5 research outputs found

    PERBAIKAN KEKUATAN DAN DAKTILITAS KOLOM BETON BERTULANG YANG MENDAPAT BEBAN GEMPA MENGGUNAKAN GLASS FIBER REINFORCED POLYMER

    Get PDF
    Repairing the Strength and Ductility of Reinforced Concrete Column That Got Earthquake using Gla­ss Fiber Reinforced Polymer. This study aims to identify the additional strength and ductility of reinforced concrete columns af­ter being re­­­­tro­fitted using glass fiber reinforced polymer (GFRP) and got the brunt of the earth­quake. This study uses two objects tested columns, which are being tested for three times. Each column size is 350 x 350 x 1100 mm with f'c = 20.34 MPa and fy = 549.94 MPa. The tes­t­ing is performed by giving a constant axial load of 748 kN and cyclic lateral load using con­trol displacement method in order to simulate the brunt of earth­quake. The results show an in­crea­se in lateral capacity of co­lumn by 43.96%. Re­tro­­fitting the column with GFRP has a duc­tile property, which is shown by the increase of the displacement ductility by 129.14% and curvature ductility by 118.27%. Penelitian ini ber­tujuan untuk mengetahui penambahan kekuatan dan dak­ti­li­­­­tas kolom beton bertulang se­telah diretrofit menggunakan glass fiber reinforced po­ly­­­mer (GFRP) dan mendapat be­ban gempa. Penelitian ini menggunakan benda ­uji dua buah kolom dengan tiga kali pengujian. Masing-masing ukuran kolom 350 x 350 x 1100 mm dengan f’c = 20,34 MPa dan fy = 549,94 MPa. Pengujian dilakukan de­ngan memberikan beban ak­sial konstan 748 kN dan beban lateral siklik yang meng­gu­nakan metode di­splacemet con­trol untuk mensimulasikan beban gempa. Hasil pe­ne­­­litian menunjukkan pe­ningkatan kapasitas lateral pada kolom sebesar 43,96%. Retrofit kolom dengan GFRP bersifat dak­tail yang ditunjukkan dengan meningkatnya daktilitas per­pindahan sebesar 129,14% dan dak­­­tilitas kurvatur se­besar 118,27%

    PENGGUNAAN CARBON FIBER-REINFORCED POLYMER SEBAGAI PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG AKIBAT BEBAN SIKLIK UNTUK MENINGKATKAN DAKTILITAS PERPINDAHAN STRUKTUR

    Get PDF
    The use of carbon fiber-reinforced polymer (CFRP) as a concrete column re­inforcement in order to improve the structure displacement ductility caused by a cyclic load. The aim of this research is to improve the displacement ductility of a column specimen by giving CFRP strengthener (Carbon Fiber Reinforced Polymer). Two full-scale specimens are used, C-1 (original column) and C-1C (column with CFRP strengthener 1 layer). The tests on C-1 and C-1C are respectively shown on the following results: Pmax is 278.9 kN and 432.2 kN, dmax is 53.24 mm and 96.46 mm, and Mmax is 328.04 kNm and 509.63 kNm. The displacement ductility of C-1 are 6.70, 6.11 and 5.44, and the displacement ductility of C-1C are 11.02, 12.75, and 11.89. The percentages of the increase of displacement ductility in column C-1C compared to C-1 are 64.48%, 108.74% and 118.68%  respectivelyfor plastic hinge zone, half high of the column effectiveness and as high as the column effectiveness. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan daktilitas perpindahan pada spe­simen kolom yang diberi perkuatan CFRP (Carbon Fiber Reinforced Polymer). Ada dua spesimen kolom skala penuh yang digunakan, yaitu C-1 (kolom original) dan C-1C (kolom dengan perkuatan CFRP 1 lapis). Hasil penelitian untuk masing-masing C-1 dan C-1C adalah Pmax sebesar 278,9 kN dan 432,2 kN, dmax sebesar 53,24 mm dan 96,46 mm, serta Mmax sebesar 328,04 kNm dan 509,63 kNm. Hasil daktilitas perpindahan untuk C-1 adalah 6,70; 6,11 dan 5,44, sedang C-1C adalah 11,02; 12,75 dan 11,89. Peningkatan persentase daktilitas per­pindahan kolom C-1C terhadap C-1 adalah 64,48%, 108,74% dan 118,68% masing-masing untuk zona sendi plastis, setengah tinggi efektif kolom dan setinggi efektif kolom

    RETROVIT KOLOM PENDEK BETON BERTULANG PERSEGI DENGAN PERKUATAN EKSTERNAL CARBON FIBER-REINFORCED POLYMER DI BAWAH PENGARUH PEMBEBANAN SIKLIK

    Get PDF
    The retrofit of non-slender square concrete column with an external strength­ener of carbon fiber-reinforced polymer (CFRP) under the influence of cyclic load. The purpose of this study is to know the increase of strength and ductility of a column structure element that has an initial damage, then it is fixed and strengthened by CFRP external strengthening. The column structure element is tested by giving a constant axial load and varying the cyclic load using a displacement control. In this research, two specimens t are used, C-1 column (original column) and C-1RC column (retrofit column). The results of the study show that (1) the effectiveness of the C-1CR’s restraint and moment of force are increased by 1.58 times and 52.78% compared to the C-1’s ones, and (2) the installation of CFRP reinforcement increases the strength in accepting lateral load by 52.15% and decreases of ductility by 52.12%.  Tujuan penelitian ini mengetahui peningkatan kekuatan dan daktilitas ele­men struktur kolom yang mengalami kerusakan awal, kemudian diperbaiki, dan diperkuat dengan perkuatan eksternal carbon fiber-reinforced polymer (CFRP). Pengujian ter­hadap elemen struktur kolom dilakukan dengan memberikan beban aksial yang konstan dan memvariasikan beban siklik dengan kontrol perpindahan. Dalam penelitian ini digunakan dua spesimen yaitu kolom C-1 (kolom original) dan kolom C-1RC (kolom retrofit). Hasil penelitian menunjukkan (1) efektifitas pengekangan C-1CR meningkat 1,58 kali dan kekuatan terhadap momen meningkat sebesar 52,78% dibanding kolom C-1, dan (2)  pemasangan perkuatan CFRP memberikan peningkatan kekuatan dalam menerima beban lateral sebesar 52,15% dan penurunan daktilitas sebesar -52,12%

    PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK MARMER PADA BETON SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN DENGAN VARIASI PENGGUNAAN SILICA FUME

    Get PDF
    The Utilization of Marble Powder Waste in Concrete Ma­­­­­­­­terials as a Partial Material Substitution of Cement  with the Variation Use of Silica Fume. The purpose of this study was to determine the effect of marble powder and silica fume on the mechanical pro­per­ties of concrete. This study used an experimental design using 16 group of testing materials with variety types of mixtures between marble powder and silica fume 0.00; 5.00; 10.00; and 15.00%. The wa­ter-cement ratio was 0.50 and a low dosage of superplasticizer, which was 0.50%. The behavior of fresh concrete were calculated and the mechanical properties of concrete were tested on con­crete age of 28 days. The results showed the marble powder main com­position was Silicon Dioxide (SiO2) 17.63% and Calcium Carbonate (CaCO3) 2.73%. Mar­ble powder was more appropriate to be used as fillers than to be used as a partial substitution of ce­ment. The optimum mechanical properties of concrete was produced by the mixtures of 5.00% mar­ble powder  and 6.22% silica fume which resulted in compressive strength of 29.04 MPa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peng­gunaan ser­buk marmer dan silica fume terhadap sifat mekanik beton. Penelitian ini meng­gu­na­kan desain eksperimen dengan 16 kelompok benda uji dengan variasi ser­buk marmer dan silica fume 0,00; 5,00; 10,00; dan 15,00%. Faktor air semen di­gu­nakan 0,50 dan superplasticizer dengan dosis rendah 0,50%. Perilaku beton segar di­perhitungkan dan sifat mekanik beton diuji pada umur beton 28 hari. Hasil analisis me­nunjukkan kom­posisi utama serbuk marmer adalah Silikon Dioksida (SiO2) 17,63% dan Kalsium Kar­bonat (CaCO3) 2,73%. Serbuk marmer lebih tepat digunakan se­bagai bahan pe­ng­isi atau filler dari pada sebagai pengganti semen. Sifat mekanik be­ton optimum di­ha­sil­kan pada campuran serbuk marmer 5,00% dan silica fume 6,22% dengan kuat tekan be­ton yang dihasilkan  mencapai 29,04 MPa

    Pemanfaatan Kulit Kayu Gelam Untuk Pembuatan Papan Partikel Kulit Tanpa Perekat Berkerapatan Rendah

    No full text
    Kepedulian yang tinggi terhadap masalah lingkungan dan risiko kesehatan akibat emisi formaldehida dari penggunaan resin sintetik telah mendorong pembuatan papan partikel kulit tanpa perekat berkerapatan rendah (PPKTP-br) dengan memanfaatkan kulit gelam yang merupakan bahan lignoselulosik terbarukan pengganti kayu. Kulit gelam berasal dari pohon gelam yang dikenal oleh masyarakat lokal di Indonesia untuk sebutan dari genus Melaleuca. Kulit kayu melaleuca memiliki kandungan kaya lignin sehingga berpotensi sebagai bahan baku untuk pembuatan PPKTP-br karena lignin dapat berfungsi sebagai perekat alami antar partikel-partikel kulit. Peneliti sebelumnya memanfaatkan kulit melaleuca untuk pembuatan papan partikel berperekat Urea- Formaldehida dengan kerapatan sedang dan papan kulit tanpa perekat berkerapatan tinggi yang dibuat dengan metode pengempaan panas menggunakan suhu kempa 180 °C. Belum ada penelitian sebelumnya tentang pembuatan papan partikel tanpa perekat berkerapatan rendah dari kulit gelam. Pada penelitian ini, papan partikel kulit tanpa perekat dengan klasifikasi kerapatan rendah dibuat dari limbah kulit gelam tembaga yang berasal dari kupasan batang berdiameter <10 cm (A)/Limbah Kulit Gelam (LKG) dan kulit gelam kapur yang dikupas langsung dari pohon gelam kapur berdiameter 10-15 cm (B)/Kulit Gelam (KG) melalui proses pengempaan panas, diharapkan dengan penggunaan suhu kempa yang tinggi (200 °C) dan rasio pemadatan tinggi pada pembuatan PPKTP-br akan menghasilkan sifat-sifat fisik dan mekanis yang setara atau lebih baik dari penelitian terdahulu. Suhu pengempaan merupakan parameter yang paling penting untuk memproduksi papan partikel tanpa perekat. Tidak adanya perekat yang digunakan pada papan partikel tanpa perekat, kekuatan ikatan-sendiri ditingkatkan hanya dengan mengaktifkan komponen kimia, seperti lignin dan ekstraktif (senyawa fenolik) dari biomassa lignoselulosa selama proses perlakuan pengempaan panas. Oleh sebab itu, sangat penting untuk mempelajari pengaruh suhu pengempaan terhadap sifat- sifat PPKTP-br. Demikian juga dengan parameter pembuatan lainnya, yaitu ukuran partikel. Berkaitan dengan dibuatnya PPKTP dengan klasifikasi kerapatan rendah, maka sifat insulasi papan perlu ditentukan untuk tujuan penggunaan papan sebagai bahan insulasi termal bangunan. Oleh karenanya tujuan umum penelitian ini adalah menghasilkan papan partikel kulit tanpa perekat berkerapatan rendah (PPKTP-br) menggunakan limbah kulit kayu gelam dari kupasan batang berdiameter <10 cm dan kulit kayu gelam yang dikupas langsung dari pohon berdiri berdiameter 10-15 cm dengan proses pengempaan panas, yang memenuhi standard SNI 03-2105-2006, sebagai sudut pandang baru untuk aplikasi sebagai bahan insulasi termal bangunan. Penelitian ini terdiri atas empat tahapan. Penelitian Tahap pendahuluan bertujuan untuk mengetahui spesies kayu dari kedua jenis kulit gelam dan memastikan papan partikel kulit tanpa perekat berkerapatan rendah dari kedua jenis kulit kayu gelam dapat dibuat menggunakan metode pengempaan panas pada suhu rendah (128 °C) dan tekanan (30 kg/cm2) dengan memeriksa sifat fisiknya sesuai dengan standar SNI 03-2105-2006 dan melalui pengamatan scanning electron microscope (SEM)-energy dispersive X-ray (EDX). Penelitian Tahap 1 untuk mengetahui karakteristik struktur mikro partikel x dan sifat-sifat kimia kedua jenis kulit gelam. Penelitian Tahap 2 bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh suhu pengempaan terhadap sifat fisik dan mekanis PPKTP-br yang terbuat dari kedua jenis kulit gelam dan peningkatan sifat-sifat tersebut yang kemudian dibandingkan dengan standar SNI 03-2105-2006. Empat suhu kempa berbeda (140, 160, 180, dan 200 °C) digunakan untuk membuat papan partikel kulit satu lapis tanpa perekat dengan target kerapatan ≤ 0.59 g/cm3. Selain itu, kualitas ikatan diperiksa dengan SEM-EDX, sifat-sifat kimia PPKTP-br (A) dan (B) dikarakterisasi dengan uji kimia konvensional, FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy), Pyr-GCMS (Pyrolisis-Gas Chromato-graphy/Mass Spectroscopy), dan potensi kecocokan PPKTP-br (A) dan (B) yang dihasilkan dari suhu pengempaan optimum sebagai bahan insulasi termal dievaluasi berdasarkan konduktivitas termal papannya. Penelitian Tahap 3 tujuannya mengevaluasi pengaruh ukuran partikel pada sifat- sifat fisik dan mekanis PPKTP-br A dan B. Empat ukuran partikel yang berbeda: lolos 10 mesh/tertahan 18 mesh (kasar), lolos 18 mesh/tertahan 24 mesh (medium), lolos 24 mesh (halus), dan campuran (lolos 10 mesh) diterapkan menggunakan perlakuan suhu pengempaan optimum yang dihasilkan dari Tahap 2 dengan lama kempa 20 menit dan tekanan 30 kg/cm2. Morfologi permukaan dan EDX PPKTP-br A dan B sebagai fungsi ukuran partikel juga dipelajari. Rancangan penelitian pada Tahap Studi Pendahuluan adalah penelitian deskriptif (sifat-sifat fisik, morfologi permukaan dari penampang PPKTP-br (A) dan (B), dan EDX dari penampang melintang papan pada perbesaran 300x). Tahap 1 adalah penelitian deskriptif (sifat-sifat kimia LKG dan KG dan struktur mikro partikel kedua jenis kulit). Tahap 2 adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor (suhu pengempaan 140, 160, 180, dan 200 °C; 5 ulangan), kemudian dilakukan analisis regresi dari RAL dengan variabel terikat sifat-sifat fisik dan mekanis PPKTP-br (A) dan (B); RAL satu faktor (sifat-sifat kimia bahan baku asal LKG dan KG/hasil Tahap 1, PPKTP-br dari suhu pengempaan 140, 160, 180, dan 200 °C untuk masing-masing jenis kulit gelam; 3 ulangan); penelitian deskriptif (FTIR, Pyr-GCMS, morfologi permukaan dari bagian permukaan dan penampang PPKTP-br (A) dan (B), EDX dari penampang melintang papan pada perbesaran 300x, dan konduktivitas termal kedua jenis papan dari perlakuan suhu pengempaan optimum). Tahap 3 adalah RAL satu faktor (ukuran partikel lolos 10 mesh/tertahan 18 mesh, lolos 18 mesh/tertahan 24 mesh, lolos 24 mesh, dan campuran; 5 ulangan); penelitian deskriptif (morfologi permukaan dari bagian permukaan dan penampang PPKTP-br (A) dan (B) dan EDX dari penampang melintang papan pada perbesaran 300x). Hasil penelitian Tahap pendahuluan, kulit gelam berasal dari jenis Melaleuca viridiflora Sol. ex Gaertn. (gelam tembaga/merah) dan jenis Melaleuca leucadendra (L.) L. (gelam kapur/putih). Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata sifat fisik PPKTP-br (A) dan (B) memenuhi persyaratan SNI 03-2105-2006 ditinjau dari kerapatan, kadar air (KA), dan pengembangan tebal setelah perendaman selama 24 jam (PT24j) untuk papan partikel tipe 24-10 dan tipe 17.5-10.5 dengan persyaratan pengembangan ketebalan maksimum 20%. Namun, mereka gagal memenuhi kriteria pengembangan ketebalan maksimum 12% untuk tipe papan partikel lainnya. Sementara penyerapan air setelah perendaman selama 24 jam (PA24j) dari papan (A) dan (B) menunjukkan nilai yang relatif tinggi masing-masing 65.09 dan 64.31 %, namun nilainya tidak dipersyaratkan oleh SNI 03-2105-2006. Tetapi kedua nilai PA24j tersebut masih memenuhi persyaratan Standar FAO (1966) untuk penyerapan air 20-75%. Pengamatan morfologi internal selanjutnya menggunakan SEM menunjukkan adanya retakan pada PPKTP-br (A), sehingga hanya PPKTP-br (B) yang dapat diproduksi tanpa delaminasi. Kulit gelam xi berpotensi digunakan untuk pembuatan papan partikel non-perekat. Peningkatan suhu pengempaan diperlukan untuk meningkatkan stabilitas dimensi PPKTP-br (A) dan (B) yang dilakukan pada penelitian Tahap 2. Terdeteksi dari EDX spektra unsur utama adalah Karbon dan Oksigen, dan sejumlah kecil unsur- unsur anorganik, yaitu Kalsium, Silikon, Aluminium, Magnesium, Klorin dan Kalium. Hasil penelitian Tahap 1, struktur mikro partikel-partikel dari kedua jenis kulit dengan jelas menunjukkan bentuk partikel yang tidak beraturan yang terutama berasal dari jaringan floem dan periderm. Dari hasil penelitian sifat-sifat kimia kedua jenis kulit gelam, masing-masing, pertama, dapat dicatat bahwa kadar holoselulosa tinggi (78.77;79.08%) dibandingkan kadar holoselulosa kulit kayu pada umumnya dan kadar alfa selulosa yang rendah (37.58;34.83%) dibandingkan kadar alfa selulosa kayu. Kadar abu (1.23;0.59%) ditemukan dalam kategori sedang. Kedua, kadar lignin Klason termasuk golongan tinggi (47.70; 52.32%). Ketiga, kadar ekstraktif alkohol benzena (7.78;8.78%), ekstraktif diklorometana (7.03;8.40%), kelarutan dalam air panas (4.07;3.89%) dan kelarutan dalam NaOH1% (32.65;30.75%) termasuk tinggi. Hasil penelitian Tahap 2 menunjukkan bahwa suhu pengempaan berpengaruh terhadap sifat fisik dan mekanis papan yang diproduksi. Seiring dengan peningkatan suhu pengempaan dari 140 °C menjadi 200 °C, nilai rata- rata sifat-sifat mekanis PPKTP-br (A) juga meningkat, meskipun peningkatan tersebut tidak nyata untuk nilai MoR dan MoE pada suhu pengempaan 180 °C dan 200 °C, tetapi berbeda nyata pada nilai KTTLP. Sementara untuk PPKTP-br (B), peningkatan suhu pengempaan 180 ke 200 °C tidak nyata pada nilai MoE dan KTTLP. Semua sifat mekanis papan tidak memenuhi standar SNI 03-2105-2006 untuk Tipe-8. Untuk sifat fisik, kerapatan meningkat dengan meningkatnya suhu pengempaan, sedangkan KA, PT24j, dan PA24j menurun seiring dengan meningkatnya suhu pengempaan pada kedua jenis papan. Penurunan nilai PT24j dan PA24j dari PPKTP-br (A) dan (B) tidak berbeda nyata untuk perlakuan 180 dan 200 °C, namun untuk penurunan nilai KA dari kedua jenis papan berbeda nyata. PPKTP-br (A) dan (B) yang dikempa pada suhu 140 hingga 200 °C memiliki nilai kerapatan dan KA yang memenuhi standar SNI 03-2105-2006. Selain itu, nilai PT24j dari PPKTP-br (A) yang dikempa pada suhu 200 °C adalah satu-satunya sampel yang memenuhi persyaratan standar SNI 03-2105-2006 untuk pengembangan tebal maksimum (12%), sedangkan untuk PPKTP-br (B) berasal dari suhu pengempaan 180 dan 200 °C yang memenuhi persyaratan tersebut. Nilai PA24j PPKTP-br (A) dan (B) yang relatif rendah pada suhu pengempaan 200 °C menunjukkan bahwa kedua jenis papan tersebut memiliki ketahanan air yang baik, meskipun standar SNI 03-2105-2006 tidak mensyaratkan nilai PA24j. Nilai PA24j PPKTP-br (A) dan (B) dari suhu kempa 200 °C bahkan lebih rendah dari persyaratan FAO (1966) untuk penyerapan air 20-75%. Sifat-sifat fisik dan mekanis terbaik diperoleh dari PPKTP-br (A) dan (B) dari perlakuan suhu pengempaan 200 °C masing-masing dengan nilai kerapatan (0.55;0.54 g/cm3), KA (5.50; 4.95%), PT24j (4.94;3.94%), PA24j (16.3;11.08%), MoR (40.51;40.01 kg/cm2), MoE (7725.83;8456.41 kg/cm2), dan KTTLP (0.63;0.43 kg/cm2). Dari analisis regresi, suhu pengempaan 223 dan 230 ⁰C (pada lama pengempaan 20 menit dan tekanan 30 kg/cm2) diusulkan sebagai batasan suhu optimum untuk masing-masing PPKTP-br (A) dan (B) dengan nilai kerapatannya 0.59 g/cm3 yang masih termasuk kategori papan partikel kerapatan rendah/ringan. Pada kedua suhu tersebut masing-masing PPKTP-br (A) dan (B) memiliki nilai KA (4.91;3.38%), PT24j (2.87;1.25%), PA24j (11.79;8.95%), MoR (50.57;84.25 kg/cm2), MoE (14128.80;20793.26 kg/cm2), dan KTTLP (0.98;0.81 kg/cm2), dimana beberapa xii sifat-sifat mekanis PPKTP-br (B) (MoR dan MoE) memenuhi persyaratan standar SNI 03-2105-2006 (Tipe 8). Namun, penggunaan suhu pengempaan yang melebihi 200 °C dengan waktu pengempaan 20 menit dan tekanan 30 kg/cm2 tidak digunakan dalam pembuatan PPKTP-br (A) dan (B) karena menyebabkan beberapa titik-titik/spots permukaan papan menjadi hangus. SEM-EDX. Mikrograf SEM dari permukaan dan penampang lintang PPKTP-br (A) dan (B) memperlihatkan bahwa dengan semakin meningkatnya suhu pengempaan, ikatan antara partikel-partikel kulit semakin kompak dan padat, serta permukaan papannya semakin halus yang mendukung adanya peningkatan sifat-sifat fisik dan mekanis PPKTP-br (A) dan (B) yang dibuat pada suhu pengempaan tinggi (200 °C). Dari pemetaan EDX menunjukkan kedua jenis papan terdiri dari unsur utama Karbon dan Oksigen sama seperti pada serat kayu yang berkaitan dengan bahan lignoselulosa. Unsur anorganik tidak ada pada PPKTP-br (A) yang dibuat pada suhu pengempaan tinggi (180 dan 200 °C), sementara hanya unsur Klorin yang ada pada PPKTP-br (B) yang dibuat dari keempat suhu pengempaan. Hasil mikrograf SEM permukaan PPKTP-br (A) dan (B) dari suhu pengempaan 200 °C mendukung bahwa lignin mengalami pelunakan dan mengalir (flow). Sifat-sifat kimia PPKTP-br (A) dan (B). Analisis konvensional memperlihatkan suhu pengempaan mempengaruhi sifat-sifat kimia PPKTP-br (A) dan (B). Terdapat kecenderungan holoselulosa dan alfa selulosa menurun seiring naiknya suhu pengempaan, sedangkan lignin Klason dari papan yang dikempa pada 200 °C secara nyata lebih tinggi dari bahan baku asal. Secara umum, terdapat kecenderungan kadar ekstraktif alkohol-benzena, ekstraktif diklorometana, kelarutan dalam air panas, dan kelarutan dalam NaOH 1% dari papan yang dikempa pada 180 dan 200 °C secara nyata lebih tinggi dari bahan baku asal, kecuali untuk kadar ekstraktif diklorometana pada PPKTP-br (B). Spektrum FTIR memperlihatkan perubahan pita serapan antara bahan baku dan PPKTP-br (A) dan (B) yang dibuat dengan suhu pengempaan yang berbeda lebih terlihat hanya pada intensitas serapan. Kromatogram Pyr-GCMS memperlihatkan penurunan konsentrasi relatif levoglukosan pada PPKTP-br (A) dan (B) yang dikempa pada 140-200 °C. Senyawa kelompok turunan furan muncul pada suhu pengempaan tinggi. Kemunculan senyawa baru produk monomer turunan lignin sangat sedikit sekali pada suhu 200 °C hanya homovanillic acid yang ditemukan pada PPKTP-br (A). Berkaitan dengan adanya grup senyawa lemak, senyawa alifatik seperti hexadecanoic acid (zat seperti lilin) masih ditemukan pada kedua jenis papan yang dibuat dengan suhu pengempaan 200 °C. Perubahan kimia memang sedikit terjadi pada PPKTP-br (A) dan (B). Polimerisasi dan degradasi kemungkinan terjadi. Tampaknya pelunakan lignin masih menjadi faktor dominan pada suhu kempa 200 °C. Konduktivitas termal PPKTP-br (A) dan (B). PPKTP-br (A) dan (B) yang masing-masing memiliki kerapatan 0.55 g/cm3 dan 0.54 g/cm3 dari suhu pengempaan 200 °C mempunyai nilai konduktivitas termal masing-masing 0.14 dan 0.11 W/m∙K; Nilai tersebut masih dapat dipertimbangkan sebagai bahan insulasi bangunan, seperti panel insulasi dekoratif. Hal ini didukung dengan permukaan papan yang halus, stabilitas dimensi yang baik, walaupun kekuatannya rendah, namun memadai untuk tujuan penggunaan tersebut. Dari keseluruhan hasil-hasil penelitian tahap 2 disimpulkan bahwa PPKTP-br dapat dihasilkan dari LKG dan KG dengan suhu kempa 200 °C, yang memiliki nilai konduktivitas termal masih sesuai untuk bahan insulasi termal bangunan, memiliki nilai pengembangan tebal yang baik memenuhi standard SNI 03-2105-2006, tetapi sifat-sifat mekanisnya masih rendah belum memenuhi persyaratan SNI 03-2105-2006 (Tipe 8), namun demikian cukup memadai untuk xiii aplikasi sebagai panel insulasi dekoratif. Hasil penelitian Tahap 3 memperlihatkan bahwa ukuran partikel memiliki pengaruh nyata hanya pada kerapatan dan KA PPKTP-br (A) dan KA PPKTP-br (B). Sementara PT24j dan PA24j kedua jenis papan tidak dipengaruhi secara nyata. Nilai PT24j dan PA24j tersebut menurun dengan meningkatnya ukuran partikel pada kedua jenis papan. Semua sifat fisik kedua jenis papan (kerapatan, KA, dan PT24j) dari semua perlakuan ukuran partikel memenuhi persyaratan SNI 03-2105-2006 untuk semua tipe papan partikel. Semua nilai PA24j PPKTP-br (A) dari semua perlakuan ukuran partikel memenuhi persyaratan Standar FAO (1966) untuk penyerapan air 20-75%. Sementara nilai PA24j PPKTP-br (B) dari ukuran partikel halus memenuhi kisaran standar FAO tersebut, sedangkan untuk ukuran partikel kasar, medium, dan campuran bahkan nilainya lebih rendah dari persyaratan penyerapan air minimum 20% standar FAO (1966). Untuk sifat-sifat mekanis PPKTP-br (A), yaitu KTTLP dan MoR dipengaruhi secara nyata oleh ukuran partikel, sedangkan pada PPKTP-br (B), yaitu MoR dan MoE. PPKTP-br (A) yang dibuat dari partikel kasar dan campuran mempunyai sifat-sifat mekanis (KTTLP, MoR, dan MoE) lebih baik daripada partikel halus. Sementara, pada PPKTP-br (B), sifat-sifat mekanis yang terbaik dihasilkan dari partikel kasar untuk KTTLP dan MoR, kecuali untuk MoE, yang terbaik dari partikel halus. Namun sifat-sifat mekanis terbaik yang dihasilkan pada penelitian tahap ini, tidak ada satupun yang memenuhi standar SNI 03-2105-2006 (Tipe 8). SEM-EDX. mikrograf SEM permukaan dan penampang melintang PPKTP-br (A) dan (B) yang dibuat dari ukuran partikel kasar dan campuran menunjukkan pengepakan yang lebih padat dan kontak yang lebih dekat antara partikel- partikel, yang memberikan kontribusi positif pada sifat-sifat fisik dan mekanis. Pemetaan EDX dari kedua jenis papan memperlihatkan unsur Karbon dan Oksigen dengan persentase yang tinggi dan unsur anorganik Klorin dalam persentase kecil ditemukan hampir pada semua papa
    corecore