15 research outputs found

    ANALISIS ISU DAN CAPAIAN PEMBANGUNAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANYUMAS

    Get PDF
    Abstract :This paper aims to identify gender issues and educational gender development outcomes in Banyumas Regency in Banyumas Regency. This study is interesting because the Gender Development Index (GDI) and Human Development Index (HDI) of Banyumas Regency in 2015 still show disparity. Education is one element of the three components that form the basis of HDI calculation, in addition to health and economics. This paper is a literature study based on main documents, namely Banyumas on Figures, SIGA Banyumas, Banyumas Regency’s Work Program Plan, and so on. The results of show that gender issues in education, namely; 1) at the age of elementary / junior high school children, more girls have not school than boys; 2) not all school-age children at a certain level of education can enjoy education at that level; 3) men and women in certain age groups are not yet literate; 4) number of female school participation aged 7-24 have not been equivalent to male in that age group. In fact, not all of the education policy in Banyumas Regency is gender indicative. The implication of this results is the achievement of gender education development in Banyumas Regency still needs to be improved continuously and supported by synergy between local government, school and community. Abstrak : Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi isu gender dan capaian pembangunan gender bidang pendidikan di Kabupaten Banyumas. Studi tentang hal tersebut menarik karena Gender Development Index (GDI) dan Human Development Index (HDI) Kabupaten Banyumas (2015) masih menunjukkan disparitas. Pendidikan adalah salah satu unsur dari tiga komponen yang menjadi dasar penghitungan HDI, selain kesehatan dan ekonomi. Tulisan ini merupakan studi pustaka yang bersumber dari dokumen utama seperti Banyumas dalam Angka, SIGA Banyumas, Rencana Program Kerja Kabupaten Banyumas, dan sebagainya. Hasil studi menunjukkan bahwa persoalan gender bidang pendidikan, yaitu; 1) pada usia anak SD/MI, lebih banyak anak perempuan yang tidak sekolah dibanding ana laki-laki; 2) belum semua anak usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dapat menikmati pendidikan pada jenjang tersebut; 3) laki-laki maupun perempuan pada kelompok usia tertentu belum seratus persen melek huruf ; 4) angka tingkat partisipasi sekolah perempuan usia 7-24 belum setara dengan laki-laki dalam kelompok usia tersebut. Pada kenyataannya, belum seluruh dari kebijakan pendidikan di Kabupaten Banyumas bersifat indikatif gender. Implikasinya, capaian pembangunan gender bidang pendidikan di Kabupaten Banyumas masih perlu ditingkatkan secara terus-menerus dan didukung oleh sinergi antara pemerintah daerah, sekolah, dan masyarakat.

    Interpretasi Sosial terhadap Kekerasan Seksual dalam Perspektif Sekolah Berbasis Agama

    Get PDF
    This research aims to analyze and identify the school culture that develops in religious-based schools and to analyze the social interpretations of students in these schools regarding sexual violence. The research utilizes a systematic literature review approach, involving an analysis of literature on sexual violence that occurs in formal educational institutions. Sexual violence that occurs in religious-based school environments is caused by cultural factors that influence the occurrence of sexual violence within the context of learning. One significant cultural factor is the values embraced in the school culture, including the concept of student obedience to teachers. This concept provides space for teachers to engage in sexual violence, as it is perceived that students should submit and obey the authority of teachers without questioning or objection. This research will identify and analyze the social interpretations of students in religious-based schools regarding sexual violence. This will contribute to a better understanding of students' perspectives and experiences in the context of sexual violence in religious-based school environments. Through this understanding, more effective efforts can be developed to prevent and address sexual violence in schools, including changes in school culture and the adoption of inclusive and safe learning approaches for all students. The results of this research are expected to provide valuable insights for relevant parties, including schools, educators, and policymakers, to address the issue of sexual violence in religious-based school environments. By identifying cultural factors that contribute to sexual violence and understanding students' social interpretations, appropriate preventive measures and interventions can be designed and implemented. The ultimate goal is to create a safe, inclusive, and free-from-sexual-violence educational environment in religious-based schools

    MELACAK BIAS GENDER DALAM TRADISI NYUMBANG (STUDI DI KECAMATAN SOMAGEDE KABUPATEN BANYUMAS)

    Get PDF
    Solidaritas sosial merupakan elemen yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Solidaritas pada masyarakat pedesaan terwujud dan dikuatkan oleh berbagai macam tradisi yang dilakukan masyarakat. Salah satunya adalah tradisi nyumbang. Kajian ini dilakukan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan praktik bias gender yang terjadi dalam tradisi nyumbang di Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas. Lokasi ini dipilih dikarenakan di lokasi tersebut tradisi nyumbang masih sangat dijaga dilestarikan terkait dengan siklus kehidupan manusia dari sebelum lahir hingga kematian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif, dimana penelitian dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan informan dan data yang diperoleh dituangkan dalam bentuk analisis data deskriptif. Temuan pada penelitian ini menunjukan bahwa terdapat bias gender dalam tradisi nyumbang seperti halnya seusai dari acara nyumbang yang mana perempuan akan mendapatkan bingkisan sebagai bentuk reward atas sumbangan yang diberikan, namun laki laki disini tidak mendapatkannya. Hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang lumrah dalam masyarakat dan terus dilanggengkan hingga sekarang. Bias gender juga terlihat pada bentuk sumbangan yang diberikan, dimana perempuan di pedesaan memberikan sumbangan dalam bentuk bahan pangan sedangkan laki laki hanya dituntut untuk nyumbang dalam bentuk uang. Keterlibatan perempuan dan laki laki dalam tradisi nyumbang juga berbeda

    Program Pemberdayaan IPAKARUMI Terhadap Keluarga dan Mantan Pekerja Migran di Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas

    Get PDF
    ABSTRAK Kecamatan Gumelar menempati posisi pertama dalam pengiriman pekerja migran Indonesia di Kabupaten Banyumas. Hal ini menjadikan kecamatan sebagai lumbung pekerja migran. Kecamatan Gumelar sebagai kantong pekerja migran banyak mengalami permasalahan mulai dari pemberangkatan, pra penempatan, di negara tujuan, sampai purna menjadi pekerja migran Indonesia. Dari beberapa permasalahan di atas, menyebabkan adanya paguyuban ikatan perempuan keluarga dan mantan pekerja migran Indonesia (IPAKARUMI) yang bertujuan untuk melakukan pemberdayaan kepada keluarga dan mantan pekerja migran. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan melihat peran yang dilakukan oleh IPAKARUMI terhadap pemberdayaan keluarga dan mantan pekerja migran di Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peran yang dilakukan IPAKARUMI yaitu dalam bentuk menumbuhkembangkan keterampilan usaha keripik cantir, pembekalan keterampilan pembuatan tas rajut, bimbingan belajar gratis bagi anak pekerja migran, dan pemanfaatan limbah plastik sebagai kerajinan tangan. Hal ini sejalan dengan definisi peran sebagai posisi sosial, perilaku yang terkait dengan posisi sosial, atau perilaku yang khas. Kata Kunci: Peran Paguyuban IPAKARUMI, Pemberdayaan keluarga dan mantan PMI, Bentuk pemberdayaan.   ABSTRACT Gumelar District occupies the first position in sending Indonesian migrant workers to Banyumas Regency. This makes the sub-district a granary for migrant workers. Gumelar sub-district as an enclave for migrant workers has experienced many problems starting from departure, pre-placement, in the destination country, until after becoming Indonesian migrant workers. From some of the problems above, this has led to the existence of the association of women's families and former Indonesian migrant workers (IPAKARUMI) which aims to empower families and former migrant workers. Therefore, this study was conducted with the aim of looking at the role played by IPAKARUMI in empowering families and former migrant workers in Gumelar District, Banyumas Regency. The results of this study indicate that IPAKARUMI's role is in the form of developing cantir chips business skills, providing skills in making knitting bags, free tutoring for children of migrant workers, and the use of plastic waste as handicrafts. This is in line with the definition of role as a social position, behavior related to social position, or distinctive behavior.  Keywords : The role of the IPAKARUMI Association, Empowerment of families and former PMI, Forms of empowerment

    Analisis Isu dan Capaian Pembangunan Gender Bidang Pendidikan di Kabupaten Banyumas

    Get PDF
    This paper aims to identify gender issues and educational gender development outcomes in Banyumas Regency in Banyumas Regency. This study is interesting because the Gender Development Index (GDI) and Human Development Index (HDI) of Banyumas Regency in 2015 still show disparity. Education is one element of the three components that form the basis of HDI calculation, in addition to health and economics. This paper is a literature study based on main documents, namely Banyumas on Figures, SIGA Banyumas, Banyumas Regency’s Work Program Plan, and so on. The results of show that gender issues in education, namely; 1) at the age of elementary / junior high school children, more girls have not school than boys; 2) not all school-age children at a certain level of education can enjoy education at that level; 3) men and women in certain age groups are not yet literate; 4) number of female school participation aged 7-24 have not been equivalent to male in that age group. In fact, not all of the education policy in Banyumas Regency is gender indicative. The implication of this results is the achievement of gender education development in Banyumas Regency still needs to be improved continuously and supported by synergy between local government, school and communit

    LANSIA DAN MEDIA SOSIAL

    Get PDF
    Artikel ini merupakan hasil penelitian yang menggambarkan aktivitas lansia dalam menggunakan media sosial Whatsapp. Penelitian dilakukan di Kelurahan Kober, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas dengan menggunakan metode kuantitatif survei deskriptif terhadap 50 responden lansia yang diambil menggunakan teknik random sampling. Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar lansia menghabiskan waktu 1-3 jam per hari untuk mengakses media sosial, seperti Whatsapp, Facebook, Youtube, Instagram, dan Twitter. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli paket data per bulan berkisar Rp 25.000-50.000, bahkan lebih. Terkait penggunaan Whatsapp, para lansia menggunakan aplikasi tersebut untuk chatting, panggilan suara, video call, meng-update status, atau mengomentari status teman. Sebagian besar responden memiliki 4-8 grup Whatsapp. Motif lansia menggunakan Whatsapp adalah untuk berkomunikasi dengan keluarga atau teman dan untuk mencari informasi, juga untuk memenuhi gaya hidup dan eksistensi diri. Selain terkait urusan pribadi, informasi yang banyak diakses di Whatsapp adalah informasi mengenai kesehatan, agama, kuliner, juga politik. Menurut para lansia, Whatsapp sangat bermanfaat bagi mereka: memudahkan dalam berkomunikasi dan berdiskusi; juga menjadi media hiburan, media belajar, dan media bisnis. Dalam menyikapi hoaks, para lansia memilih mengabaikannya; mereka berusaha menyaring setiap informasi yang masuk sebelum menyebarkannya, bahkan mereka tak segan menegur pengirim hoaks

    LANSIA DAN MEDIA SOSIAL

    Get PDF
    Artikel ini merupakan hasil penelitian yang menggambarkan aktivitas lansia dalam menggunakan media sosial Whatsapp. Penelitian dilakukan di Kelurahan Kober, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas dengan menggunakan metode kuantitatif survei deskriptif terhadap 50 responden lansia yang diambil menggunakan teknik random sampling. Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar lansia menghabiskan waktu 1-3 jam per hari untuk mengakses media sosial, seperti Whatsapp, Facebook, Youtube, Instagram, dan Twitter. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli paket data per bulan berkisar Rp 25.000-50.000, bahkan lebih. Terkait penggunaan Whatsapp, para lansia menggunakan aplikasi tersebut untuk chatting, panggilan suara, video call, meng-update status, atau mengomentari status teman. Sebagian besar responden memiliki 4-8 grup Whatsapp. Motif lansia menggunakan Whatsapp adalah untuk berkomunikasi dengan keluarga atau teman dan untuk mencari informasi, juga untuk memenuhi gaya hidup dan eksistensi diri. Selain terkait urusan pribadi, informasi yang banyak diakses di Whatsapp adalah informasi mengenai kesehatan, agama, kuliner, juga politik. Menurut para lansia, Whatsapp sangat bermanfaat bagi mereka: memudahkan dalam berkomunikasi dan berdiskusi; juga menjadi media hiburan, media belajar, dan media bisnis. Dalam menyikapi hoaks, para lansia memilih mengabaikannya; mereka berusaha menyaring setiap informasi yang masuk sebelum menyebarkannya, bahkan mereka tak segan menegur pengirim hoaks

    Keadaan Sosial Ekonomi Pekerja Migran Perempuan Single Parent setelah Cerai Gugat di Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap

    Get PDF
    Abstrak Kecamatan Kesugihan menempati posisi ketiga Kecamatan dengan jumlah pekerja migran tertinggi di Kabupaten Cilacap dengan jumlah pekerja migran laki-laki sebanyak  157 orang dan pekerja migran perempuan berjumlah 397 orang. Hal ini berimplikasi pada tingginya angka perceraian di Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap terutama cerai gugat. Kecamatan Kesugihan menempati posisi pertama Kecamatan dengan jumlah cerai gugat terbanyak pada tahun 2018 di Kabupaten Cilacap dengan jumlah 311 kasus. Dari beberapa hal diatas penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui keadaan sosial ekonomi pekerja migran perempuan single parent setelah cerai gugat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pra dan paska cerai gugat yang dialami oleh pekerja migran perempuan single parent beragam mulai dari bekerja dengan kondisi ekonomi baik,sedang, hingga tidak bekerja dengan kondisi ekonomi yang baik. Kondisi pra dan paska migrasi dan cerai gugat mengungkapkan perubahan keadaan ekonomi yang akhirnya turut menentukan keadaan sosial berupa posisi tawar dan akses pengambilan keputusan dalam pertukaran sosial dengan suami, lebih rendah, lebih tinggi, atau setara. Hal ini sejalan dengan premis Blau yang menyatakan bahwa pada pertukaran sosial kekuasaan lahir dari situasi ketika individu tergantung pada sesuatu yang diberikan oleh individu lain, dan nilai tersebut menjadi lebih tinggi dari nilai pertukaran yang dia tawarkan. Pertukaran sumber daya ini terjadi antara pekerja migran perempuan single parent dengan anggota keluarga dan mantan suami. Sumber daya yang dipertukarkan dalam hal ini adalah sumber daya ekstrinsik (uang) dengan sumber daya alternatif (rasa kasih sayang). Kata Kunci: Keadaan sosial ekonomi, pekerja migran perempuan single parent, cerai gugat   Abstract Kesugihan sub-district occupies the third position with the highest number of migrant workers in Cilacap Regency with 157 male migrant workers and 397 female migrant workers. This has implications for the high divorce rate in Kesugihan District, Cilacap Regency, especially divorced cases. Kesugihan District occupies the first position in the District with the highest number of divorces in 2018 in Cilacap Regency with a total of 311 cases. From some of the things above, this research was conducted with the aim of knowing the socio-economic conditions of single parent female migrant workers after a divorce. The results showed that the pre- and post-divorce conditions experienced by single parent female migrant workers varied from working with good, moderate economic conditions, to not working with good economic conditions. Pre- and post-migration conditions and divorce cases reveal changes in economic conditions which ultimately determine social conditions in the form of bargaining position and access to decision-making in social exchanges with their husbands, lower, higher, or equal. This is in line with Blau's premise which states that in social exchange power is born from a situation when an individual depends on something given by another individual, and the value becomes higher than the exchange value he offers. This exchange of resources occurs between female migrant workers. single parent with family members and ex-husband. The resources exchanged in this case are extrinsic resources (money) with alternative resources (affection). Keywords: Socio-economic conditions, single parent female migrant workers, divorc

    Partisipasi Politik Perempuan Dalam Masyarakat Jawa Bagelen (Studi Mengenai Potret Capaian Indeks Pemberdayaan Gender di Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Purworejo di Akhir Program MDGs)

    Get PDF
    Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji partisipasi politik perempuan dalam masyarakat Jawa Bagelen yang berada di wilayah Kabupaten Purworejo dan Kebumen. Kajian didasarkan pada data sekunder yang bersumber dari Laporan Pembangunan Manusia Berbasis Gender Tahun 2016 yang diterbitkan oleh BPS dan KPPPA, serta Kabupaten Purworejo dalam Angka dan Kabupaten Kebumen dalam Angka. Untuk melihat hasil capaian partisipasi politik perempuan Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen dibandingkan dengan data yang ada di lingkup regional (Jawa Tengah) dan nasional (Indonesia). Hasil kajian ini memperlihatkan bahwa walaupun Purworejo dan Kebumen berada dalam kultur yang relatif sama yaitu Jawa Bagelen, namun kondisi sosial ekonomi antar kedua wilayah tersebut relatif berbeda. Kabupaten Kebumen dengan tingkat kemiskinan yang cukup tinggi di lingkup Jawa Tengah, namun secara kuantitas memiliki tingkat partisipasi politik perempuan yang cukup tinggi baik secara regional maupun nasional. Hal ini menjadi sebuah kajian menarik mengingat partisipasi politik perempuan yakni perempuan yang duduk dalam lembaga legislatif secara global juga rendah, Indonesia 19,80 persen, Asean 18,20 persen, Asia 19,70 persen, dan dunia 23,60 persen. Secara kualitatif Kebumen juga pernah memiliki kepala daerah perempuan yang berhasil naik jenjang kariernya sampai ke level provinsi

    Dinamika Politik Organisasi Perempuan Islam

    Get PDF
    Buku ini mengkaji kontribusi dari berbagai unsur masyarakat, khususnya organisasi perempuan yang berbasis keagamaan, dalam membantu menyelesaikan masalah sosial keagamaan di masyarakat beserta dinamikanya
    corecore