Oxygen saturation among newborns in the first 10 hours of life to detect Critical Congenital Heart Disease - Ductus Dependent

ABSTRACT Delay diagnosis of Critical Congenital Heart Disease (CHD) can be associated with sudden clinical deterioration and dangerous cardiovascular conditions. The oxygen saturation screening among newborns in the first 10 hours of life is essential for early detection of critical CHD. This study aims to prove that measuring oxygen saturation among newborns in the first 10 hours of life can detect critical CHD. This study is a diagnostic experimental with consecutive sampling subjects in the infant care unit of Dr. Soetomo Hospital, including all newborns with birth weight ≥ 1500 grams and oxygen saturation at ≥ 1 hour of age below 90%. The measurement of oxygen saturation uses fingertip pulse oximetry in the right hand and foot at the age of 10 hours. A "positive oxygen saturation" is defined as oxygen saturation ≤ 85% or different oxygen saturation ≥ 3%, while a "negative oxygen saturation" is when the oxygen saturation is 85% to 90% or different oxygen saturation is 3%. Echocardiography is performed for the gold standard. From November 2019 to January 2020, 11 newborns underwent an oxygen saturation examination. Five subjects (45.46%) in the category of positive oxygen saturation, echocardiographic showed all Critical CHD (100%). Six subjects (54.54%) with negative oxygen saturation category, echocardiographic results showed two critical CHD (33.34%) and four non-critical CHD (66.66%). Fisher's exact test p < 0.005 (α). The diagnostic oxygen saturation test among newborns at 10 hours of life shows ≤85%, all subject’s echocardiography (100%) shows detection of critical CHD, while saturation 85% to 90% has of 33.3% for detection of critical CHD. The sensitivity and specificity of oxygen saturation for early diagnosis of critical CHD are 100% and 67%, respectively. Keywords: critical congenital heart disease, oxygen saturation, fingertip pulse oximetry, diagnostic tests*Corresponding Author: [email protected]

Manipulasi Reproduksi Pada Itik Petelur Afkir Dengan Pregnant Mare Serum Gonadotropin

Ternak itik sangat populer dikalangan masyarakat pedesaan, karena mempunyai beberapa keuntungan antara lain : memerlukan modal yang relative kecil sehingga dapat terjangkau oleh daya beli peternak, kemampuan berreproduksi yang lebih cepat dan dapat memanfaat limbah pertanian, sehingga dengan melihat potensi ternak itik tersebut perlu adanya pengkajian pengelolaan usaha peternakan itik untuk dapat membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Produksi dan reproduksi merupakan dua hal yang tidak dapat dapat dipisahkan dalam bidang peternakan. Kegagalan reproduksi baik karena factor pengelolaan maupun faktor intern ternak itu sendiri merupakan hambatan dalam berproduksi. Fungsi reproduksi sangat tergantung pada suatu mekanisme hormonal yang kompleks. Oleh karena itu untuk dapatnya mengatasi problem-problem reproduksi perlu secara pasti diketahui faktorfaktor fisiologis yang mendasari Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis peran hormone PMSG serta pengaruhnya terhadap perkembangan ovarium dalam kaitannya dengan peningkatan produksi telur pada itik afkir (akhir produksi). Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 10 kali ulangan. Sam pel penelitian berupa ternak itik petelur Mojosari fase akhir produksi sebanyak 40 ekor, masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor itik sebagai ulangan. Kelompok kontrol diberikan suntikan NaCI fisiologis, kelompok perlakuan pertama, kedua dan ketiga berturut-turut diberikan perlakuan suntikan hormon PMSG dengan dosis 10 IU, 15 IU dan 25 IU, yang disuntikkan secaraa intra muskular selama 8 minggu dengan interval penyuntikan 2 minggu sekali. Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Anava Satu Arah dengan uji lanjut 8eda Nyata Terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian hormon PMSG dosis 15 IU dapat menyebabkan peningkatan produksi telur yang terbukti dari banyaknya telur selama penelitian (43 butir) sedangkan kelompok kontrol jumlah telur yang didapatkan adalah 10 butir. Serta pemberian hormon PMSG dapat meningkatkan ukuran organ reproduksi yang dinyatakan dengan berat ovarium" dan saluran reproduksi dan panjang saluran reproduksi

Maggot Black Soldier Fly Supplementation on Feed to Production Performance and Business Analysis Super Native Chicken Finisher Period

This study aimed to determine the analysis of super native chicken farm business with Black Soldier Fly (BSF) maggot supplementation on feed on the production performance of super native chickens, including feed consumption, body weight gain and feed conversion. This study used 50 super male native chickens aged 4 weeks and adapted for 1 week then randomized into five treatments, including P0 (basal feed without BSF maggot), P1 (basal feed + 2.5% BSF maggot), P2 (basal feed + 5% BSF maggot), P3 (basal feed + 7.5% BSF maggot), and P4 (basal feed + 10% BSF maggot). Statistical data analysis was processed using One Way ANOVA and followed by post hoc Duncan. The results showed that the level of feed consumption was high in treatment P4, the highest body weight gain was in P4, the lowest feed conversion was in P1. Contribution margin analysis (CM) was used to determine the benefits of the treatment in this study. 2.5% BSF (P1) maggot supplementation is recommended to increase profits

Kualifikasi Dosen Universitas Airlangga Yang Melakukan Penelitian Di Lembaga Penelitian Universitas Airlangga Tahun 2001

Akhir-akhir ini terjadi peningkatan jumlah usulan penelitian yang pendanaannya lewat Lembaga Penelitian. Gejala demikian itu cukup mengembirakan dan menunjukkan adanya semangat meneliti serta kepedulian staf pengajar Unair terhadap masalah-masalah pembangunan yang harus dipecahkan. Semangat dan kepedulian ini perlu dijaga dan dipelihara agar Unair dapat memberikan sumbangan IPTEKS yang benar-benar bermanfaat bagi pembangunan regional khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya. Untuk itulah maka Lemlit Unair telah mengadakan penilaian dan seleksi terhadap usulan-usulan penelitian yang masuk. Hasil penilaian ini akan sangat bermanfaat bagi Lemlit dalam menentukan kebijakan pengembangan penelitian di universitas Airlangga. Di samping itu juga bermanfaat bagi pengusul penelitian untuk mengetahui kekurangan-kekurangannya

Respon Klien Terhadap Pelayanan Elektroakupunktur Hewan di Klinik La Femur Surabaya

Elektroakupunktur merupakan metode modern dalam bidang akupunktur veteriner. Penerapan pada hewan dinilai efektif, ekonomis, tidak menimbulkan efek samping sehingga klien merasa puas. Kepuasan klien berdasarkan persepsi terhadap kualitas pelayanan yaitu kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang diterima klien. Tangibel, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy merupakan lima unsur dimensi kualitas pelayanan. Jumlah responden yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu sebanyak 30 responden menggunakan layanan elektroakupunktur hewan sebanyak dua kali di klinik La Femur. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan indeks kepuasan klien dan importance performance analysis. Hasil analisis data lima dimensi kualitas pelayanan elektroakupunktur hewan klinik La Femur menunjukkan nilai tangibel 0.91%, reliability 0.97%, responsiveness 0.99%, assurance 0.99% dan empathy 0.98%. Lima dimensi pelayanan elektroakupunktur hewan klinik La Femur menunjukkan nilai diatas standart

Pengaruh Pemberian Infusa Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Peningkatan Persentase Kapasitasi Spermatozoa Tikus Putih (Rattus norvegicus)

The aims of this research was to know the effect of mangosteen (Garcinia mangostana L) peel infusion on increasing the capacitation percentage on spermatozoa of white rats (Rartus norvegicus). The inspection of semen feasibility was done for further treatment. The treatment were devided into five groups with 5 rats in each group. The treatments are rats that were exposed in sunlight for 15 minutes and was given aguabides (PO), rats that were exposed in sunlight for 15 minutes and was given vitamin C (P1), rats that were exposed in sunlight for 15 minutes and was given mangosteen peel infusion 5 Yo (P2), rats that were exposed in sunlight for 15 minutes and was given mangosteen peel infusion 10 Yo (P3), and rats that were exposed in sunlight for 15 minutes and was given mangosteen peel infusion 15 Yo (P4). Rats were given adaptation time for 1 week, then be given treatment for 2 weeks. In the end of treatment, semen of rats were taken from the epididimis tract, then the capacitation spermatozoa was checked by reagent FITC (Flourescent Isotiocianat). Data were compared using Kruskal-Wallis test and Mann Whitney. The result showed that on P4 have the highest capacitation presentage (21,20) that not significantly difference with P3 (17,00), whereas PO have the lowest effect (4,80) and P1 and P2 have same capacitation presentage (11,00). The result show that mangosteen peel infusion 10 Yo and 15 Y4 can increase capacitation presentage on white rats (Rattus norvegicus). Key words: Mangosteen peel infusion, capatitation presentag

The Modeling of Malaria Cases Tribal Based in Tanah Bumbu Using Space Time Autoregressive

The number of Malaria in this area always has the tendency of the most compared to the city/another district in South Kalimantan Province. The discovery of cases of malaria in Tanah Bumbu on 2012 total 6044 cases from the total 29212 cases in South Kalimantan. The purpose of this research predicts the cases of Malaria in Tanah Bumbu tribal-based approach with space time autoregressive (STAR) model. The results of the study showed predicting the prevalence of Malaria is a model of the STAR (16;1) with the weight of the location of the uniform. The weight of the uniform of the prevalence of Malaria, with constanta describe a correlation between ethnicity, therefore needed the weight of the other to examine the location of the tribal based

Produksi dan Kualitas Telur Itik Alabio di Daerah Sentra Peternakan Desa Sungai Pandan, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan 20 itik Alabio betina siap bertelur dengan rentang usia 6 bulan dan untuk pemeriksaan kualitas telur untuk masing-masing kelompok 10 sampel. Pengamatan tingkat produksi telur dilakukan selama tiga bulan dengan 10 pengulangan, kualitas telur (ketebalan kulit telur, persentase kulit telur, persentase kulit telur, persentase albumin, persentase kuning telur, huagh unit, warna kuning telur, kadar protein dan lemak kandungan). Data produksi telur dan kualitas telur diuji menggunakan uji Anova. Hasil pengamatan rata-rata produksi harian telur 15.45 ± 0.12, 14.72 ± 0.10, 14.91 ± 0.09; produksi berat harian (kg/hari) 925.27 ± 7.50, 875.40 ± 6.32, 884 ± 5.03; hasil dari ketebalan kulit telur kualitas 0.33 ± 0.01, 0.33 ± 0.12, 0.33 ± 0.12; persentase kulit telur 11.32 ± 0.93, 11.28 ± 0.10, 11.36 ± 0.05; persentase albumin 55.70 ± 1.08, 56.66 ± 1.22, 56.12 ± 1.00; persen kuning telur 32.07 ± 1.24, 31.55 ± 1.48, 31.64 ± 1.20; Haugh unit 88.70 ± 6.21, 91.41 ± 6.70, 94.51 ± 5.06. Warna kuning masing-masing memiliki skor 15. Dapat disimpulkan bahwa produksi dan kualitas telur itik Alabio baik