6 research outputs found

    Adsorption of Ethylene using Cobalt Oxide-Loaded Pillared Clay

    Get PDF
    Clay is an abundant material that is widely used as an adsorbent in pristine or pillared form. Pillared clays feature better properties, e.g. higher specific surface area, thus they can adsorb a higher quantity of adsorbates compared to pristine material. In this work, a preparation of pillared clay using Indonesian natural bentonite and its potential for ethylene removal are presented. The novelty is that a pillaring agent of cobalt (mixed with aluminum) was used, which not only served as a pillar but also as an active metal adsorbent for ethylene. Natural bentonite was pillared using Al (NO3)3.9H2O and Co (NO3)2.6H2O. The resulting material was then calcined at 250 °C. The final material was characterized by N2-sorption analysis, scanning electron microscopy (SEM), and energy dispersive X-ray (EDX) analysis. The cobalt to aluminum ratios used were 1:9, 1:3, 1:1, 1:1/3, and 1:0. From characterization, the Co-Al pillared bentonite featured a specific surface area of up to 114 m2/g (pristine bentonite = 42 m2/g). In the adsorption test, an enhanced ethylene uptake of up to 6 times (at ambient temperature) compared to pristine bentonite was obtained. Thus, the results highlight the potential of cobalt oxide/pillared clay as ethylene scavenger

    Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Ecobrick Stool Chair di Bank Sampah Bareng Mukti

    Get PDF
    Sampah plastik di Kalurahan Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul belum dikelola dengan baik, sehingga menimbulkan penumpukan di Bank Sampah Bareng Mukti. Pelatihan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat Kalurahan Sidomulyo terkait pengolahan sampah plastik menjadi ecobrick stool chair. Pelatihan dilakukan dengan metode sosialisasi dan praktik kepada 16 peserta anggota Bank Sampah Bareng Mukti dan masyarakat Kalurahan Sidomulyo. Evaluasi pelatihan dilakukan dengan metode angket menggunakan kuesioner. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa peserta pelatihan mampu membuat ecobrick stool chair dari botol plastik bekas dan sampah plastik lainnya. Ecobrick stool chair disusun berdasarkan modul HexBench. Hasil evaluasi keterserapan materi yang disampaikan selama pelatihan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai rerata dari 82,25 (pretest) menjadi 96,06 (posttest). Rerata penilaian yang diberikan oleh peserta terkait materi dan performa instruktur secara keseluruhan adalah lebih dari 90 (sangat baik). Penilaian seluruh aspek kegiatan pelatihan oleh peserta terkait penyelenggaraan pelatihan menunjukkan hasilnya yang baik (rerata di atas nilai 4)

    Peningkatan Ekonomi Rumah Tangga melalui Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Goreng Bekas

    Get PDF
    Sabun cair merupakan kebutuhan rumah tangga yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti mencuci tangan dan mencuci peralatan dapur. Di samping itu sabun cair dapat dibuat dari minyak goreng bekas, sedangkan minyak goreng bekas jika dibuang ke lingkungan secara langsung akan mencemari lingkungan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan agar para akademisi dapat turut serta untuk meningkatkan perekonomian rumah tangga melalui pembuatan sabun cair dari minyak goreng bekas. Metode kegiatan ini antara lain dengan memberikan materi, diskusi, pelatihan, dan analisis kelayakan usaha oleh 4 instruktur kepada 30 peserta. Hasil kegiatan ini berupa pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam melakukan pembuatan sabun cair dari minyak goreng bekas serta analisis ekonominya.  Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai keterserapan materi yang disampaikan dari 47,78 menjadi 94,17. Analisis aspek ekonomi menunjukkan bahwa harga jual yang ditawarkan untuk 1 botol sabun cair yaitu Rp 5000 pada saat promosi dan Rp 6000 pada keadaan normal dengan margin keuntungan sebesar 30 %. Usaha pembuatan sabun cuci ini harus menjual 128 buah botol sabun 250 ml untuk mendapat titik impas

    Studi Perbandingan Sifat Mekanis Vulkanisat Karet Menggunakan Plasticizer Minyak Jelantah Epoksi Dan Komersil

    Get PDF
    ABSTRAKTingginya jumlah minyak jelantah yang tersedia sebagai limbah menjadi tantangan terbesar. Asam lemak tak jenuh yang terdapat dalam minyak jelantah memiliki potensi sebagai bahan baku pembuatan plasticizer minyak epoksi. Di sisi lain, pengembangan plasticizer terbarukan berbasis bahan alam untuk menggantikan plasticizer fosil telah menjadi perhatian banyak peneliti karena isu menipisnya bahan baku minyak bumi, masalah lingkungan, hingga isu kesehatan yang ditimbulkan oleh plasticizer fosil. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbandingan sifat mekanis vulkanisat karet yang menggunakan plasticizer minyak jelantah epoksi terhadap plasticizer komersil (minyak parafinik dan minyak kedelai epoksi). Minyak jelantah yang masih mengandung asam lemak tak jenuh diproses epoksidasi dengan metode refluks (60oC selama 4 jam) menggunakan pelarut n-heksane, katalis asam asetat glasial dan resin amberlit IR-120, dan oksigen donor hidrogen peroksida. Minyak jelantah epoksi dikarakterisasi gugus oksiran menggunakan spektrofotometer FTIR dan bilangan oksiran menggunakan metode titrasi. Plasticizer minyak jelantah epoksi, minyak parafinik, dan minyak kedelai epoksi diaplikasikan pada kompon karet dan diuji sifat mekanis vulkanisat karet menggunakan mesin universal testing machine. Hasil penelitian menunjukkan spektra FTIR minyak jelantah epoksi memperlihatkan keberadaan vibrasi peregangan gugus epoksi (C-O-C) pada puncak 1240 cm-1 dan bilangan oksiran 2,24%. Hasil pengujian vulkanisat menggunakan plasticizer minyak jelantah epoksi (EUCO) memiliki nilai kekuatan tarik, kekuatan sobek, dan ketahanan kikis yang lebih unggul dibandingkan vulkanisat menggunakan plasticizer minyak parafinik (PO). Hal tersebut menunjukkan bahwa minyak jelantah epoksi mampu menggantikan plasticizer berbasis minyak bumi, seperti minyak parafinik (PO). Kekuatan sobek dan ketahanan kikis vulkanisat yang menggunakan EUCO lebih tinggi dibandingkan vulkanisat yang menggunakan minyak kedelai epoksi (ESO), meskipun kekuatan tariknya lebih rendah, sehingga mengindikasikan bahwa minyak jelantah epoksi yang disintesis dapat memberikan kinerja yang cukup baik sebagai plasticizer karet, sebanding dengan minyak epoksi komersial, seperti minyak kedelai epoksi.Kata kunci: Minyak jelantah epoksi, Plasticizer komersil, Sifat mekanis, Vulkanisat.ABSTRACTThe high volume of waste cooking oil is one of the biggest obstacles. Unsaturated fatty acids in waste cooking oil have the potential as a raw material for producing plasticizer of epoxy oil. The development of renewable plasticizers based on natural materials to replace petroleum plasticizers has become the concern of many researchers due to the issue of depletion of petroleum raw materials, environmental problems, and health issues caused by petroleum plasticizers. This research aims to study the comparison of mechanical properties of vulcanizated rubber using plasticizer of epoxy waste cooking oil to commercial plasticizers (paraffinic oil and epoxy soybean oil). Waste cooking oil containing unsaturated fatty acids was epoxidized by reflux method (60oC for 4 hours) using n-hexane as solvent, glacial acetic acid and IR-120 amberlite resin as catalyst, and hydrogen peroxide as oxygen donor. The epoxy cooking oil was characterized for oxirane groups using FTIR spectrophotometer and oxirane number using titration method. Epoxy waste cooking oil, paraffinic oil, and epoxy soybean oil were applied to rubber compounds and tested for mechanical properties of vulcanizatesd rubber using a universal testing machine. The results showed that the FTIR spectra of epoxy waste cooking oil showed the presence of epoxy group stretching vibrations (C-O-C) at a peak of 1240 cm-1 and an oxirane number of 2.24%. The test results of vulcanizates using epoxy waste cooking oil (EUCO) have superior tensile strength, tear strength, and scrape resistance values compared to vulcanizates using paraffinic oil (PO). This shows that epoxy waste cooking oil can replace petroleum-based plasticizers, such as paraffinic oil (PO). The tear strength and scrape resistance of the vulcanizates using EUCO were higher than those using epoxy soybean oil (ESO), although the tensile strength was lower, thus indicating that the synthesized epoxy waste cooking oil can provide quite good performance as a rubber plasticizer, comparable to commercial epoxy oils, such as epoxy soybean oil.Keyword: Commercial plasticizer, Epoxy waste cooking oil, Mechanical properties, Vulcanized rubber

    Pemlastis epoksi ester minyak sawit sebagai pengganti epoksi minyak kedelai pada kulit imitasi

    Get PDF
    A plasticizer is a liquid added to synthetic leather materials to make the product softer, more flexible, and easier to process. The development of sustainable plasticizers in this study was achieved using palm oil as the primary raw material. The study aimed to evaluate the application of epoxidized palm oil esters on imitation leather. The epoxidation process used palm oil esters as the base material, with acetic acid, hydrogen peroxide, and amberlite resin as catalysts. The mixture was heated to a temperature of 60 °C and stirred at a speed of 400 rpm for 4 hours. The resulting epoxy oil was then applied to the top layer of imitation leather, and its mechanical properties were tested. Epoxidized palm oil esters replaced 50% and 100% of epoxidized soybean oil the imitation leather. As a control, plasticizers from commercial epoxidized soybean oil were used. The mechanical test results showed that replacing 100% of the epoxidized soybean oil with palm oil esters in synthetic leather did not result in significant differences in longitudinal tensile strength and transverse elongation compared to the control. However, artificial leather with epoxidized palm oil esters demonstrated better tear resistance than the control. Further studies are required to determine the optimal conditions for the epoxidation reaction, fatty acid composition, and stability of epoxidized palm oil esters.Pemlastis adalah cairan yang ditambahkan kebahan kulit sintetis untuk membuat produk menjadi lebih lembut, fleksibel, dan mudah diproses. Pengembangan pemlastis yang berkelanjutan dilakukan melalui penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku utama dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi aplikasi epoksi ester minyak sawit pada kulit imitasi. Proses epoksidasi menggunakan ester minyak sawit sebagai bahan dasar, dengan katalis asam asetat, hidrogen peroksida, dan resin amberlite. Campuran dipanaskan pada suhu 60 °C dan diaduk pada kecepatan 400 rpm selama 4jam. Minyak epoksi yang dihasilkan kemudian diaplikasikan pada lapisan atas kulit sintetis dan diuji sifat mekaniknya. Variasi epoksi ester minyak sawit pada kulit imitasi menggantikan sebanyak 50 dan 100% epoksi minyak kedelai. Sebagai kontrol, digunakan pemlastis dari epoksi minyak kedelai komersial. Hasil pengujian mekanik menunjukkan bahwa penggantian 100% epoksi minyak kedelai dengan epoksi ester minyak sawit pada kulit sintetis tidak menghasilkan perbedaan signifikan pada kekuatan tarik membujur dan kemuluran melintang dibandingkan kontrol. Namun, kulit sintetis dengan epoksi ester minyak sawit menunjukkan ketahanan sobek yang lebih baik dibandingkan kontrol. Penelitian lanjutan diperlukan untuk menentukan kondisi optimal reaksi epoksidasi, komposisi asam lemak, dan stabilitas epoksi ester minyak sawit
    corecore