39 research outputs found

    Penyutradaraan Film Pendek Bisu "PANTOMIME"

    Get PDF
    Film pendek memiliki banyak genre mulai drama cerita, documenter, kartun, bisu, animasi, boneka, stop-motion, dll, dengan waktu yang pendek. Film ANTOMIME bergenre bisu atau silent movie. Dalam proses pembuatan film pendek ini penulis mengkhususkan pada proses penyutradaraannya. Laporan proyek akhir ini akan menguraikan teori-teori tugas-tugas sutradara di berberapa tahapan proses, yaitu pada tahap Pra Produksi, Produksi dan Pasca Produksi. Pada tahap akhir, dilakukan evaluasi terhadap proses dan produk dari proyek akhir ini dari sisi penyutradaraan. Film pendek ini bercerita tentang perjalanan Anto yang berjuang mencari pekerjaan, dengan banyak rintangan yang harus dia lalui dan pada akhirnya dia mengandalkan bakat yang ada pada dirinya untuk menciptakan pekerjaan sendiri yaitu pantomime. Film tersebut diharapkan dapat menggugah masyarakat yang belum mengoptimalkan bakat yang ada dalam diri untuk semakin diasah dan dapat membuka lowongan pekerjaan bagi dirinya sendiri ataupun bagi orang lain dan tidak mudah putus asa saat tidak mendapatkan pekerjaan diinstansi. Film pendek bisu yang berdurasi 15menit ini dikemas secara ringan dan unik, agar para penonton tidak bosan dan dapat mengambil makna dari cerita ini dengan mudah

    Profil Penalaran Aljabar Siswa SMA yang Memiliki Kecerdasan Linguistik dan Logis-Matematis dalam Memecahkan Masalah Matematika

    Get PDF
    In learning algebra, students must have understanding about algebraic symbols and the meaning of equality and inequality, these abilities can be explored in algebraic reasoning which includes skills in finding patterns, recognizing patterns, and generalizing patterns. One way that teachers can carry out in order to develop students’ algebraic reasoning is through problem solving. Problem solving used to develop students’ algebraic reasoning is algebraic problem solving. Algebraic reasoning skills and problem solving for students are influenced by the intelligence possessed by students. Gardner identifies intelligence consisting of 8 intelligences, two of which are linguistic and logical-mathematical intelligence. This study attempt to describe the algebraic reasoning profile of high school students who have linguistic intelligence and logical-mathematical intelligence in solving mathematical problems. This research uses a qualitative approach. This research was conducted in class XI-1 of SMAN 7 Surabaya in the academic year 2018/2019. The subject of this study consisted of 2 students with different types of intelligence. The results showed that each student meets algebraic reasoning indicators. Student who have linguistic intelligence write answers completely but not detailed, but when explaining what is written on the answer sheet, the student explains in detail by using her own words. While student who have logical-mathematical intelligence write answers completely and in detail, but when the student explains what is written on the answer sheet, the student explains it in her own words but not in detail

    CRITICAL THINKING PROFILE OF HIGH SCHOOL STUDENTS IN SOLVING WORD PROBLEMS IN THE MATERIALS OF COMPOSITION AND INVERS FUNCTION BASED ON MATHEMATICAL ABILITIES

    Get PDF
    Many students tend to be trained to do mathematical calculating rather than mathematical thinking. Basicly, mathematical thinking was related to critical thinking, which is a high-level thinking ability. Thus, mathematical problem that suitable for this research is word problem. The materials chosen were composition and invers function because it requires mathematical modeling in solving process that leads students to have critical thinking processes. The purpose of this research is to describe the critical thinking profile of high school students in solving word problems in the materials of composition and invers function based on critical thinking indicators such as clarification, assessment, inference, and strategies that appear in each stage of Polya’s problem solving. The type of this research is qualitative descriptive by using test and interview methods. The subjects of this research consist of three students determined by high, medium, and low levels mathematical abilities. The results showed that critical thinking profile of student with high-level mathematical ability was write the answers on the blank paper first. While, student with medium-level mathematical ability was compare the completion between using function and not. Compared with them, student with low-level mathematical ability had many difficulties to through the critical thinking indicators. Keywords: critical thinking profile, word problems, composition and invers function, mathematical abilities

    Profil Komunikasi Matematis Tulis Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika

    Get PDF
    Abstrak Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan di Indonesia. Komunikasi menjadi salah satu tujuan dalam standar pendidikan. Komunikasi merupakan salah satu standar kemampuan dasar dalam NCTM. Kemampuan komunikasi matematis siswa berkaitan dengan kemampuan matematis siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan profil komunikasi tulis siswa dengan tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah dalam memecahkan masalah matematika SMP pada materi bangun ruang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan metode tes dan wawancara. Subjek yang digunakan dalam penelitian adalah tiga siswa yaitu satu siswa dengan kemampuan matematis tinggi, satu siswa dengan kemampuan matematis sedang, dan satu siswa dengan kemampuan matematis rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa berkemampuan matematika tinggi mampu menyatakan informasi-informasi yang diberikan dalam permasalahan dalam bentuk matematika berupa gambar, simbol, ataupun secara aljabar, mampu menggunakan istilah atau simbol matematika untuk menyajikan masalah dengan tepat, mampu membuat model matematika untuk menyatakan konsep matematika dan solusinya, serta mampu membuat kesimpulan untuk menyatakan hasil. Siswa dengan kemampuan matematika sedang tidak mampu menyatakan informasi yang diberikan dalam bentuk gambar maupun simbol matematika, mampu menggunakan istilah atau simbol matematika dengan tepat, mampu membuat model matematika untuk menyatakan konsep dan mampu membuat kesimpulan untuk menyatakan hasil. Siswa berkemampuan rendah kurang mampu menyatakan informasi dalam gambar maupun simbol matematika, mampu menggunakan istilah atau simbol matematika dengan tepat, tidak mampu membuat model matematika, dan tidak mampu membuat kesimpulan untuk menyatakan hasil. Kata Kunci: Komunikasi Matematis Tulis, Pemecahan Masalah Matematika, Kemampuan Matematika. Abstract Communication has important role in Education in Indonesia. Communication is one of Education’s goal. Communication is also one of basic ability standard in NCTM. Student’s communication ability are related to Student’s mathematical ability. The aims of this research is to describe the written communication profile of students with high, medium, and low ability in solving junior high school mathematics problem on material of geometry. This is a qualitative research using test and interview methods. The subjects used in this research were three junior high school students, they are one student with high ability, one student with medium ability, and one student with low ability. The result of the research showed that students with high mathematical ability were able to express the information given in problems in mathematical form like image, symbols, or algebraically, able to use mathematical symbol to present problems correctly, able to make mathematical models to express mathematical concept and solution, and able to make conclusion of the result. Students with medium mathematical abilities are unable to express information given in the form of images or mathematical symbols, are able to use mathematical terms or symbols appropriately, are able to make mathematical models to express concepts and are able to make conclusions to express results. Low-ability students are unable to express information in images or mathematical symbols, are able to use mathematical terms or symbols correctly, are unable to make mathematical models, and are unable to draw conclusions to express results. Keywords: Written Mathematical Communication, Solving Mathematical Problems, Mathematical ability

    PENALARAN ANALOGI SISWA SMA KELAS XI DALAM MEMECAHKAN MASALAH BARISAN DAN DERET DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF

    Get PDF
    Abstrak Penalaran adalah aktivitas berpikir yang dapat menghasilkan kesimpulan berdasarkan pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan sebelumnya. Salah satu kemampuan bernalar yang dikembangkan selama pembelajaran matematika adalah penalaran analogi. Penalaran analogi adalah aktivitas berpikir yang dapat menghasilkan kesimpulan dengan membandingkan dua hal yang berbeda yang hanya memperhatikan kesamaan saja. Penalaran analogi berperan penting dalam membentuk perspektif dan menemukan pemecahan masalah. Dalam proses pemecahan masalah akan membutuhkan penalaran. Salah satu hal yang mempengaruhi penalaran yaitu kecepatan dalam menerima dan mengolah informasi. Ditinjau dari gaya kognitif, kecepatan menerima informasi dibedakan menjadi dua yaitu gaya kognitif impulsif dan gaya kognitif reflektif. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan penalaran analogi siswa SMA Kelas XI dalam memecahkan masalah barisan dan deret yang bergaya kognitif reflektif-impulsif. Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif dengan pendekatan kualitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen gaya kognitif Matching Familiar Figure Test (MFFT), instrumen tes penalaran analogi dalam memecahkan masalah, serta pedoman wawancara. Subjek yang diambil terdiri atas satu siswa bergaya kognitif reflektif serta satu siswa bergaya kognitif impulsif dengan jenis kelamin sama serta kemampuan matematika yang setara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penalaran analogi dalam memecahkan masalah gaya kognitif reflektif-impulsif pada tahap Encoding, Inferring, Mapping, dan Applying berbeda-beda aktivitasnya. Pada tahap Encoding, subjek reflektif mengidentifikasi informasi yang diketahui dan ditanya secara jelas dan rinci serta waktu yang dibutuhkan untuk memahami maksud soal relatif singkat, sedangkan subjek impulsif mengidentifikasi informasi yang diketahui dan ditanya secara garis besar serta membutuhkan waktu lebih lama dalam memahami maksut masalah yang diberikan. Pada tahap Inferring, subjek reflektif menjelaskan ide atau cara dengan konsep matematika yang didapat sebelumnya secara jelas dan benar, sedangkan subjek impulsif kurang berhati-hati dalam pemilihan cara pada penyelesaian masalah. Pada tahap Mapping, subjek reflektif mengidentifikasi hubungan antara masalah sumber dan masalah target, merelasikan ide atau cara yang bersesuaian dari masalah sumber ke masalah target, sedangkan subjek impulsif kurang teliti dalam merelasikan ide atau cara yang bersesuaian antara masalah sumber dan masalah target. Pada tahap Applying, subjek reflektif memeriksa kembali pekerjaan pada masalah target secara umum berdasarkan informasi penting yang ada pada soal, sedangkan subjek impulsif kurang teliti dalam memeriksa kembali pekerjaan pada masalah target sehingga jawaban kurang akurat. Kata kunci: penalaran, penalaran analogi, pemecahan masalah, gaya kognitif, reflektif-impulsif. Abstract Reasoning is a thinking activity that can produce conclusions based on statements that have been proved before. One of reasoning abilities which is developed during mathematics learning is analogical reasoning. Analogical reasoning is a thinking activity that can produce conclusions by comparing two different things taking into account of the similarities only. Analogical reasoning plays an important role in shaping perspectives and finding the solution of a problem. Reasoning is necessary in problem solving process. One of the factors that affect reasoning is the speed in receiving and processing information. In terms of cognitive style, the speed of receiving information is divided into two types, which are impulsive cognitive style and reflective cognitive style. The purpose of this study is to describe the reasoning analogies of grade eleventh students in solving problems of sequence and series taking into account the students’ reflective or impulsive cognitive styles. This research is a descriptive research with qualitative approach. The instruments used in this research consist of (1) cognitive style Matching Familiar Figure Test (MFFT), (2) question sheet of problem solving in analogical reasoning, and (3) interview guide. The subjects who participated in this study were two eleventh grade students, one with reflective style and one with impulsive style. The subjects that were chosen had the same gender and equivalent mathematics ability. The results show that analogical reasoning in solving the problem of reflective-impulse cognitive style in Encoding, Inferring, Mapping, and Applying stages is different in its activity. The results show that the problem solving of reflective or impulsive subjects has different activities in the steps of Encoding, Inferring, Mapping, dan Applying. During Encoding stage, the reflective student identifies what are given, and what is asked clearly and in detail, and the time required to understand the meaning of the problem is relatively short, while the impulsive type student takes longer time in doing so. At the Inferring stage, the reflective type student explains the ideas or ways clearly and correctly by using mathematical concepts which were previously obtained, whereas the impulsive type student is less careful in determining the ways to solve the problem. At the Mapping stage, the reflective type student identifies the relationship between the source problem and the target problem, correlates the appropriate idea or way of the source problem to the target problem, whereas the impulsive type student is less precise in relating the corresponding idea or way between the source problem and the target problem. At the Applying stage, the reflective type student re-examines the work on the target problem in general based on important information on the problem, while the impulsive type is less thorough in re-examining the work on the target problem, so the answer is less accurate. Keywords: reasoning, analogical reasoning, problem solving, cognitive style, reflective-impulsive

    Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Aljabar Mengacu pada Watson-Glaser Critical Thinking Appraisal

    Get PDF
    Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan 4c harus dimiliki oleh siswa sebagai generasi abad 21. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa SMP dalam menyelesaikan soal aljabar mengacu pada Watson Glaser Critical Thinking Appraisal. Analisis kemampuan berpikir kritis penelitian ini menggunakan kriteria dari Ennis yaitu Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, dan Overview. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan instrumen utama yaitu peneliti sendiri dan instrumen pendukung berupa tes tertulis kemampuan berpikir kritis dan pedoman wawancara. Subjek yang dipilih adalah siswa kelas VII masing-masing satu siswa pada tiap kategori kemampuan berpikir kritis siswa yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa berkategori tinggi memiliki kemampuan berpikir kritis tertinggi dengan memenuhi 6 kriteria yaitu FRISCO pada tiap soal WGCTA dengan hasil sangat kritis. Siswa berkategori sedang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan memenuhi 5 kriteria yaitu FRISC pada soal penarikan kesimpulan dan menafsirkan informasi dengan hasil sangat kritis, 4 kriteria yaitu FISC pada soal asumsi dengan hasil kritis, dan 3 kriteria FRS pada soal deduksi dan menganalisis argumen dengan hasil kritis. Siswa berkategori rendah memiliki kemampuan berpikir kritis terendah dengan memenuhi 2 kriteria yaitu FC pada soal asumsi dengan hasil tidak kritis dan 1 kriteria yaitu F pada soal penarikan kesimpulan, deduksi, menafsirkan informasi, dan menganalisis argumen dengan hasil tidak kritis. Hasil penelitian ini menjadi masukan bagi guru untuk mendorong siswa meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui kegiatan didalam kelas seperti diskusi agar terjadinya interaksi antar siswa dan siswa dengan guru untuk memudahkan siswa mengolah informasi pada soal, serta guru dapat memberikan latihan soal kepada siswa dengan tipe WGCTA seperti penarikan kesimpulan, asumsi, deduksi, menafsirkan informasi, dan menganalisis argumen untuk melatih berpikir kritis siswa. Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Kategori Subjek, FRISCO

    KEMAMPUAN LITERASI STATISTIS SISWA SMA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISTEMATIS DAN INTUITIF

    Get PDF
    Kemampuan seseorang dalam memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan mengomunikasikan data atau statistik disebut sebagai kemampuan literasi statistis yang dapat dipengaruhi oleh gaya kognitif sistematis dan intuitif seseorang dalam memperoleh dan memproses informasi di dalam otaknya. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kemampuan literasi statistis siswa SMA yang memiliki gaya kognitif sistematis dan siswa SMA yang memiliki gaya kognitif intuitif dengan subjek penelitian siswa kelas XII-IPA masing-masing satu siswa pada tiap gaya kognitif. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan instrumen utama penelitian yaitu peneliti sendiri dan instrumen pendukung berupa tes gaya kognitif, tes literasi statistis, dan pedoman wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan literasi statistis siswa SMA yang memiliki gaya kognitif sistematis berada pada kategori baik karena mampu memenuhi 3 (tiga) dari 4 (empat) indikator literasi statistis yang telah ditentukan yaitu siswa mampu memahami data, siswa mampu menginterpretasi data, dan siswa mampu mengomunikasikan data, sedangkan siswa SMA yang memiliki gaya kognitif intuitif berada pada kategori sangat baik karena siswa mampu memenuhi semua indikator literasi statistis yang telah ditentukan yaitu siswa mampu memahami data, siswa mampu menginterpretasi data, siswa mampu mengevaluasi data, dan siswa mampu mengomunikasikan data. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat memberikan soal-soal statistika yang memuat informasi dengan konteks nyata kehidupan sehari-hari beserta penjelasan grafik, tabel, atau diagram namun dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi agar siswa dapat meningkatkan kemampuan literasi statistisnya, serta guru tidak membatasi bagaimana siswa menjawab supaya siswa dapat bekerja secara sistematis dan intuitif sesuai gaya kognitifnya masing-masing

    Profil Komunikasi Matematika Tulis Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Kepribadian Extrovert dan Introvert

    Get PDF
    Communication is important in mathematics learning. This study aims to describe the written mathematics communication profile of junior high school students in solving mathematics problems reviewed from extrovert-introvert personality. The subjects of this study consist of one introvert student and one extrovert student, while the instruments used were the Myers Briggs Type Indicators personality questionnaire, math ability tests, and written mathematics communication tests. The results of this study revealed that introvert student fulfilled the accuracy and completeness aspect at the stage of understanding the problems, devising a plan, and carrying out the plan. Meanwhile, the extrovert students fulfill the accuracy aspect only at the stage of understanding the problem. Besides that, extrovert students fulfill the completeness aspect at the stage of carrying out the plan and looking back. Introvert and extrovert students do not fulfill the fluency aspect. So that introvert students' written mathematics communication is better than extrovert students

    Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP berdasarkan Kecerdasan Linguistik dan Kecerdasan Logis Matematis dalam Menyelesaikan Masalah SPLDV

    Get PDF
    Komunikasi mempunyai peran penting dalam pembelajaran menjadikan komunikasi matematis salah satu standar kompetensi kelulusan dalam bidang matematika. Adapun aspek yang akan diamati pada komunikasi matematis siswa adalah aspek keakuratan, kelengkapan, dan keakuratan dalam menyelesaikan masalah matematika. Selain komunikasi, dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah juga penting untuk diperhatikan. Dalam hal ini seseorang pada umumnya membutuhkan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan analitis dan berpikir logis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP berdasarkan kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis matematis dalam menyelesaikan masalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari dua macam tes yaitu Tes Kecerdasan Majemuk (TKM), Tes Komunikasi Matematis Tulis (TKMT), dan wawancara. Sedangkan subjek penelitian ini terdiri dari dua siswa kelas VIII-G dan VIII-I SMPN 3 Gresik tahun ajaran 2018/2019. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keakuratan komunikasi tulis siswa yang berkecerdasan linguistik akurat pada tiap tahap-tahap pemecahan masalah hanya saja tidak akurat pada penulisan notasi di tahap merencanakan penyelesaian dan menyimpulkan, sedangkan untuk kelengkapan komunikasi tulis siswa lengkap pada tahap memahami masalah dan penulisan notasi pada tahap menyelesaikan masalah, sedangkan  tidak lengkap pada tahap merencanakan penyelesaian dan perhitungan. Siswa berkecerdasan linguistik tidak lancar pada tiga tahap pemecahan masalah dan lancar pada tahap memeriksa kembali. Keakuratan komunikasi lisan siswa bekecerdasan linguistik tidak akurat pada tahap memahami masalah dan memeriksa kembali sedangkan akurat pada tahap merencanakan penyelesaian dan menyelesaikan permasalahan. Kelengkapan komunikasi lisan siswa bekecerdasan linguistic tidak lengkap dalam memahami masalah, menuliskan strategi, dan perhitungan sedangkan lengkap pada penulisan notasi. Siswa  berkecerdasan linguistik lancar dalam komunikasi lisan. Kemudian untuk keakuratan komunikasi tulis siswa berkecerdasan logis matematis dikatakan akurat pada tahap pemecahan masalah hanya saja tidak akurat pada menuliskan hal yang diketahui dan menulis istilah. Kelengkapan siswa berkecerdasan logis matematis tidak lengkap pada merencanakan penyelesaian dan  menuliskan hal yang diketahui akan tetapi, siswa dikatakan lancar dalam komunikasi tulisnya. Pada komunikasi lisan siswa dikatakan akurat, lengkap dan lancar. Kata Kunci: Komunikasi matematis, Kecerdasan Linguistik, Kecerdasan Logis  Matemati

    STATISTICAL LITERACY OF SECONDARY SCHOOL STUDENTS IN SOLVING CONTEXTUAL PROBLEMS TAKING INTO ACCOUNT THE INITIAL STATISTICAL ABILITY

    Get PDF
    Statistical literacy is strongly needed in the 21st century in reading data information, thinking critically and making decisions. The purpose of this study is to describe the statistical literacy abilities of high school students in solving contextual problems taking into account their initial statistical abilities, with the following indicators, Tier 1 (reading & explaining data), Tier 2 (analyzing, interpreting, interpreting critically, and making conclusions), Tier 3 (presenting data and predicting something). This research is a qualitative in nature, using statistical ability test, statistical literacy test, and interview guidelines to collect data. The subjects of this study consist of three female students of grade XII Senior High School, with high, medium and low initial statistical ability categories. The results of this study revealed that (1) The student with high initial statistical abilities can meet the indicators of Tier 1, Tier 2, Tier 3, so that she can be categorized at level 5 to 6 (critical-mathematics critical), (2) The student with medium ability can fulfil the Tier 1 indicator not fulfil the indicators in Tier 2 and Tier 3, so that it can be categorized at level 3 to 5 (Consistent noncritical-Critical), and (3) The students with low abilities can fulfill the indicators of Tier 1 not fulfil the indicators in Tier 2 and Tier 3, so that it can be categorized at level 1 to 3 (Idiosyncratic-Consistent Noncritical). Therefore, it is important for students and teachers to know statistical literacy skills in order to increase their understanding and ability to understand information in making decisions regarding daily problems
    corecore