1,765 research outputs found

    Correlation between Emotional Intelligence and Work Engagement of Special School Teachers

    Get PDF
    Background: Optimal job performance of special school teachers is marked by high work engagement because engaged teachers showed perseverance, enthusiasm, and absorption at work. Work engagement is influenced by several factors, one of them is personal resources. Personal resource that considered important in people’s success is emotional intelligence. The purpose of this study was to examine the relationship between emotional intelligence and work engagement of teachers at a Sekolah Luar Biasa Negeri, a public special school in Semarang. Method: Data from 60 teachers were collected using Work Engagement Scale (33 item; α = .93) and Emotional Intelligence Scale (32 item; α = .93) Results: Simple linear regression analysis showed that there was a positive correlation between emotional intelligence and work engagement, r = .87; (p < .001) Conclusion: Result indicated that higher emotional intelligence is likely to lead to higher work engagement. Emotional intelligence contributed to 74.8% of the variance in work engagement. Teachers are expected to manage emotion better in order to achieve high work engagement. Keywords: work engagement, emotional intelligence, teacher, special schoo

    FAKTOR RISIKO PNEUMONIA PADA ANAK UMUR 1-3 TAHUN DI WILAYAH PUSKESMAS KEMRANJEN I KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2005

    Get PDF
    Infeksi saluran pernafasan akut merupakan salah satu penyebab kematian terbesar pada anak di negara sedang berkembang. Di Indonesia dari sekitar 450.000 kematian balita yang terjadi setiap tahun 150.000 diantaranya disebabkan oleh ISPA terutama karena pneumonia. Kasus pneumonia di Puskesmas I Kemranjen sejak tahun 2002 sampai tahun 2004 termasuk ke 10 besar penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan faktor risiko intrinsik (status gizi, status imunisasi, jenis kelamin dan pemberian ASI) dan faktor ekstrinsik (tipe rumah, ventilasi, jenis bahan bakar, kepadatan hunian, pendidikan ibu, umur ibu) dengan kejadian pneumonia pada umur 1-3 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen I. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai Maret 2005 dengan menggunakan metode kasus kontrol. Lokasi penelitian adalah wilayah Puskesmas Kemranjen I. Analisa data dilakukan dengan SPSS 10 menggunakan tabel 2x2, Cl 95% dan alfa= 0,05 serta dihitung besarnya kekuatan hubungan dengan menghitung nilai Odds ratio Berdasarkan analisis didapatkan hasil sebagai berikut: lama pemberian ASI, 1 tahun berisiko dengan kejadian pneumonia pada anak umur 1-3 tahun dengan nilai p=0,46 dan OR=2,741 pada Cl (95%) = 1,107-6,787; tipe rumah non permanen dengan kejadian pneumonia pada anak umur 1-3 tahun dengan nilai p=0,001 dan OR=7,295 pada Cl (95%)= 2,245-23,706; luas ventilasi/jendela rumah < 10% dari luas lantai rumah berisiko dengankejadian pneumonia pada anak umur 1-3 tahun denga nilai p=0,001 dan OR=8,603pada Cl (95%)= 3,27-22,598; pemakaian kayu bakar berisiko dengan kejadian pneumonia pada anak umur 1-3 tahun dengan nilai p=0,003 dan OR=4,205 pada Cl (95%)= 2,21,704-10,377; kepadatan hunian rumah <0,7 berisiko dengan kejadian pneumonia pada anak umur 1-3 tahun dengan nilai p=0,005 dan OR=4,046 pada Cl (95%)= 1,605-10,201. kejadian pneumonia didominasi oleh faktor eksterm yaitu tipe rumah, ventilasi rumah, kepadatan hunian, pemakaian jenis bahan bakar dan faktor intern yaitu lama pemberian ASI. Berdasarkan kesimpulan yang didapat penulis menyarankan agar kegiatan pamantauan kasus pneumonia dilaksanakan secara rutin, menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar untuk membuat desain kegiatan pencegahan dan pemberantasan pneumonia. Melakukan penyuluhan secara berkala untuk meningkatkan pengetahuan orang tua balita tantang ISPA dan pneumonia serta pencegahan kasus pneumonia dengan penekanan pada perbaikan lingkungan perumahan. Kata Kunci: pneumonia, anak umur 1-3 tahun, faktor intrinsik dan ekstrinsi

    Early Childhood Environmental Education in Tropical and Coastal Areas: A Meta-Analysis

    Get PDF
    Early childhood years are the period of the greatest and most significant developments in ones’ life, and are generally regarded as the basis upon which the rest of their life is constructed. However, these early years are those that traditionally have received the least attention from environmental education. This paper was aimed to summarize several dayto-day activities that can be conducted to educate children in their early years about environment. Environmental education is an educational process that deals with the human interrelationships with the environment, and that uses an interdisciplinary problem solving approach with value clarification. Environmental education is aimed at producing a community that is knowledgeable about the biophysical environment and its associated problems, aware of how to solve these problems, and enthusiastic to work toward their solution. It highlights the progress of knowledge, understanding, attitudes, skills, and commitment for environmental problems and considerations. Further, environmental education can help children expand their ecological worldview, promote active care to the environment, and explain the relationship between modern life style and current environmental problems. Several types of environmental education have been identified from the literature, such as outdoor activities in natural outdoor setting, school gardening, play-based learning, and drawing activities. Each of these activities has its own characteristics and effects on children’s environmental-related attitudes and behaviors. Through these activities, the unique characteristics of tropical and coastal areas can potentially be used to facilitate children to learn about nature and environment. Recommendations for childhood education practitioners and future researchers are discussed

    Pelatihan Yoga Sebagai Rekreasi Untuk Anak Yatim Piatu Di Panti Asuhan Al Jannah Desa Bekonang Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo

    Get PDF
    Yoga termasuk baru Indonesia walaupun di dunia termasuk olahraga yang sudah sangat lampau. Yoga salah satu cara  rekreasi kegiatan yang membuat hati menjadi tenang, terhibur dan nyaman. Tujuan Pengabdian  mengambil yoga untuk panti asuhan dikarenakan anak panti tidak lagi memiliki bapak dan ibu. Tidak adanya orang tua sering membuat pikiran anak panti strees. Permasalahan anak panti yang demikian membuat para penghuni asrama perempuan terkadang memiliki tingkat rasa sedih, tidak nyaman yang tinggi. Pemilihan  penghuni panti asuhan yang perempuan diambil karena perempuan cenderung memiliki perasaan yang lebih sensitif. Hal ini yang membuat pengabdi ingin mengadakan pengabdian dengan yoga di panti asuhan Al Jannah , Bekonang, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Metode yang digunakan diawali dengan observasi dan sosialisasi di tempat kegiatan pengabdian, pengabdi melakukan pre test , materi dilakukan dengan Tahap I  konsep beryoga, Tahap II jenis yoga dan macam serta bentuk yoga, Tahap III Mempratekkan gerakan yoga dengan pemanasan, inti yoga dan pendinginan yoga, Tahap IV pengevaluasian dengan post test. Hasil pengabdian yang didapat dari pelatihan yoga untuk  anak panti mendapatkan keterampilan dan dapat digunakan untuk sarana meditasi dan beryoga mendapatkan ketentraman jiwa,hilangnya tekanan batin dari tekanan hidup karena tidak memiliki orang tua, mengurangi rasa minder, menambah rasa percaya diri. Anak panti lebih optimis menatap masa depan, fokus dalam berfikir. Pelatihan yang dihasilkan dari tes awal hanya 15 % persen yang mengetahui manfaat dan gerakan yoga setelah diadakan pelatihan hampir 85 % sudah paham dan mampu gerakan yoga, dan diakhir pelatihan sekitar 15 % yang tidak mapu bergerak secara maksimal akan tetapi dapat dilatih dengan teman sejawat dan mandiri. Pelatihan yoga pada akhirnya dapat memberikan pikiran yang positif, energi yang positif setelah itu yoga dapat untuk rekreasi mental apalagi di masa pandemi

    HUBUNGAN STRES DAN KECANDUAN SMARTPHONE PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 SURAKARTA

    Get PDF
    Siswa kelas X dalam tahapan peralihan dari SMP menuju SMA dituntut untuk segera beradaptasi dengan lingkungan dan menguasai materi-materi pelajaran yang belum pernah disiswai sebelumnya. Dengan kecanggihan smartphone siswa kelas X dapat menyelesaikan permasalahan yang harus mereka selesaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres dengan kecanduan smartphone pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta. Hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan positif yang signifikan antara stres dengan kecanduan smartphone pada siswa kelas X SMA N 5 Surakarta. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta sebanyak 300 siswa. Sampel sebanyak 148 siswa yang terdiri dari 53 laki-laki dan 95 perempuan diperoleh dengan teknik cluster random sampling. Instrumen penelitian yang di analisis adalah Skala Stres (32 item; α = 0,88 ) dan Skala Kecanduan Smartphone (29 item; α = 0,91). Analisis regresi sederhana menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara stres dengan kecanduan smartphone subjek (rxy = 0,40; p < 0,001). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan antara stres dan kecanduan smartphone pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta. Analisis data menunjukkan R2 = 0,16 yang menjelaskan bahwa sumbangan stres terhadap kecanduan smartphone sebesar 16 % sedangkan sisanya 84 % ditentukan oleh faktor lain. Peneliti memberi saran untuk peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian kepada kelompok subjek yang memiliki stres dan tingkat kecanduan smartphone yang tinggi

    COVID-19 : TINGKAT STRES BELAJAR ANAK-ANAK di DAERAH TERPENCIL

    Get PDF
    Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan Pembelajaran jarak jauh (PJJ) dalam mencegah penyebaran covid-19 pada satuan pendidikan, yang mana setiap pembelajaran dilakukan tanpa tatap muka langsung seperti belajar di `rumah aja. Hal ini menimbulkan stres bagi anak didik karena mereka kesulitan memenuhi kebutuhan belajar terutama anak di daerah terpencil. Pada bulan oktober 2020 ada tiga kasus anak meninggal akibat stres belajar dirumah aja karena beberapa alasan yaitu tidak memiliki handphone, kouta internet dan jaringan kurang stabil, kesulitan memahami pembelajaran, banyaknya tugas sekolah, kurangnya pengetahuan orang tua dalam mendampingi anak belajar, sedikitnya waktu orang tua pekerja dalam mendampingi anak belajar, dan terbatasnya kehidupan sosial anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui covid-19 dan tingkat stres anak dalam belajar masa pandemi di daerah terpencil. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif post-positivistik dengan jenis case study serta prosedur pengumpulan data studi lapangan observasi, angket dan wawancara. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa tingkat stres anak dalam belajar masa pandemi covid-19 di daerah terpencil sangatlah tinggi. Hasil penelitian ini berkontribusi terhadap kajian-kajian dampak PJJ terhadap kualitas psikologi belajar anak sehingga bisa dijadikan sebagai argument untuk menimbang kembali penerapannya dalam proses pembelajaran

    HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL PELATIH DENGAN KECEMASAN BERTANDING PADA ATLET KARATE

    Get PDF
    Kejuaraan-kejuaraan dalam dunia olahraga banyak dipertandingkan dalam berbagai jenis atau tingkatan. Atlet-atlet yang mengikuti sebuah kejuaraan dapat merasakan adanya kecemasan bertanding. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial pelatih dengan kecemasan bertanding pada atlet karate. Subjek penelitian ini adalah atlet karate yang pernah mengikuti Kejuaraan Provinsi Karate FORKI Jawa Tengah Tahun 2016. Sampel penelitian berjumlah 90 orang, dengan teknik pengambilan sampel convenience sampling. Pengambilan data penelitian menggunakan Skala Dukungan Sosial Pelatih (44 aitem valid; α = .96) dan Skala Kecemasan Bertanding (31 aitem valid; α = .90) yang telah diujicobakan pada 35 atlet karate. Analisis regresi sederhana menunjukkan adanya hubungan yang negatif dan signifikan antara dukungan sosial pelatih dengan kecemasan bertanding yang ditunjukkan melalui koefisien korelasi rxy = -.31 dengan p = .002 (p<.01). Semakin tinggi dukungan sosial pelatih yang dirasakan oleh atlet, maka kecemasan bertanding semakin rendah, dan sebaliknya. Dukungan sosial pelatih memberikan sumbangan efektif sebesar 9.3% pada kecemasan bertanding. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi atlet dan pelatih, maupun referensi pendukung bagi peneliti selanjutnya. Kata kunci: dukungan sosial pelatih; kecemasan bertanding; atlet karat

    PHENOMENON OF CULTURAL OVERCOMING SOCIETY IN THE GLOBAL ERA AT THE INDONESIAN ARTS COUNCIL THROUGH ZOOM MEETING

    Get PDF
    Komunitas dewan kesenian se-Indonesia merupakan komunitas yang berlatar belakang budaya. Sebagai masyarakat budaya, kita mempunyai tanggung jawab untuk memahami dan melestarikan budaya, namun kenyataannya tidak semua orang memahami tugas pokoknya sebagai ketua dewan kesenian. Pemberian pemahaman harus dilakukan melalui pendekatan dan penyampaian yang elegan serta pengabdian mengadakan webinar yang dilaksanakan untuk penyampaian materi bekerja sama dengan dewan kesenian lampung dan lombok. Pada awal pre test banyak yang belum paham, awalnya hanya sekitar 10 - 15% yang memahami tugas pokoknya sebagai pengurus dewan kesenian, pada post test mencapai 85% dengan hasil awal sebelum pemberian materi dan post setelah materi. diberikan. Pengabdi memaparkan materi tentang penguatan kebudayaan dengan menyikapi memudarnya kebudayaan di era global selama kurang lebih 20 menit bagi generasi muda dan masyarakat. Moderator Yatik memberikan waktu tanya jawab agar peserta berkesempatan mengambil poin-poin penting budaya agar tidak pudar. Peserta yang hadir dari Sabang hingga Merauke berjumlah sekitar 300 orang secara daring dan juga mendapatkan sertifikat. Webinar gratis dengan tautan zoom. Fenomena budaya global harus disikapi agar budaya sendiri tidak luntur. Semua pihak harus mempunyai kewajiban untuk melakukan konservasi
    • …
    corecore