15 research outputs found

    Imperative Speech in The Collection of Stories of Kritikus Adinan By Budi Darma: A Pragmatic Study

    Get PDF
    This research aimed to obtain the information about the imperative speech in a collection of stories of Kritikus Adinan by Budi Darma. This study was conducted in April to July 2019. The focus of this research was the speech that seen from the construction of speech and the imperative pragmatic meaning in the collection of stories entitled Kritikus Adinan that written by Budi Darma. The method used in this study is a qualitative descriptive method. The instruments used are data analysis tables consisting of context, speech, construction speech, pragmatic meaning imperatives, and analysis. The results obtained from 238 analysis of speech data, there are 81.93% (195) speech that has imperative pragmatic meanings which consist of (1) imperative pragmatic meanings of command, (2) imperative pragmatic meanings of the orders, (3) imperative pragmatic meanings of the request, (4) imperative pragmatic meanings of petition, (6) imperative pragmatic meanings of the urge, (5) imperative pragmatic meanings of persuation, (7) imperative pragmatic meanings of exhortation, (8) imperative pragmatic meanings of the cross, (9) imperative pragmatic meanings of invitation, (10) imperative pragmatic meanings of request for permission, (11) imperative pragmatic meanings of permit, (12) imperative pragmatic meanings of prohibition, (13) imperative pragmatic meanings of hope, (14) imperative pragmatic meanings of the swearing, (15) imperative pragmatic meanings the provision of congratulations, (16) imperative pragmatic meanings of the suggestion, (17) imperative pragmatic meanings of ngelulu. The frequency of occurrence of speech with the pragmatic significance of the greatest imperative is the speech which has the pragmatic meaning of the command and the orders are 13.3% (26). The frequency of occurrence of speech with the pragmatic meaning of the smallest imperatives is the speech which has the pragmatic meaning imperatives of the greeting of the congratulation is 0.5% (1). The results of this study can be implied in teaching Bahasa Indonesia for students through the use of the imperatives in KD 3.19 which demands the students to analyze the content and the linguistic of drama script that read or watched and KD 4.19 that demands the students to demonstrate a drama script by observing its contents and its specifications in the XI grade of senior high school.   Keywords: pragmatic, imperative speech, collection of stories     Abstrak   Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang ujaran imperatif dalam kumpulan cerita Kritikus Adinan karangan Budi Darma. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga bulan Juli 2019. Fokus penelitian ini adalah ujaran yang dilihat dari konstruksi ujaran dan makna pragmatik imperatifnya pada kumpulan cerita Kritikus Adinan karangan Budi Darma. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Instrumen yang digunakan berupa tabel analisis data yang terdiri atas konteks, ujaran, konstruksi ujaran, makna pragmatik imperatif, dan analisis. Hasil yang diperoleh dari 238 data ujaran hasil analisis, terdapat 81,93% (195) ujaran yang memiliki makna pragmatik imperatif. Dari 195 ujaran, 61% (119) ujaran diwujudkan dalam konstruksi imperatif, 25,1% (49) ujaran diwujudkan dalam konstruksi deklaratif, dan 13,84% (27) ujaran diwujudkan dalam konstruksi interogatif.  Dari 195 ujaran yang memiliki makna pragmatik imperatif, terdapat ujaran yang memiliki makna pragmatik imperatif yang terdiri atas (1) makna pragmatik imperatif perintah, (2) makna pragmatik imperatif suruhan, (3) makna pragmatik imperatif permintaan, (4) makna pragmatik imperatif permohonan, (5) makna pragmatik imperatif desakan, (6) makna pragmatik imperatif bujukan, (7) makna pragmatik imperatif imbauan, (8) makna pragmatik imperatif persilaan, (9) makna pragmatik imperatif ajakan, (10) makna pragmatik imperatif permintaan izin, (11) makna pragmatik imperatif mengizinkan, (12) pragmatik imperatif larangan, (13) makna pragmatik imperatif harapan, (14) makna pragmatik imperatif umpatan, (15) makna pragmatik imperatif pemberian ucapan selamat, (16) makna pragmatik imperatif anjuran, dan (17) pragmatik imperatif ngelulu. Frekuensi kemunculan ujaran dengan makna pragmatik imperatif terbesar ialah ujaran yang memiliki makna pragmatik imperatif perintah dan suruhan yaitu 13,3% (26). Frekuensi kemunculan ujaran dengan makna pragmatik imperatif terkecil ialah ujaran yang memiliki makna pragmatik imperatif pemberian ucapan selamat yaitu 0,5% (1). Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa melalui penggunaan ujaran imperatif dalam KD 3.19 yang meminta siswa untuk menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton dan KD 4.19 yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan memerhatikan isi dan kebahasaannya di kelas XI SMA/MA.   Kata Kunci: pragmatik, ujaran imperatif, kumpulan cerit

    PEMBELAJARAN ASPEK TATA BAHASA DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA

    Get PDF
    Some time ago language teaching was faced with the choice of whether to focus on teaching the use of language (language use) or focusing on 'language form teaching. That means there are two opinions on how language teaching should be done to improve language skills. Some approaches in language teaching in favor of language skills concepts that lead to 'communicative proficiency' recommend the importance of understanding the form and grammar words to facilitate student communication skills. Grammar dimensions are linked to functions as a means of good language use. The rules or rules contained in the language will guide people to the use of language that is not only good but also true. Various perspectives that have been mentioned previously reinforce the conclusion that the learning of the word form and the rules or the rules of language contribute to the functioning of Bahasa Indonesia lessons. For that reason, in the development of Indonesian language teaching materials, we also incorporate the aspects of linguistic form and language rules. To formulate the grammatical concept we must take into account and place it appropriately both in the language structure and in the use of communication. The grammar formulas in the language used include three levels of subscript, syntactic (sentential), and suprasentential level. Subsentential is how a word is formed and functioned in a sentence. Sentential is how the position of the words in the sentence, and the patterns of the words are in the form of sentences. Suprasentential is how to display the word form in an appropriate discourse. Keywords: communicative proficiency, grammatical aspects, language thinking tools, subsentential, sentential, and suprasentential   Abstrak Beberapa waktu silam pengajaran bahasa dihadapkan pada pilihan apakah akan fokus mengajarkan penggunaan bahasa (language use) atau akan berfokus pada`pengajaran bentuk bahasa.  Artinya ada dua pendapat  tentang bagaimana pengajaran bahasa  harus  dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa. Beberapa pendekatan dalam pengajaran bahasa berpihak pada konsep keterampilan berbahasa yang mengarah pada ‘communicative proficiency’ merekomendasi pentingnya pemahaman bentuk kata dan tatabahasa  untuk memperlancar kemampuan berkomunikasi siswa. Dimensi tata bahasa dihubungkan dengan fungsi sebagai sarana pemakaian bahasa yang baik. Aturan atau kaidah yang terdapat dalam bahasa akan menuntun orang menghasilkan pemakaian bahasa yang tidak saja baik tetapi juga benar. Berbagai sudut pandang yang telah dikemukakan sebelumnya memperkuat kesimpulan bahwa pembelajaran bentuk kata dan aturan atau kaidah bahasa menyumbang dalam  memfungsikan pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk alasan itulah dalam pengembangan  bahan ajar bahasa Indonesia juga memasukkan aspek kebahasaan berupa bentuk kata dan aturan/kaidah bahasa.Untuk merumuskan konsep tata bahasa kita harus memperhitungkan dan menempatkan secara tepat  baik dalam struktur  bahasa  maupun dalam penggunaan komunikasi. Rumusan tata bahasa dalam bahasa yang digunakan mencakup tiga  tataran  yaitu tataran  morfologi (subsentential),  tataran sintaksis (sentential), dan tataran wacana (suprasentential). Subsentential adalah  bagaimana sebuah kata dibentuk dan difungsikan dalam kalimat. Sentential adalah bagaimana kedudukan kata kata dalam kalimat, dan pola-pola  pengguanannya dalam bentuk kalimat. Suprasentential adalah  bagaimana menampilkan bentuk kata dalam sebuah wacana yang sesuai. Kata kunci: communicative proficiency, aspek tata bahasa, bahasa alat berpikir, subsentential, sentential, suprasententia

    Aspek Tata Bahasa dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Sesuai Kurikulum Sekolah Menengah Pertama (Suatu Penelitian Analisis Isi)

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah menemukan dan menjelaskan aspek tata bahasa dalam buku teks Bahasa Indonesia sesuai Kurikulum SMP. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan analisis isi kajian kebahasaan untuk pengajaran. Data penelitian yang mencakup aspek komponen tata bahasa (dimensi kebahasaan), aspek penempatan tata bahasa untuk mengembangkan kompetensi komunikatif, dan aspek penyajian tata bahasa sebagai dimensi pembelajaran tata bahasa, dikumpulkan melalui tahapan pengidentifikasian, pengkodean, dan pengklasifikasian. Analisis dan interpretasi data menunjukkan bahwa komponen sintaksis paling banyak ditemukan dalam buku teks. Satuan sintaksis kalimat berupa struktur kalimat tunggal/majemuk, kalimat aktif/pasif, kalimat verbal/nonverbal, kalimat verbal transitif, dan kalimat intransitif, dianggap penting untuk menyusun kalimat dibandingkan pelafalan baku dan fonemik dalam komponen fonologi, pembentukan kelas kata dalam komponen morfologi, pilihan kata pada komponen semantik, dan pengembangan paragraf dalam komponen wacana. Untuk mengembangkan kompetensi komunikatif, tata bahasa dalam kompetensi gramatikal berupa kemampuan menyesuaikan aturan bahasa sesuai teori linguistik (phonology/graphology, vocabulary, morphology, syntax) paling banyak ditempatkan dibandingkan dengan penempatan dalam kompetensi sosiolinguistik, kompetensi wacana, dan kompetensi strategis. Penyajian sesuai konteks di dalam bentuk latihan mengulang (repetitif) konsep yang sudah ada di materi uraiannya merupakan penyajian aspek tata bahasa yang paling banyak ditemukan dibandingkan dengan aspek induktif/deduktif, aspek pengintegrasian, dan aspek materi penilaian

    Vocabulary Language and Discourse Competence as a Model for Semantic Course Syllabus in Indonesian Language and Literature Education Study Program

    Get PDF
    This study will develop a syllabus model for the Indonesian Semantics course in the Indonesian Language and Literature Education Study Program. This research is part of research on the syllabus model for the Indonesian Semantics course in the Indonesian Language and Literature Education Study Program. Preliminary research, analyzing the syllabus of Sematic courses from several universities that teach the same study. The description of the study material for the Semantics course is based on a descriptive analysis with a content analysis study of the various contents of the study material in the Indonesian semantic syllabus in several Indonesian Language and Literature Education Study Programs. The results of this content analysis describe the study material for the scope of the Semantics course in the syllabus, namely the general concept of meaning (38%) and the definition of meaning (37%); types of lexical meaning (62%), the concept of relation meaning synonyms, antonyms, hyponyms (40%); the concept of the meaning component (14%); the concept of the meaning field (67%); the concept of changing meaning (50%), implicit semantic and syntactic compatibility (50%), semantic and pragmatic compatibility are not explicitly studied (100%); based on Semantic study materials as linguistic vocabulary that are less espouse towards diction mastery and vocabulary teaching are predicted to show less espouse for the formation of discourse competence (30%). Discourse competence is the pedagogic goal of semantic concept study materials as linguistic vocabulary.   Abstrak   Penelitian ini akan mengembangkan model silabus mata kuliah Semantik Bahasa Indonesia di Prodi Pendididkan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penelitian ini sebagai bagian rangkaian penelitian model silabus mata kuliah Semantik Bahasa Indonesia di Prodi Pendididkan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penelitian awal, menganalisis silabus mata kuliah Semantik dari beberapa perguruan tinggi yang mengajarkan kajian yang sama. Deskripsi bahan kajian mata kuliah Semantik didasarkan pada analisis deskriptif dengan kajian content analysis terhadap berbagai isi bahan kajian dalam silabus semantik bahasa Indonesia yang ada di beberapa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fokus dan objek penelitian berkenaan dengan aspek kebahasaaan kosakata berdasarkan kajian semantik. Hasil analisis isi ini mendeskripsikan bahan kajian ruang lingkup mata kuliah Semantik dalam silabus adalah konsep umum makna (38%) dan definisi makna (37%); jenis makna leksikal (62%), konsep relasi makna sinonim, antonim, hiponim (40%); konsep komponen makna (14%); konsep medan makna (67%); konsep perubahan makna (50%), kesesuaian semantik dan sintaksis secara implisit (50%), kesesuaian semantik dan pragmatik tidak dijadikan bahan kajian secara eksplisit (100%); berdasarkan bahan kajian semantic sebagai kebahasaan kosakata yang kurang mendukung ke arah penguasaan diksi dan pengajaran kosakata diprediksi menunjukkan kurang mendukung pembentukan kemahirwacanaan (30%). Kemahirwacanaan adalah tujuan pedagogik dari bahan kajian konsep semantik sebagai kebahasaan kosakata

    Penerapan Model Group Investigation dan Media Gambar Peristiwa dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis

    Get PDF
    Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam tiga siklus yang setiap siklusnya memiliki empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas VIIE SMP Negeri 7 Jakarta tahun ajaran 2022/2023 yang berjumlah 30. Adapun objek dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis teks berita dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan model group investigation (GI) dan media gambar peristiwa. Hasil penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) dan media gambar peristiwa dapat meningkatkan keterampilan menulis teks berita pada peserta didik kelas VII E SMP Negeri 7 Jakarta. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik yaitu 61 pada prettest, 71 pada siklus I, 78 pada siklus II, dan 88 pada siklus III. Persentase peningkatan nilai rata-rata peserta didik pada siklus I yaitu sebesar 16%, siklus II sebesar 10%, dan siklus III sebesar 12%

    Improving The Competency of Elementary's Teachers at Cileungsi in Preparing Merdeka Belajar Lesson Plan (RPP) Based on Characters and 21st Century Skills

    Get PDF
    Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) ini berangkat dari permasalahan ketidaktahuan para guru terhadap konsep Kurikulum Merdeka Belajar dan implementasinya. Kegiatan P2M ini bertujuan meningkatkan kompetensi guru SD di Desa Cinyosog, Cileungsi dalam menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Merdeka Belajar berbasis karakter dan keterampilan abad ke-21. Peningkatan kompetensi ini dilakukan melalui kegiatan sosialisasi mengenai RPP Merdeka Belajar berbasis karakter dan keterampilan abad ke-21, kemudian Pelatihan Penyusunan RPP Merdeka Belajar Berbasis karakter dan Keterampilan Abad ke-21 bagi Guru SDN 01 Cinyosog secara luring dan daring. Kegiatan P2M ini diikuti 14 guru di SDN Cinyosog 01 Cileungsi. Pelatihan ini membekali dengan konsep Merdeka Belajar berbasis karakter dan keterampilan abad ke-21, kemudian menyusun RPP. RPP ini dikaitkan dengan Kurikulum 2013 SD yang berlaku di saat pandemi Covid-19, yaitu RPP Merdeka Belajar dengan penyederhanaan KI-KD di struktur kurikulumnya, serta penyederhanaan komponen dalam RPP. RPP tersebut meliputi tiga komponen, yaitu tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran yang disajikan berbasis karakter dan keterampilan abad ke-21. Produk kegiatan pelatihan ini adalah kumpulan RPP yang disusun para guru SDN Cinyosog 01 Cileungsi dan video kegiatan Pelatihan Penyusunan RPP Merdeka Belajar Berbasis Karakter dan Keterampilan Abad ke-21 yang diunggah di kanal Youtube Prodi PBSI FBS UNJ.This Community Service Activity (P2M) departs from the problems of teachers' ignorance of the concept of the Merdekan Belajar’s Curriculum and its implementation. This P2M activity aims to improve the competence of elementary school teachers in Cinyosog Village, Cileungsi in compiling a Learning Implementation Plan (RPP) for Merdeka Belajar based on characters and 21st century skills. This competency enhancement was carried out through socialization activities regarding RPP Merdeka Belajar based on characters and 21st century skills, then Training on Preparation for the Merdeka Belajar’s RPP based on the Character and Skill of 21st Century for Teachers of SDN 01 Cinyosog by offline and online. This P2M activity was attended by 14 teachers at SDN Cinyosog 01 Cileungsi. This training provided the concept of Merdeka Belajar based on characters and 21st century skills, then compiled RPP. This RPP is linked to the 2013 SD Curriculum that was applicable during the Covid-19 pandemic, namely the Merdeka Belajar’s RPP with simplification of KI-KD in the curriculum structure, as well as simplifying the components in the RPP. The lesson plan includes three components, namely learning objectives, learning steps, and evaluation of the learning presented based on the characters and skills of the 21st century. The product of this training activity is a collection of lesson plans compiled by the teachers of SDN Cinyosog 01 Cileungsi and videos of the training activities for the Merdeka Belajar’s RPP based on the Characters and Skills of the 21st Century which was uploaded on the Youtube channel of the PBSI FBS UNJ Study Program

    ANALISIS FONOLOGI PADA ANAK DOWN SYNDROME USIA 10 TAHUN (STUDI KASUS) DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA TEKS DESKRIPSI TEMATIK DI SLB

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang bentuk-bentuk penyimpangan yang terdapat pada ujaran anak down syndrome usia 10 tahun serta implikasinya terhadap keterampilan berbicara teks deskripsi. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus kualitatif dengan metode deskriptif yang terdiri atas metode simak dan cakap. Fokus analisis penelitian ini adalah pola bunyi atau ujaran pada tuturan anak down syndrome usia 10 tahun. Hasil analisis data menunjukkan bahwa data dengan hasil yang paling tertinggi, yaitu terdapat pada penghilangan fonem (omisi) sebanyak 59%. Penggantian fonem (substitusi) sebanyak 18%, penambahan fonem (adisi) sebanyak14%, dan ketidakteraturan berbahasa (distorsi) sebanyak 9%. Penghilangan fonem menjadi pembahasan yang terbanyak, karena sebagai bentuk penyederhanaan fonem, anak tersebut mengujarkan bunyi-bunyi bahasa tidak hanya terjadi pada fonem saja, tetapi terjadi pada beberapa fonem dalam satu kata. Implikasi pada penelitian ini, terdapat pada materi teks deskripsi dengan pendekatan kontekstual pada kelas VI SLB KD 3.2 dan 4.2 serta dapat diimplikasikan bagi pembelajaran dalam bidang linguistik, khususnya di bidang fonologi, yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya, seperti menyelidiki sistem fonem dari suatu bahasa, menelaah tentang cara bunyi berproses ketika membentuk sebuah kata atau frasa

    Fostering Intercultural Understanding and Environmental Consciousness in Maritime Education

    Get PDF
    Maritime education stands at the crossroads of an international industry, necessitating the preparation of cadets who are not only technically proficient but also culturally competent and environmentally conscious. This research delves into the integration of intercultural understanding, environmental perspectives, and English Language Education (ELE) within the English Environment and Habitual English Communication Program (SCCP) at Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran - Jakarta (STIP Jakarta). The study explores the current state of integration, recognising the successes in fostering intercultural understanding and environmental awareness among maritime cadets. Furthermore, it identifies the challenges that require attention, including the need for continuous curriculum development, practical applications, and ongoing language proficiency development. The implications extend to maritime education institutions worldwide, emphasising the importance of cultivating a more holistic and responsive approach to curriculum development. By addressing these challenges and embracing opportunities for improvement, maritime education can better equip cadets to navigate the complexities of the global maritime industry. This research serves as a guide towards a more sustainable and harmonious future in maritime education and the maritime industry

    Pemberdayaan Advertensi Digital Produk UMKM Berbasis Media Sosial Di Kelurahan Bahagia, Babelan, Bekasi

    Get PDF
    Internet has considerable potential as a medium of marketing and commerce, particularly in the field of advertising. Unfortunately, advertising through internet, especially social media in Indonesia has not been optimized. Therefore, UMKM activists need training on the role of digital advertising through social media. The aim of this social responsibility is to provide training on digital advertisement through social media. The output of this activity is to introduce and utilize social media as a medium to develop, expand, and optimize digital advertising that will contribute to increasing UMKM trade.Peran internet berpotensi besar sebagai media pemasaran dan perdagangan terutama dalam periklanan (advertensi). Periklanan melalui internet, khususnya media sosial di Indonesia, belum dimanfaatkan secara maksimal oleh UMKM. Oleh karena itu, pegiat UMKM memerlukan pelatihan peran advertensi digital di media sosial. Tujuan dari pengabdian ini adalah memberikan pelatihan advertensi digital di media sosial. Adapun hasil yang diharapkan agar pegiat UMKM dapat mengenal dan menggunakan media sosial sebagai salah satu media untuk mengembangkan, memperluas, dan mengoptimalkan pemasaran yang berdampak pada peningkatan penjualan UMKM

    Pelatihan Menulis Surat yang Kohesif dan Koheren Berbasis Digital bagi Pelaku UMKM/Karang Taruna

    No full text
    Tujuan kegiatan untuk melatih pelaku UMKM dalam berkomunikasi tulis formal seperti bersurat kedinasan melalui pelatihan berbasis digital. Salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi individual dan menguatkan karakteristik individu dalam kompetensi komukasi dan penguasaan literasi digital untuk menunjang kinerja usahanya. Salah satu kinerja usaha pelaku UMKM adalah kemampuan komunikasi tulis dalam kegiatan persuratan, perijinan, dan proposal. Pembinaan yang diperlukan tentunya dalam bentuk pelatihan yang lebih intensif dan berkesinambungan. Pembinaan dimaksud adalah pelatihan yang berkenaan dengan kemampuan berbahasa tulis melalui persuratan, perijinan, dan bentuk proposal menggunakan sarana digital, yang dibatasi pada pelaku UMKM di kelurahan Bahagia, Babelan, Bekasi. Metode yang akan dilakukan dalam pelaksanaan program ini melalui daring dan luring dalam empat tahapan, yaitu: 1) pemaparan mengenai pentingnya kemampuan keterampilan berbahasa tulis untuk mencapai tujuan komunikasi bahasa, 2) pembahasan mengenai berbagai kaidah bahasa yang kohesif dan koheren, 3) para pelaku UMKM melakukan praktek berbahasa tulis menyusun surat sesuai konteks kedinasan dan bidang usaha melaui kegiatan menyunting untuk tujuan memperbaiki maksud tujuan komunikasi bahasa surat, 4) kegiatan pendampingan dan refleksi praktek bersurat dan berbahasa yang koheren dan kohesif secara luring
    corecore