35 research outputs found

    Pengaruh Tekanan Gas Isian Argon-etanol Dan Argon-brom Terhadap Unjuk Kerja Detektor Geiger-mueller

    Get PDF
    PENGARUH TEKANAN GAS ISIAN ARGON-ETANOL DAN ARGON-BROM TERHADAP UNJUK KERJADETEKTOR GEIGER-MUELLER. Telah dilakukan penelitian pengaruh tekanan gas isian Ar-etanol dan Ar-Brterhadap unjuk kerja detektor Geiger-Mueller. Tabung detektor Geiger-Mueller terbuat dari bahan stainless steeldengan ukuran diameter tabung 1,6 cm, anoda terbuat dari bahan kawat tungsten dengan diameter 0,008 cm,panjang daerah aktif 10 cm dan tebal jendela yang mempunyai density thickness sekitar 0,39 g/cm2. Tekanan gasisian Ar-etanol divariasi masing-masing 7:1, 9:1, dan 19:1, sedang untuk Ar-Br perbandingan tekanannya 100:1,50:1 dan 33:1. Dari hasil pengujian terbaik diperoleh untuk perbandingan tekanan gas Ar-etanol sebesar 9:1dihasilkan panjang plateau 180 V, slope 9,60 %/100 V, resolving time τ = 6,725 μ detik dan tegangan operasi 1160V. Untuk gas Br sebagai gas pemadam dengan perbandingan tekanan 100:1 diperoleh panjang plateau 100 V, slope7,6 %/100 V, resolving time τ = 7,75 μ detik dan tegangan operasi 540 V. Pada penelitian ini umur detektor belumdapat diprediksi karena selama melakukan pengujian detektor masih memiliki plateau yang panjang dan bentukpulsanya belum mengalami discharge. Jumlah cacah yang dihasilkan detektor untuk gas isian Ar-etanol sebesar3,105 × 10 6 cacah, sedang untuk Ar-Br sebesar 1,102 × 10 7 cacah

    Deposisi Lapisan Tipis Zno:al Pada Substrat Alumina Untuk Bahan Sensor Gas

    Get PDF
    DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS. Telah dilakukandeposisi lapisan tipis ZnO:Al pada substrat alumina menggunakan teknik DC Sputtering untuk aplikasi sensor gas.Deposisi lapisan tipis ZnO:Al dilakukan dengan parameter proses sputtering tegangan elektroda DC sebesar 2.2 kV,arus 10 mA dan suhu substrat 250oC, waktu deposisi divariasi 30 - 150 menit dengan interval 30 menit dan tekanandivariasi masing-masing : 1 ´ 10-2 atm, 2 ´ 10-2 atm, 3 ´ 10-2 atm, 4 ´ 10-2 atm dan 5 ´ 10-2 atm. Dari hasilkarakterisasi diperoleh nilai resistansi terendah sebesar 64 kΩ diperoleh pada kondisi waktu deposisi 90 menit dantekanan operasi 4 ´ 10-2 atm. Hasil pengukuran sensitivitas menunjukkan bahwa sensor gas dari bahan ZnO:Almempunyai sensitivitas tertinggi terhadap gas sensor C2H5OH sebesar 24%, untuk gas NH3 sebesar 19,77% danuntuk gas SO2 sebesar 17,53% pada 141,54 konsentrasi/volume

    Pembuatan Lapisan Tipis Sno2 Dengan Metode Sputtering Dc Untuk Sensor Gas Co

    Get PDF
    PEMBUATAN LAPISAN TIPIS SnO2 DENGAN METODE SPUTTERING DC UNTUK SENSOR GAS CO. Telahdilakukan pembuatan lapisan tipis SnO2 dengan metode sputtering DC untuk gas CO. Pembuatan lapisan tipis SnO2dilakukan dengan parameter sputtering pada tegangan elektroda 2 kV, arus 10 mA, tekanan vakum 5 × 10-2 torr, waktudeposisi 30 menit, 60 menit dan 120 menit pada suhu substrat 250 0C, sedangkan gas sputtering adalah gas argon.Hasil eksperimen menunjukkan bahwa lapisan tipis SnO2 yang dideposisi dengan parameter sputtering : tegangan 2kV, arus 10 mA, tekanan 5 × 10-2 Torr, waktu 120 menit dan suhu 250 °C mempunyai sensitivitas optimun 23 % untukmendeteksi gas CO pada konsentrasi 106,25 ppm. Kemudian dari hasil analisis unsur lapisan SnO2 pada kondisioptimum menggunakan SEM–EDS diperoleh Sn sebesar 31,73%, O sebesar 67,37 % atom

    Uji Fungsi Sistem Nitridasi Ion Untuk Perlakuan Permukaan

    Get PDF
    UJI FUNGSI SISTEM NITRIDASI ION UNTUK PERLAKUAN PERMUKAAN. Telah dilakukan uji fungsi sistemnitridasi ion untuk perlakuan permukaan. Uji fungsi bertujuan untuk mengetahui kinerja sistem nitridasi ion yang telahdirancang bangun untuk meningkatkan kekerasan permukaan logam. Dalam uji fungsi dilakukan uji kevakuman,penggunaan sistem nitridasi ion untuk nitridasi cuplikan (baja poros) dan karakterisasi cuplikan hasil nitridasi. Hasil ujikevakuman menunjukkan bahwa kevakuman dengan tabung reaktor plasma dan tanpa tabung reaktor plasma tidakmenunjukkan perbedaan yang signifikan yaitu 3,7 x 10-2 mbar dan 3 x 10-2 mbar sehingga kebocoran yang terjadicukup kecil. Uji penggunaan sistem nitridasi ion menunjukkan bahwa: nitridasi dengan campuran gas N2 dan H2 dapatmengoptimalkan proses nitridasi sehingga diperoleh kekerasan yang lebih tinggi dibanding pada proses nitridasidengan gas N2 yaitu 868,5 KHN dengan kekerasan 4,05 kali kekerasan sebelum dinitridasi, sedangkan dengan gas N2didapatkan kekerasan 523,5 KHN. Pengamatan kedalaman difusi nitrogen dengan pengujian kekerasan penampangmelintang dan struktur mikro mendekati sama terbukti bahwa pengukuran kekerasan melintang pada kedalaman 110mm hampir sama dengan material induk, sedangkan pada pengamatan struktur mikro Perubahan butir terjadi sampaipada kedalaman 95 mm. Dengan hasil ini sistem nitridasi ion dapat berfungsi dengan baik untuk proses nitridasisehingga dapat meningkatkan kekerasan permukaan

    Penentuan Aktivitas Unsur Radioaktif Thorium Yang Terkandung Dalam Prototipe Sumber Radiasi Kaos Lampu Petromaks

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah menentukan jenis unsur radioaktif thorium yang terkandung dalam prototipe kaos lampu petromaks, mengetahui aktivitas jenis dan umur paruh unsur radioaktif thorium tersebut. Analisis data menggunakan metode spektrometri gamma dengan detektor Ge(Li). Data pencacahan berupa spektrum energi gamma, yang memberikan informasi energi gamma dan cacahnya. Jenis unsur radioaktif dan umur paruhnya diketahui dengan mencocokkan energi gamma pada tabel isotop. Sedangkan aktivitas jenisnya ditentukan dengan menganalisis spektrum energi gamma. Berdasarkan hasil penelitian, prototipe kaos lampu petromaks mengandung unsur radioaktif 212Pb (thorium B), 224Ra (thorium X), 228Ac (Mesothorium II), 208Tl (thorium C’’), 212Bi (thorium C) dan 40K (kalium-40). Aktivitas jenis unsur 212Pb (Eγ = 238,90 keV) dalam satuan Bq/gram pada prototipe berturut-turut A (2,301 ± 0,001)102, B (1,351 ± 0,007)103, C (1,068 ± 0,003)103, D (6,343 ± 0,005)102, dan E (6,637 ± 0,009)102. Sedangkan aktivitas jenis unsur 40K (Eγ = 1460,91 keV) dalam satuan Bq/gram pada prototipe berturut-turut A (1,29 ± 0,01)101, B (1,818 ± 0,007)102, C (1,362 ± 0,003)102, D (7,85 ± 0,02)101 dan E (7,93±  0,01)101, Hal ini  terbukti  dengan teridentifikasinya unsur-unsur radioaktif anak luruh deret thorium. Aktivitas prototipe sumber radiasi kaos lampu petromaks sebagian besar berasal dari sumbangan aktivitas unsur radioaktif 212Pb (Eγ = 238,90 keV). Aktivitas prototipe sumber radiasi kaos lampu petromaks yang terbesar terdapat pada prototipe B. The purpose of this research is to determine type of radioactive element thorium contained in petromax light mantle prototype and find out the specific activity and half life of radioactive element thorium. The data was analyzed by using gamma spectrometry method with Ge(Li) detector. The data enumeration is the spectrum of gamma energy which gives information of gamma energy and its enumeration. Radioactive element type and its half life were recognized by matching the gamma energy in the isotope table. While its specific activity was defined by analyzing the gamma energy spectrum. So, it can be concluded that the petromax light mantle contained radioactive element 212Pb (thorium B), 224Ra (thorium X), 228Ac (Mesothorium II), 208Tl (thorium C’’), 212Bi (thorium C) dan 40K (kalium-40). The activity element of  212Pb (Eγ = 238,90 keV) in the quantity Bq/gram has prototype A (2,301 ± 0,001)102, B (1,351 ± 0,007)103, C (1,068 ± 0,003)103, D (6,343 ± 0,005)102, dan E (6,637 ± 0,009)102. While the activity element of  40K (Eγ = 1460,91 keV) in the quantity Bq/gram has prototype A (1,29 ± 0,01)101, B (1,818 ± 0,007)102, C (1,362 ± 0,003)102, D (7,85 ± 0,02)101 and E (7,93±  0,01)101, it was proved by identification of radioactive elements thorium subseries. The activity of radiation source of petromax light mantle prototype mostly came from the radioactive element activity of 212Pb (Eγ = 238,90 kev), and the biggest activity came from prototype B

    PERTUMBUHAN LARVA Aedes aegypti PADA AIR TERCEMAR

    Get PDF
    ABSTRACT Background: Ae. aegypti is the primary vector of dengue viruses. This species proved to lay their eggs in the polluted breeding water. Ae. Aegypti’s eggs also can hatch in the sewage water, but their survival and growth to be pupae and imago is still unknown. Objective : to understand of Ae.aegypti larvae survivality and growth in various of breeding water such as well water, sewage water, waste-soap water, and chlorinated-water. Method : four kinds of breeding water were taken from setlement and used directly. The eggs of laboratory strain of Ae. Aegypti were hatched in clean water medium. Larvae reared until of three-days old. As many as 25 healthy larvae were sampled to the four types of water brood. The number of survival larvae, pupae, and imago were observed and calculated everyday for a month. Data was analyzed descriptively and analytically. Results: Ae. aegypti can survive in the sewage, well, and chlorinated water, respectively. Larval mortality in well and chlorinated water were more than 97%. The normally larval growth was occured in the sewage water brood only, but not in the well and chlorinated water. Larvae can not survive in the waste-soap water. Conclusion: the clean sewage water can be a good breeding places for Ae. aegypti, so that, its presence should be considered in the vector control program. Keywords : Ae. aegypti larvae, pupae, imago, polluted water ABSTRAK Latar Belakang: Nyamuk Ae. aegypti adalah vektor primer virus Dengue, terbukti mau bertelur pada air perindukan yang tidak bersih. Telur Ae. aegypti dapat menetas pada air comberan, meskipun belum diketahui ketahanan hidup dan pertumbuhan larva menjadi pupa dan nyamuk dewasa. Tujuan : Mengetahui ketahanan hidup dan pertumbuhan  larva Ae.aegypti pada berbagai jenis air perindukan yaitu air sumur gali, air comberan, air limbah sabun mandi dan air bersih. Metode : Empat jenis air perindukan diambil secara langsung dari pemukiman penduduk dan langsung digunakan.. Telur Ae. aegypti strain laboratorium ditetaskan pada media air bersih. Larva dipelihara hingga berumur 3 hari. Sampel sebanyak 25 ekor larva sehat dimasukkan ke enam jenis air perindukan. Jumlah larva yang bertahan hidup, menjadi pupa dan nyamuk dewasa diamati dan dihitung setiap hari selama 1 bulan. Data ketahanan dan pertumbuhan larva dianalisis secara diskriptif dan komparatif. Hasil : Larva Ae. aegypti dapat bertahan hidup pada air got, SGL, dan PAM, dengan rerata yang berbeda nyata. Kematian larva pada air SGL dan PAM sangat tinggi (> 97%). Pertumbuhan larva secara  normal hanya terjadi pada media perindukan air got. Larva Ae. aegypti tidak dapat tumbuh menjadi pupa pada air SGL dan PAM, bahkan tidak bertahan hidup pada air limbah sabun mandi. Kesimpulan : Air got yang didiamkan dan jernih menjadi tempat perindukan yang baik bagi Ae. aegypti, sehingga keberadaannya perlu diperhatikan dalam pembersihan sarang nyamuk. Kata kunci : Larva Ae. aegypti, pupa, nyamuk dewasa, air perindukan tercema

    FAKTOR RISIKO KEJADIAN ABORTUS (STUDI DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG)

    Get PDF
    Background: Abortus is one of the pregnancy can cause of maternal mortality, and hemorrhageresulting from infection. Risk factors abortion this is some kinds of age mother is pregnant at the time mother, disease abnormality genetalia mother physical activity trauma and chromosomal translocation. Objective: To determine the risk factors of abortion in Islamic Hospital Sultan Agung Semarang. Methods : Case-control study was conducted in 126 pregnant mothers in islam hospital sultan agungsemarang, which is 63 pregnant mother had abortus inkompletus and abortus kompletus (case) and 63 pregnant mother had threatened abortion (control). The dependent variable is the incident abortus inkompletus and abortus kompletus and the independent variable are the age of the mother during pregnancy, maternal parity, maternal employment, hypertension, and levels of hemoglobin. Results : Mostly (56.3 %) pregnant women aged in a category a high risk (less 20 years or more 35 years), 76,2 % have high risk of parity, 56,3 % of worked, 58,7 % do not have hypertension, and 58,7 % do not have anemia. The results of the analytical analysis showed no significant relationship between age of the mother during pregnancy, maternal parity, maternal employment, hypertension, and hemoglobin concentration on the incidence of abortus inkompletus and abortus kompletus (respectively p 0,031; 0,021; 0,004; 0,007; 0,019). Conclusion: The age of the mother during pregnancy, maternal parity, maternal employment, hypertension, and hemoglobin levels are risk factors of abortus inkompletus and abortus kompletus

    STATUS RESISTENSI Aedes aegypti TERHADAP MALATHION DI KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Latar Belakang: Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Kasus DBD di Indonesia mengalami peningkatan. Upaya pencegahan difokuskan pada pemberantasan vektor, termasuk menggunakan insektisida malathion karena masih efektif di beberapa wilayah. Namun belum diketahui status resistensi populasi Ae. aegypti berdasarkan tingkat endemisitas DBD. Tujuan: Mengetahui status resitensi nyamuk Aedes aegypti terhadap insektisida malathion berdasarkan tingkat endemisitas di Kota Semarang. Metode: Penelitian explanatory research dengan pendekatan Cross-Sectional dilakukan di tiga kelurahan dengen endemisitas berbeda. Variabel penelitian yaitu status endemisitas DBD dan status resistensi Ae aegypti terhadap malathion. Sebanyak 25 ekor nyamuk dijadikan subjek penelitian per tabung dalam uji suseptibilitas, dan dikontakkan dengan impregnated paper malathion 0.8% selama satu jam. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Kruskal Wallis. Hasil: Rerata jumlah nyamuk pingsan berdasarkan tingkat endemisitas DBD dari tinggi, sedang dan non endemis adalah 80.8, 84.0,dan 95.2, sedangkan jJumlah nyamuk mati pasca holding 24 jam adalah 96.0, 99.2 dan 100. Tidak ada perbedaan yang signifikan status resistensi berdasarkan tingkat status endemisitas DBD (p=0,343), namun ada perbedaan signifikan jumlah kematian nyamuk Ae. aegypti berdasarkan status endemisitas DBD. Kesimpulan: Malathion dapat digunakan di daerah non endemis.Kata kunci: Nyamuk Aedes aegypti, status endemisitas, status resistens

    PERBEDAAN INTENSITAS PEMAKAIAN INSEKTISIDA RUMAH TANGGA DENGAN RESISTENSI NYAMUK Aedes aegypti TERHADAP GOLONGAN PIRETROID DI KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Latar Belakang : Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama Demam Berdarah dengue (DBD) yang menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Obat dan vaksin belum ada yang direkomendasikan sehingga masyarakat lebih memilih penggunaan insektisida termasuk insektisida rumah tangga dalam pemberantasan Aedes aegypti. Dampak penggunaan insektisida rumah tangga dengan resistensi belum diketahui. Tujuan : Mengetahui perbedaan intensitas pemakaian insektisida rumah tanggadengan resistensi nyamuk Aedes aegypti terhadap golongan piretroid di kota Semarang. Metode : Lokasi penelitian di Sendangmulyo, Petompon, Wonosari, Kalipancur, Candisari, dan Kedungmundu. Survei larva dilakukan dirumah penderita DBD dan rumah sekitar penderita dengan radius 100 m. Larva yang terkumpul dipelihara sampai menjadi nyamuk. Nyamuk yang berumur 3-5 hari dijadikan sampel untuk uji susceptibility dengan impragnated paper. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji oneway Anova . Hasil : rata-rata jumlah nyamuk mati setelah holding 24 jam dengan insektisida deltametrin dan lamdasihalotrin pada kelurahan Sendangmulyo 10,7% dan 6,7%, Petompon 37,3% dan 32%, Wonosari 21,3% dan 36%, Kalipancur 12% dan 45,3%, Candisari 29,3% dan 37,3%, Kedungmundu 9,3% dan 1,3%. Simpulan : Kematian nyamuk dengan insektisida deltametrin berkisar antara 9,3-27,3% (resisten), sedangkan dengan insektisida lamdasihalotrin berkisar antara 1,3-45,3% (resisten)Kata kunci : pemakaian insektisida rumah tangga, resistensi, Aedes aegypti, golongan piretroi
    corecore