27 research outputs found
Preparasi Dan Karakterisasi Edible Film Dari Poliblend Pati Sukun-Kitosan
Biodegradable and renewable plastic such as edible film is one of solution the environmental problem. The main raw material is from starch, because of it is abundant and varied in Indonesia, one of them is breadfruit starch which has enough high starch content (60 %). But edible film based on starch give less mechanical properties and less water resistance. In this research the edible film was made from poliblend of breadfruit starch-chitosan with sorbitol addition. The Method was done, preparation and characterization of breadfruit starch then preparation and characterization of edible film. The characteristic result of breadfruit starch was obtained for total starch content 76.39 %, content of amylose and amylopecktin were 26.76 % and 73.24 % respectively, the gelatinitation temperature of breadfruit starch was 73.98 ĀŗC, water content 22,38 % and the degree of brightness showed bright characteristic and pale grey colour. The characteristic result of edible film showed the increasing of chitosan concentration, the tensile strength and water resistance tended to rise. Generally the best result of edible film was on breadfruit starch-chitosan formulation 6:4 g/g by the value of water uptake was 212.98 %, tensile strength was 16.34 MPa, elongation was 6,00 % and modulus young was 2,72 MPa. However, the result of mhorphology analysis showed that the edible film of breadfruit starch-chitosan formulation 6:4 are still pores and cracks
Perubahan Mutu Hedonik Telur Asin Sangrai Selama Penyimpanan
Egg is one of the food product derived from avian that is easily damaged and nonperishable. Therefore, one of the ways to prevent damage is by processing it into another product that is more durable. Marinating the egg is one way of preservation. The egg preservation process conducted by using brick powder mixed with salt and water. This stage is considered as processing effort because it creates new product named salted eggs. Storage time of salted eggs that have been boiled which only 1-2 weeks are still not enough, so another process would require in order to extend the storage time of salted eggs and maintain the nutritional quality. Salted eggs which processed by applying roast process technology is improving the quality of livestock products that have high economic value. The product is mainly used as a food source for humans. Meat, milk, and eggs are the major commodities of the farm. High nutritive value and flavor favored by most people is the main attraction of these products. Nevertheless, these products have a weakness that is easily damaged and nonperishable. Water is a good medium for microbial growth therefore roasting process conducted to reduce the water content of the egg. It makes salted egg more durable. Generally, roasting process can also reduce the fishy smell on salted eggs. The results of the analysis shows that the roasting process have a significant impact on salted eggs (P <0.05) against its white and yellow color but does not significantly affect its chewy and salty taste. The best result can be seen in the stage with 5 minutes roasting time and 2 weeks for storage time
Analisis Kesulitan Mahasiswa Pbj Unnes dalam Mengerjakan Soal Choukai N3
UniversitasNegeri Semarang memiliki program studi Pendidikan Bahasa Jepang dan menyediakanmata kuliah menyimak, salah satunya yaitu choukai.Salah satu target yang diharapkan dapat dicapai dari mata kuliah ini adalahdapat lulus ujian kemampuan bahasa Jepang (NihongoNouryokushiken). Untuk dapat mencapai kelulusan pada Nihongo Nouryokushiken tersebut, materi yang disampaikan di kelas disediakan berjenjangsesuai dengan tingkatan mahasiswa. Untuk angkatan 2012 yaitu mahasiswa semester6, latihan soal yang diberikan di kelas setara dengan soal-soal dalam NihongoNouryokushiken N3 maupun N2.Karenapenelitian ini menitikberatkan kesulitan NihongoNouryokushiken pada choukai, makasebelumnya peneliti melakukan 3 studi pendahuluan untuk menguatkan penelitianperlu dilakukan. Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan, sebagian besarresponden yaitu 58 mahasiswa PBJ UNNES angkatan 2012 yang mengikuti N3 diJogjakarta pada tanggal 7 Desember 2014 merasa kesulitan pada materi dokkai. Meskipun begitu setelah dilihatdari hasil tes keseluruhan responden diketahui hampir setengahnya memperolehskor choukai dibawah 30. Dan dari latihan soal choukai N3 diketahui masih adaresponden yang skornya dibawah 50%. Hal ini dapat dijadikan indikasi bahwamahasiswa masih mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal choukai N3.Pendekatanyang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Dalampenelitian ini sampel yang diteliti adalah mahasiswa PBJ UNNES angkatan 2012yang mengikuti N3 di Jogjakarta pada tanggal 7 Desember 2014. Teknikpengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Teknik analisis datadalam penelitian ini menggunakan deskriptif persentase.Berdasarkanpembahasan dan interpretasi data diketahui faktor-faktor yang mempengaruhikegiatan menyimak yang pertama yaitu faktor psikologis, pengalaman, motivasi,lingkungan fisik. Sedangkan kesulitan mahasiswa PBJ UNNES angkatan 2012 dalammengerjakan choukai N3 dari kelima jenis soal choukai Nihongo Nouryokushiken, kesulitan yang paling banyakdialami responden adalah jenis soal kadairikaiļ¼čŖ²é”ēč§£ļ¼, dan gaiyou rikaiļ¼ę¦č¦ēč§£ļ¼
Analisis Nilai High Conservation Value-5 Pada Kawasan Hutan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Kawasan hutan berperan untuk mengatur suplai air, mempertahankan kesuburan tanah, menyediakan sumber makanan dan energi, serta sumber daya genetik hidup. Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) merupakan salah satu area taman nasional di Indonesia. Cakupan wilayah TNBTS terdiri dari kawasan lindung seluas 50.276,2 ha yang didalamnya terdapat desa-desa penyangga. HCV-5 merupakan penilaian untuk area yang memiliki fungsi untuk pemenuhan dasar kebutuhan masyarakat lokal. Definisi dari HCV-5 mencakup pemanfaatan sumber daya hutan untuk keperluan mendapatkan uang tunai jika uang tunai tersebut dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan pokok keluarga dan ada indikasi pemanfaatan sumber daya dilakukan dengan cara lestari. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil hutan yang dimanfaatkan antara lain kayu cemara, kayu akasia, kayu kirinyuh, pakis uling, dan jamur pasang. Nilai tingkat ketergantungan relatif masyarakat terhadap hutan yang didapatkan sebesar 23%, yang apabila dikonversi kedalam skor
ranking HCV-5 masuk pada skor 1 yakni kurang pentingnya keberadaan kawasan hutan TNBTS terhadap masyarakat desa sekitarnya. Hal ini dikarenakan masyarakat dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dari sektor ladang yang diatur dalam skema perhutanan sosial yaitu kemitraan konservasi. Skema kemitraan konservasi dapat menjadi solusi atas kelestarian lingkungan dan peningkatan ekonomi masyarakat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan kemitraan konservasi antara lain pembinaan intensif untuk masyarakat dari pihak TNBTS, kerjasama dan relasi yang kuat antara masyarakat dan pihak TNBTS, serta terjalinnya komunikasi yang baik untuk menghindari konflik dengan masyarakat
Pembuatan Green Membrane dari Selulosa Asetat dengan Pelarut Cyrene untuk Desalinasi Air Laut Menggunakan Sistem Forward Osmosis
Teknologi membran kini banyak diminati oleh negara-
negara untuk melakukan desalinasi air laut. Desalinasi
merupakan suatu cara untuk mengurangi kadar garam yang
terdapat dalam air laut sehingga menghasilkan air dengan
kandungan garam yang rendah. Air tersebut kemudian
digunakan untuk fertigasi. Pembuatan green membrane
dilakukan dengan metode inversi fasa dimana membran yang
awalnya berasal dari fase cair akan menjadi fase padat. Bahan
yang digunakan untuk membuat green membrane adalah
selulosa asetat yang dlilarutkan dengan Cyrene. Green
membrane yang dibuat ditargetkan memiliki ukuran pori yang
sesuai dengan sistem Forward Osmosis. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hasil uji performansi pada green membrane
seperti uji SEM, uji fluks, uji RSF, dan uji FTIR serta mengetahui
kadar optimum dari selulosa asetat dan Cyrene. Penelitian
dilakukan secara eksperimental dalam skala laboratoriu