25 research outputs found

    Penentuan Tipologi Permukiman di Kawasan Pinggiran Jakarta (Studi Kasus: Kota Tangerang Selatan)

    Get PDF
    Seiring dengan bertambahnya penduduk dan berkembangnya suatu wilayah, kebutuhan akan permukiman juga akan meningkat. Namun, harga lahan yang tinggi di pusat kota besar membuat jumlah lahan permukiman di pusat kota menjadi tebatas. Akibatnya, penduduk yang bekerja di kota besar akan mencari lokasi tempat tinggal di pinggiran kota, tidak terkecuali Kecamatan Pondok Aren dan Kecamatan Ciputat Timur sebagai wilayah Kota Tangerang Selatan yang berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta. Terbaginya tipologi permukiman ke dalam beberapa kelompok dapat dijadikan pertimbangan untuk mengambangkan sarana dan prasarana yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan penduduk di suatu kawasan. Unit analisis dari penelitian ini adalah 28 klaster permukiman yang terletak di Kecamatan Pondok Aren dan Kecamatan Ciputat Timur. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis untuk menentukan faktor-faktor yang menjadi dasar penentuan tipologi permukiman, dan hierarchial cluster analysis untuk merumuskan tipologi permukiman di kawasan pinggiran Jakarta, di Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat enam faktor yang menjadi dasar pembentukan tipologi permukiman di kawasan pinggiran kota di Kota Tangerang Selatan, yakni ketersediaan infrastruktur transportasi, jenis kawasan, pendapatan, tingkat pendidikan, jarak dengan pusat kegiatan, dan pola bangunan. Kemudian berdasarkan enam faktor tersebut, terbentuklah empat tipe permukiman yang memiliki karakteristik fisik dan sosial yang berbeda-beda

    Arahan Pengembangan Taman Tematik di Kecamatan Bandung Wetan dengan Pendekatan Urban Acupuncture

    Get PDF
    Kota Bandung masih perlu menambahkan luas ruang terbuka hijau. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan cara revitalisasi taman kota dengan bentuk taman tematik. Taman tematik di Kota Bandung paling banyak terdapat di Kecamatan Bandung Wetan. Terdapat 11 taman tematik yang tersebar di Kecamatan Bandung Wetan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, masih terdapat evaluasi terkait taman tematik sebagai ruang terbuka hijau. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan arahan pengembangan Taman Tematik di Kecamatan Bandung Wetan dengan Pendekatan  Urban Acupuncture. Metode analisis yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah content analysis dan juga analisis validasi triangulasi. Content analysis dilakukan kepada hasil wawancara 12 narasumber yang berasal dari kelompok pemerintah dan komunitas kreatif atau pengunjung terkait taman tematik untuk merumuskan faktor pengembangan taman. Sedangkan analisis validasi triangulasi dilakukan untuk merumuskan arahan pengembangan dengan pendekatan Urban Acupuncture. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan faktor pengembangan taman tematik di Kecamatan Bandung Wetan, yaitu (1) Kegiatan/Aktivitas; (2) Kenyamanan; (3) Partisipasi Masyarakat; (4) Kebersihan; (5) Komunitas Kreatif; (6) Kondisi fasilitas; dan (7) Kebersihan. Dengan adanya faktor pengembangan tersebut dapat diketahui faktor yang harus dikembangkan pada setiap taman tematik di Kecamatan Bandung Wetan untuk menghasilkan arahan pengembangan berdasarkan pendekatan Urban Acupuncture

    Konfigurasi Spasial Ruang Publik Tugu Pahlawan Kota Surabaya

    Get PDF
    Tugu Pahlawan Kota Surabaya merupakan representasi dari sejarah yang terjadi di Kota Surabaya. Terdapat bangunan yang bersifat simbolik di dalam areal Tugu Pahlawan Kota Surabaya. Dari simbol tersebut dapat menimbulkan pemaknaan berbeda dari berbagai perspektif dan masih belum banyaknya literasi yang membahas Tugu Pahlawan. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan konfigurasi spasial ruang publik Tugu Pahlawan Kota Surabaya dan dua sasaran yang dapat menentukan zona-zona secara fisik maupun non fisik. Penelitian ini menggunakan metode content analysis dan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan data survei menggunakan metode wawancara in-depth interview terhadap 8 responden. Responden berasal 3 stakeholder (pengelola, ahli, dan masyarakat). Lalu menginterpretasikan pendapat responden mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konfigurasi spasial. Penelitian ini didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konfigurasi spasial, yaitu: organisasi keruangan, tata letak, sirkulasi, orientasi, penanda, persepsi, perilaku masyarakat, nilai ekonomi, pemanfaatan ruang, nilai ruang dan zonasi ruang. Temuan bentuk konfigurasi spasial yang berupa penggambaran peta mental yang dimaknai sebagai zonasi non fisik. Pembagian zonasi berupa ruang kontemplatif, ruang ceremonial, ruang sosial, dan ruang sarana pendukung. Temuan ini berkontribusi untuk mengkonseptualisasikan dan memahami hubungan struktur spasial pada konteks kawasan lingkungan. Konfigurasi spasial digunakan untuk menjadi pedoman untuk pengembangan lingkungan yang terstruktur

    Arahan Pengembangan Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan Kota Malang sebagai Heritage Tourism

    Get PDF
    Kawasan Kayutangan Kota Malang dulunya merupakan pusat kota pada tahun 1914. Hal ini dapat dibuktikan dengan dapat ditemukannya peninggalan-peninggalan bersejarah serta tampilan visual bangunan-bangunan yang ada di Kawasan ini. Koridor Jalan Basuki Rahmat atau dulunya Kayutangan merupakan salah satu koridor jalan bersejarah yang membentuk karakter khas Kota Malang, yang secara visual dibentuk oleh deretan fasad bangunan di sepanjang Jalan Basuki Rahmat atau yang dulu disebut Jalan Kayutangan. Namun, Kawasan Kayutangan telah mengalami perubahan baik secara fisik maupun non-fisik seiring berjalannya waktu dan berkembangnya perkotaan yang menyebabkan berkurangnya nilai sejarah dan ciri khas yang dimilikinya. Penelitian ini memiliki dua tahap analisis. Tahap pertama yaitu analisis faktor – faktor yang mempengaruhi pengembangan Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan Kota Malang sebagai heritage tourism menggunakan analisis Delphi. Kemudian tahap kedua atau tahap terakhir yaitu analisis arahan pengembangan yang sesuai pada Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan sebagai heritage tourism yang menggunakan beberapa acuan seperti tinjauan teori, kondisi eksisting kawasan, best practice, dan tinjauan kebijakan. Hasil dari penelitian ini didapatkan 11 faktor yang mempengaruhi Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan sebagai heritage tourism melalui Analisis Delphi. Setelah ditemukan ke-11 faktor tersebut maka ditemukan arahan pengembangan Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan Kota Malang sebagai heritage tourism. Arahan tersebut berfokus pada penyelarasan fasade bangunan cagar budaya, peningkatan dan perlindungan fisik cagar budaya, peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan aksesibilitas dan pemasaran, serta meningkatkan kebijakan dan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan Kota Malang

    Arahan Pengembangan Alun-Alun Reksogati Ibu Kota Caruban dengan Konsep Placemaking

    Get PDF
    Alun-alun Ibu Kota Caruban Reksogati, yang terletak di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, merupakan ruang terbuka publik baru di wilayah tersebut. Alun-alun ini dipindahkan dari pusat kota Madiun ke Kecamatan Mejayan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2010. Alun-alun Reksogati memiliki lokasi strategis yang memudahkan akses antarkota dan antarkabupaten. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Madiun tahun 2009-2029 menetapkan bahwa Alun-alun Reksogati terletak di Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP 1) dan diarahkan sebagai kawasan perkotaan dengan fungsi utama sebagai pusat pelayanan fasilitas umum, perdagangan dan jasa, serta pusat pemerintahan. Namun, meskipun memiliki potensi strategis, Alun-alun Reksogati masih menghadapi beberapa persoalan, seperti fasilitas yang tidak berfungsi optimal. Fenomena ruang publik di negara berkembang seringkali ditandai dengan ketidakteraturan dan sifat informal. Oleh karena itu, diperlukan pemulihan dan pengembangan ulang Alun-alun Reksogati dengan pendekatan konsep placemaking untuk mengembalikan fungsi dan menciptakan ruang terbuka publik yang nyaman. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan konsep pengembangan kawasan Alun-alun Reksogati Caruban dengan menggunakan konsep placemaking. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, penelitian ini akan memfokuskan pada dua sasaran. Sasaran 1, merumuskan faktor-faktor penentu yang terkait dengan konsep pengembangan kawasan Alun-alun Reksogati Ibu Kota Caruban dengan pendekatan placemaking. Selanjutnya pada asaran 2, merumuskan arahan pengembangan kawasan Alun-alun Reksogati Ibu Kota Caruban dengan memanfaatkan konsep placemaking. Dalam tahap ini, akan dibuat rekomendasi dan panduan mengenai bagaimana pengembangan kawasan Alun-alun Reksogati dapat dilakukan secara detail dan sesuai dengan konsep placemaking. Dari hasil analisis diketahui bahwa terdapat sebelas faktor yang berpengaruh pada pengembangan Alun-alun Reksogati dengan konsep placemaking, seperti Feeling Attachment, Partisipasi, Aktivitas Sosial, Aktivitas Ekonomi, Fungsi dan Makna, Komponen Ruang Luar, Aktivitas Kultural, Keamanan, Estetika, Respon Masyarakat, dan Kenyamanan. Sebelas faktr tersebut dikaji dengan best practice, dan tinjauan kebijakan, didapatkan 16 arahan pengembangan Alun-alun Reksogati yang dapat diimplementasikan dengan konsep placemaking

    Penentuan Arahan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kawasan Perkotaan Lumajang

    Get PDF
    Ruang Terbuka Hijau merupakan faktor penting dalam terbentuknya suatu kota yang ideal. Pedoman mengenai ketetapan penyediaan RTH telah diatur dalam peraturan perundangan yang mewajibkan setiap daerah memiliki 30% RTH dari luas wilayah dengan proporsi 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Lumajang masih tergolong minim. Berdasarkan RDTR BWP Lumajang Tahun 2018-2038 disebutkan bahwa RTH publik eksisting sebesar 7,2669 hektar yang seharusnya 705,39 hektar dari luas wilayah. Minimnya luas RTH publik yang tersedia ini diakibatkan oleh keterbatasan lahan yang dapat digunakan untuk penyediaan RTH. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan arahan penyediaan Ruang Terbuka Hijau Publik di kawasan perkotaan Lumajang. Dalam merumuskan arahan penyediaan RTH publik, dilakukan melalui beberapa tahap analisis yaitu pada sasaran 1 mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam penyediaan RTH publik pada kawasan perkotaan Lumajang menggunakan metode analisis delphi. Selanjutnya pada sasaran 2, faktor-faktor yang didapatkan dari hasil analisis delphi digunakan sebagai faktor penentu dalam merumuskan arahan penyediaan RTH publik dikawasan Perkotaan Lumajang dengan metode deskriptif kualitatif. Dari hasil analisis diketahui bahwa faktor yang berpengaruh dalam penyediaan RTH publik dikawasan Perkotaan Lumajang yaitu keterbatasan lahan, alih fungsi lahan, RTH dalam rencana tata ruang, implementasi rencana kerja, anggaran penyediaan RTH, partisipasi masyarakat, pertumbuhan penduduk, dan harga lahan. Penelitian ini menghasilkan 15 arahan penyediaan RTH publik dikawasan Perkotaan Lumajang

    Faktor-faktor Keruangan yang Berpengaruh terhadap Kriminalitas di Kota Surabaya

    Get PDF
    Daya tarik Kota Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia meningkatkan persaingan diantara masyarakatnya untuk mendapat kehidupan yang lebih baik. Persaingan inilah yang menyebabkan angka kriminalitas di Kota Surabaya menjadi tinggi. Kejahatan jalanan merupakan kejahatan yang berada pada ruang publik dan dapat terjadi pada seorang. Seorang pelaku kejahatan tentunya tidak melakukan kejahatan di suatu tempat tidak berdasarkan pertimbangan. Sehingga lokasi kejahatan tersebut dapat dipelajari. Ruang-ruang terisolasi, sepi, gelap, tidak terdapat banyak orang dianggap lebih rawan akan kejahatan. Disamping itu lingkungan dengan masyarakat kurang mengenal satu sama lain, lingkungan dengan kepadatan tinggi. lingkungan yang kurang terawat, dan kurang rapi dapat memicu terjadinya kejahatan.Wawancara terhadap responden mengenai persepsi mereka terhadap sebuah ruang kriminalitas. Melalui metode content analysis dari hasil wawancara, diinterpretasikan pendapat responden mengenai faktor ruang yang memicu kriminalitas. Melalui content analysis tersebut pula dapat diketahui ruang-ruang yang memicu kejahatan di luar adanya teori atau stereotip masyarakat.Dari penelitian ini didapatkan persepsi-persepsi masing-masing responden terhadap ruang rawan kejahatan. Sehingga didapatakan variabel keruangan yang memicu kriminalitas menurut berbagai sudut pandang

    Konfigurasi Spasial Kawasan Permukiman Kampung Maspati

    Get PDF
    Kampung Maspati merupakan salah satu kawasan permukiman yang dimana masih menganut budaya kearifan lokal yang selalu diterapkan pada permukiman tersebut. Kampung Maspati ini dikelilingi bangunan modern dan sudah banyak transformasi fisik bangunan namun pada beberapa titik di kampung Maspati budaya, kearifan lokal dan tradisi-tradisi kampung tetap terjaga. Potensi-potensi fisik dan non fisik pada Kampung Maspati dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Maspati untuk aktivitas sehari-hari mereka. Sehingga, dalam kampung ini tercipta konfigurasi spasial yang membuatnya berbeda dengan kampung-kampung lainnya, terutama dengan kampung-kampung di sekitarnya. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menemukan bentuk konfigurasi spasial yang terbentuk pada permukiman Kampung Maspati yang dimana dapat menjadi masukan untuk pembangunan kawasan tersebut. Melalui metode content analysis, diinterpretasikan pendapat responden mengenai faktor ruang yang mempengaruhi konfigurasi spasial Kampung Maspati hingga menemukan konfigurasi spasial masyarakat terhadap bentuk permukimannya. Dari penelitian ini didapatkan faktor-faktor ruang yang berpengaruh yaitu identitas, sosial masyarakat, kepercayaan, tradisi, mata pencaharian, estetika, tata letak, jaringan jalan dan sirkulasi dan di dapatkan bentuk konfigurasi permukiman kampung Maspati terbagi menjadi 2 cluster dengan pola linier mengikuti jalan dengan pola jaringan grid yang terbagi menjadi ruang sakral-profan

    Penentuan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lokasi Coworking Space di Kota Surabaya

    Get PDF
    Perkembangan teknologi memicu munculnya revolusi industri keempat atau Industrial Revolution 4.0 yang ditandai dengan bersatunya beberapa teknologi atau yang dikenal sebagai fenomena disruptive innovation. Merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi untuk rencana Coworking Space di  Kota Surabaya merupakan salah satu strategi awal yang tepat untuk meningkatkan tingkat produktifitas dan keaktifan masyarakat dalam pengembangan kreativitas serta kegiatan literasi, belajar, dan diskusi. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi Coworking Space di Kota Surabaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling pada pengelola dan pengguna Coworking Space di Kota Surabaya, reduksi variabel dengan Content Analysis menggunakan software Nvivo 10. Hasil dari penelitian ini didapatkan 14 faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi Coworking Space di Kota Surabaya, yaitu Keaktifan dan daya hidup yang tinggi, Lingkungan masyarakat kosmopolitan, Tata ruang dinamis, Komunitas Kreatif di Sekitar Lokasi Coworking Space, Fungsi jalan pada lokasi Coworking Space, Tingkat Keamanan sekitar lokasi Coworking Space, Tingkat Kenyamanan sekitar lokasi Coworking Space, Jarak Coworking Space dengan permukiman, Jarak Coworking Space dengan pusat pertumbuhan ekonomi (perdagangan dan jasa), Jarak Coworking Space dengan sarana pendidikan, Kondisi estetika lingkungan, Ketersediaan jaringan listrik, Ketersediaan jaringan telekomunikasi, dan Ketersediaan lahan parkir
    corecore