungan kawin-mawin antara Orang Buton dengan warga asli merupakan salah satu bentuk dari strategi integrasi yang dilakukan supaya dapat bertahan hidup di Dusun Wa Hatu. Strategi integrasi yang dilakukan telah membawa dampak positif sebab hingga saat ini tidak pernah terjadi konflik antara masyarakat asli Negeri Wakal dengan Orang Buton. Kehidupan kedua kelompok masyarakat ini terpelihara dengan baik dan menjalani kehidupan bersama tanpa ada perpecahan diantara merek

    Sagu Salempeng Tapata Dua: Conflict and Resource Management in Central Maluku

    Get PDF

    A comparative study of the socio-ecological concomitants of cassava (Manihot esculenta Crantz): diversity, local knowledge and management in eastern Indonesia

    Get PDF
    We compare cassava (Manihot esculenta Crantz) diversity, local knowledge and management practices in two eastern Indonesian populations that differ both ecologically and socioculturally (Nuaulu on the island of Seram, and Debut in the Kei archipelago) and make some reference to a third population (Buano, west of Seram). The report is set within the wider problem of understanding the differences and similarities between M. esculenta in its homeland (South America) and in its diaspora, and specifically in island Southeast Asia. We show how under different conditions the importance of diversity and of toxicity varies, and how in particular this is related to environmental degradation and biocultural aspects of food ecology

    Fishers of Garogos: Livelihood and Resource Management in a Maluku Island, Indonesia

    No full text
    Garogos is a small sand island barely rising above the sea off the eastern end of the large central Maluku Island of Seram. Unable to sustain agriculture, its 300-odd inhabitants are necessarily specialist fishermen. On the basis of her field-work in 1993 Hermien Soselisa paints a vivid picture of the precarious existence of the islanders as they struggle to secure their livelihood in the face of economic and ecological uncertainties. In Garagos, virtually everyone is a fisherman, exploiting a wide variety of marine resources, from shellfish and seaweed to sea slugs and deep ocean sharks. The sea provides food for daily subsistence as well as fish and other resources used in exchange for the products of agricultural communities in nearby islands. The Garogos islanders also depend upon the sale of their catch to earn money to buy other necessities of life. Soselisa provides insights into the customary marine tenure rights claimed by islanders, their varied strategies of dealing with the problems of meeting the subsistence needs of the household and the vagaries of the commercial market for sea resources. She also explores the sustainability of fishing in the face of market pressures and the depredations of commercial operations within the customary domain of Garogos islanders. The book is a valuable case study of an isolated and impoverished community that is nonetheless dependent upon the outside world for its very existence. This work adds to our understanding of artisanal fishing communities an d indigenous systems of natural resource management in general as well as to our knowledge of eastern Indonesia in particular. Hermien L Soselisa is an anthropolog ist with the Maluku Studies Centre at Pattimura University in Ambon, eastern Indonesia. She is a graduate of Gadja Mada University and gained an MA degree in Anthropology from the Northern Territory University in Darwin. She also holds a PhD from the Northern Territory University (now Charles Darwin University). Hermien is the author of a number of articles and chapters on natural resource management. The manuscript for this book was completed while she was a Research Associate of the Centre for Indigenous Natural and Cultural Resource Management at Northern Territory University.CDU-73 : Collection Development Manager made the decision that for the books that have this message " This book is copyright. Apart from any fair dealing to the purpose of private study, research, criticism or review as permitted under the Copyright Act, no part may be reproduced, by any process, without written permission. Enquiries should be made to the publisher, Charles Darwin University Press, Charles Darwin University, Darwin NT 0909, Australia" in the front they would treat CDU NTU Press as the copyright holder based on this statement. CDU Press have given permission for these to be added to our site but no additional licencing terms provided. That is a reasonable risk management based decision
    corecore