19 research outputs found

    Characteristics of Soil Fertility Affecting the Rice Fields Productivity in Bogor Regency

    Get PDF
    The purpose of this study was to determine the parameters of soil fertility in rice fields and the effect of soil fertility on paddy productivity in Bogor Regency. This research was conducted in the districts of Cileungsi, Darmaga and Leuwiliang, Bogor Regency. The location selection was done deliberately based on the location of rice production facilities with Ciherang and Inpari varieties. Sampling was conducted at several sampling points at each location. Each sub-district was taken 8 samples or 24 in total, then analyzed in the laboratory. Data processing using multiple regression with a dummy. The results showed that the soil in Bogor Regency was generally acidic, where soil fertility characteristics with organic C content were low to moderate, nitrogen was very low to moderate, P was low to high, K was very low to moderate, CEC was moderate to high, and saturation bases (KB) are moderate to high. Soil biology, namely total bacteria, total fungi, total solvent P bacteria, Azotobacter sp., And Rhizobium sp. Are generally low to moderate. Variable characteristics of soil fertility in the form of organic C, Nitrogen (N), K2O HCl 25%, and CEC significantly influence rice productivity. Soil fertility in the three districts is almost the same and does not affect the productivity of rice fields. While the productivity of rice fields with Inpari varieties is higher than those grown by Ciherang varieties. To increase the productivity of rice fields in Bogor Regency, it is recommended to plant Inpari variety rice by applying N fertilize

    PENINGKATAN KUALITAS HIDUP LANSIA MELALUI SELF HELP GROUP DI RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA

    Get PDF
    Peningkatan usia pada lansia dapat mengakibatkan berbagai masalah seperti baik secara fisik, biologis, mental, maupun sosial ekonomi. Hal inilah yang membuat penting suatu panti wredha sebagai tempat untuk pemeliharaan dan perawatan bagi lansia, di samping sebagai long stay rehabilitation yang tetap memelihara kehidupan bermasyarakat. Semakin lama lansia hidup dalam panti wredha mengakibatkan masalah juga salah satunya adalah kualitas hidup. Masalah kualitas hidup lansia diukur melalui kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Keempat kebutuhan tersebut apabila tidak dipenuhi maka akan menurunkan kualitas hidup lansia. Penanganan yang dapat dilakukan  dalam meningkatkan kualitas lansia tersebut adalah melalui self-help group (SHG). Kegiatan ini merupakan support group yang dilakukan agar lansia dapat menemukan masalah kesehatan yang mereka alami dan dapat mengatasi masalah tersebut bersama anggota kelompoknya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh SHG terhadap kualitas hidup lansia. Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experimental pre-test post-test control group design. Jumlah sampel adalah sebanyak 40 lansia yang diambil dengan teknik total sampling dan dibagi kedalam kelompok intervensi (n=20) dan kontrol (n=20). Bentuk intervensi berupa pemberian SHG sebanyak 4x selama 1 bulan. Instrument yang digunakan adalah modifikasi buku panduan SHG dan WHOQOL-BREF (The Bref Version of World Health Organization’s Quality of Life Questionnnaire). Data dianalisa dengan independent t-test atau uji Wilcoxon. Hasil menunjukkan bahwa SGH berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia (p<0,001)Kata Kunci: kualitas hidup, lansia, self help grou

    AGRIBISNIS JAMBU METE DI WILAYAH PERBATASAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

    Get PDF
    Jambu mete merupakan tanaman pilihan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) yang beriklim kering. Di sisi lain, permintaan pasar dunia cukup tinggi dan harga cenderung naik.  Sampel penelitian ini adalah 30 petani dan 10 lembaga pemasaran.  Data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan diskusi terfokus dalam kelompok, kemudian dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif (Kelayakan Usahatani: NPV, IRR, Sensitivity dan Margin Pemasaran) serta Analisis SWOT (IFAS, EFAS dan Matrik SWOT).  Hasil analisis diperoleh agribisnis jambu mete di Kabupaten TTU terdiri dari subsitem agroinput, subsistem agroproduksi, subsistem agroindustri dan subsistem agroniaga serta lembaga penunjang (infrastruktur, kelompok tani; penyuluh; dan KUD).  Kelayakan usahatani memiliki nilai Net B/C 1,925; NPV Rp32.659.705,-; dan IRR 37,05. Terdapat 3 saluran tataniaga, dengan lembaga tataniaga terdiri dari pengumpul desa, pedagang besar kupang/atambua, besar/grosir dan pedagang pengecer. Hasil analisis IFAS dan EFAS dengan menggunakan metode SWOT, diperoleh alternatif strategi S – O dalam pengembangan jambu mete, yaitu meningkatkan produksi dengan dukungan kebijakan pemerintah dalam bantuan bibit unggul; integrase tanaman jambu mete – ternak sapi sebagai upaya perbaikan kesuburan tanah; menguatkan bargaining position melalui kelompok tani; dan penganekaragaman produk olahan kacang mete

    KONDISI SOSIAL EKONOMI PETANI SEBELUM DAN SETELAH BENCANA DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

    Get PDF
    Gempa bumi dan tsunami pada tanggal 25 Oktober 2010 di Kabupaten Kepulauan Mentawai, mengakibatkan korban jiwa, kerugian materi, terganggunya kehidupan masyarakat, rusaknya tatanan lingkungan sosial maupun fisik. Bencana ini juga mengakibatkan kerugian pada sub-sektor perkebunan dan perikanan yang merupakan sumber perekonomian masyarakat di Kepulauan Mentawai. Pemerintah melaksanakan program rehabilitasi dan rekonstruksi untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi di daerah terdampak bencana. Terkait dengan situasi tersebut, peneliti ingin mengukur perbedaan kondisi sosial ekonomi pada petani sebelum bencana dan setelah ada kegiatan rehabilitasi serta rekonstruksi saat dilakukan penelitian. Pengumpulan data dengan cara survei, wawancara, pengamatan, serta dari dokumen-dokumen yang tersedia. Metode analisis menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif serta menggunakan alat analisis statistik SPSS 21 untuk analisis uji beda. Hasil penelitian diperoleh kondisi sosial ekonomi petani yang dinilai dengan persentase yaitu nilai kepemilikan asset rumah, luas tanah, luas lahan sawah, luas lahan kebun, kepemilikan ternak dan luas kandang, kepemilikan alat transportasi, kepemilikan usaha sampingan, pendapatan keluarga, pendidikan, kesehatan dan sosial budaya rata-rata mengalami perubahan secara signifikan setelah program rehabilitasi dan rekonstruksi. Hal ini dibuktikan dengan analisis Uji Beda menggunakan SPSS 21, dengan nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05. Disarankan adanya pembinaan sosial ekonomi yang berkelanjutan khususnya tentang pertanian untuk memulihkan kembali kondisi sosial ekonomi pada petani yang terdampak bencana. Kata Kunci : Sosial, Ekonomi, Petani, Bencan

    STRATEGI USAHA TERNAK MANDIRI DI DESA CIMAHPAR, KAMPUNG BELENTUK KECAMATAN BOGOR UTARA

    Get PDF
    Usaha peternakan yang banyak diminati adalah peternakan ayam broiler karena memiliki permintaan yang tinggi. Kota Bogor merupakan salah satu daerah sentra produksi daging ayam broiler di Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Melakukan analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler dari aspek finansial (2) Mengidentifikasi permasalahan dalam usahatani peternakan ayam broiler menggunakan Analisis SWOT (3) Strategi keberlangsungan usaha. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2019 dengan menggunakan data primer dan sekunder. Analisis yang digunakan yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif, dimana analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif menggambarkan sistem usaha dan aspek nonfinansial serta analisis kuantitatif yang digunakan yaitu analisis kelayakan finansial. Berdasarkan hasil analisis Matrik SWOT peternakan ayam potong broiler SGF88 berada di posisi Kuadrant IV, dimana dalam posisi tersebut strategi yang dianjurkan adalah melakukan penyelamatan secepatnya sehingga tidak menimbulkan kerugian yang semakin membesar. Aspek finansial usaha peternakan ayam broiler SGF88 tidak layak untuk dilanjutkan, karena dilihat dari nilai R/C rasio sebesar minus 0,02, Net B/C sebesar 0,98, dan PP sebesar minus 52,24 periode. Hasil analisis switching value menunjukkan usaha peternakan ayam broiler sangat sensitif terhadap penurunan harga pakan sebesar 1% dibandingkan dengan sensitifitas kenaikan harga jual sebesar 18%

    KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN MENDO BARAT KABUPATEN BANGKA

    No full text
    Kabupaten Bangka memiliki kawasan perkebunan yang telah dikembangkan dengan investasi besar yang tersebar di Kecamatan Puding Besar, Bakam, Belinyu, Pemali dan Mendo Barat, di mana di dalamnya terdapat Kawasan Agropolitan Mendo Barat. Baik di Kabupaten maupun kawasan agropolitannya terdapat lima komoditas terbesar pada subsektor perkebunan, yaitu lada, karet, kelapa, kelapa sawit dan kakao. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan komoditas mana yang akan menjadi komoditas unggulan yang mampu menjadi sektor penggerak perekonomian Kawasan Agropolitan Mendo Barat. Pengumpulan data dilakukan melalui survei, wawancara, dan pengamatan, serta studi literatur dari dokumen-dokumen yang tersedia. Metode analisis penentuan komoditas unggulan dilakukan dengan menggunakan perhitungan Location Quotient (LQ) dan Metode Bayes untuk melengkapinya. Hasil perhitungan LQ menunjukkan komoditas lada dan karet memiliki nilai LQ &gt; 1, artinya Kawasan Agropolitan Mendo Barat dapat swasembaga komoditas lada dan karet. Hasil analisis Bayes dari lima komoditas tersebut menunjukkan lada merupakan tanaman yang memiliki prospek paling tinggi untuk dikembangkan mulai kesesuaian lahan, penerimaan masyarakat, peluang ekspor, harga komoditas, dan keterkaitan dengan hilir yang kuat. Meski demikian, masih ada terkerbatasan modal usaha dan penguasaan teknologi budidaya maupun pascapanen. Komoditas kedua yang layak dipertimbangkan adalah karet, di mana tanaman ini memiliki kesesuaian lahan yang tinggi, peluang ekspor yang masih tinggi dan memiliki areal tanam yang terluas. Selain itu adanya dukungan dari pabrik pengolahan di lokasi. Di sisi lain, komoditas karet sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga di dunia, sulitnya pemeliharaan tanaman serta penguasaan teknologi pascapanen. Bangka Regency has plantation areas that have been developed with large investments spread across the Districts of Puding Besar, Bakam, Belinyu, Pemali and West Mendo, wherein there is the West Mendo Agropolitan Area. In both the regency and its agropolitan areas, the five largest commodities are in the plantation sub-sector, namely pepper, rubber, coconut, oil palm and cocoa. The purpose of this research is to determine which commodities will become flagship commodities that are capable of becoming a driving sector for the economy of the West Mendo Agropolitan Region. Data collection was carried out through surveys, interviews and observations, as well as desk studies of the available documents. The analytical method for determining superior commodities is carried out using Location Quotient (LQ) calculations and the Bayes method to complete the LQ analysis. The results of the LQ calculation show that pepper and rubber commodities have an LQ value of &gt; 1, meaning that the West Mendo Agropolitan Region can be self-sufficient in pepper and rubber commodities. The results of the Bayes analysis of the five commodities show that pepper is a plant that has the highest prospects for development, starting from land suitability, public acceptance, export opportunities, commodity prices, and strong downstream linkages. However, there are still limited business capital and mastery of cultivation and post-harvest technology. The second commodity worth considering is rubber, where this plant has high land suitability, high export opportunities and has the largest planting area. In addition, there is support from processing factories on site, but on the one hand it is heavily influenced by price fluctuations in the world, lack of plant maintenance and low mastery of postharvest technology

    ANALISIS HUBUNGAN TERHADAP POLIS ASURANSI JIWA UNIVERSITAS BENGKULU PROGRAM PASCASARJANA MEGISTER MANAJEMEN ANALISIS HUBUNGAN PERSONAL SELLING TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN POLIS ASURANSI JIWA DI KOTA BENGKULU

    No full text
    Perkembangan industri asuransi di era sekarang telah tumbuh dengan pesatnya. Indonesia masih menjadi pasar potensial bagi industri asuransi untuk tumbuh dan erkembang.Rendahnya kepemilikan asuransi jiwa di Indonesia ini disebabkan oleh beberapa faktorsalah satunya kurangnya upaya oleh industri asuransi jiwa untuk mengedukasi pasar akan pentingnya asuransi jiwa.Produk asuransi adalah unsought goods, yaitu produk yang diketahuimanfaatnya tetapi tidak terpikirkan untuk dibeli.Keberhasilan perusahaan dalam menjual produk asuransi ditentukan oleh kemampuanperusahaan dalam menanamkan unsur kepercayaan pada prospek.Permasalahan yang diangkatpadapenelitianiniadalah (1) bagaimana tanggapan masyarakat terhadap pelaksanaan personal sellingoleh beberapa perusahaan asuransi jiwa di Kota Bengkulu (2) bagaimana keputusan pembelian polis asuransi jiwa di Kota Bengkuludan (3) bagaimana hubungan personal selling terhadap keputusan pembelian polis asuransi jiwa di Kota Bengkulu Tujuan yang hendakdicapaidaripenelitianiniadalah (1) menganalisis tanggapan masyarakat terhadap pelaksanaan personal selling beberapa perusahaan asuransi jiwa di Kota Bengkulu (2) menganalisis keputusan pembelian polis asuransi jiwa di Kota Bengkulu, dan (3) menganalisis hubungan personal selling terhadap keputusan pembelian polis asuransi jiwa di Kota Bengkulu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sasaran penelitian adalah nasabah asuransi jiwa di Kota Bengkulu dengan populasi sebanyak 130 orang. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan kualitatif dengan alat analisis berupa ristribusifrekuensi, content analysis dan analisis korelasi produk person moment Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa : (1) tanggapan responden terhadap kegiatan personal selling perusahaan asuransi jiwa di Kota Bengkulu termasuk dalam kategori baik. Rata-rata masyarakat menyatakan sikap positif terhadap kegiatan personal selling yang dilakukan oleh tenaga penjual (2) tanggapan responden terhadap keputusan pembelian polis asuransi jiwa termasuk dalam kategori baik. Artinya rata-rata responden memiliki sikap positif dalam proses pengambilan keputusan pembelian polis asuransi jiwa. Masyarakat tidak serta merta membeli namun terlebih dahulu memperoleh informasi kemudian menganalisis dan membandingkan dengan masing-masing produkdan (3) Terdapat hubungan yang kuat dan searah antara kegiatan personal selling terhadap keputusan pembelian polis asuransi jiwa di Kota Bengkulu. Artinya pelaksanaan personal selling yang baik akanmeningkatkan tingkat keputusan pembelian asuransi jiwa di Kota Bengkulu, atau sebaliknya pelaksanaanpersonal sellingyang buruk, akan mengurangi tingkat keputusan pembelian asuransi jiwa di Kota Bengkulu. Berdasarkanhasilpenelitianmaka saran penelitiadalah : (1) Terkait dengan pelasanaan kegiatan personal selling, tenaga penjual perlu memiliki pemahaman dan pengetahuan yang luas mengenai produk yang ditawarkan. Selain itu performance tenaga penjual juga sangat menentukan persepi dan kepercayaan calon pelanggan, untuk itu diperlukannya pelatihan yang rutin dan berkesinambungan kepada para tenaga penjual di lapangan. Tenaga penjual merupakan ujung tombak keberhasilan kegiatan personal selling. (2) Terkaitdengankeputusan pembelian pada masyarakat umumnya tidak secara langsung pada saat yang bersamaan dengan kegiatan personal selling, oleh karena itu diperlukan tindak lanjut dan komunikasi yang baik kepada calon pelanggan. Tetap menjaga hubungan baik dan senantiasa memberikan informasi yang akura

    Impact of Post-Disaster Rehabilitation Activities On Farmer Economic And Social Conditions Around The Sinabung Mountain

    No full text
    The disaster in Karo District due to the eruption of Mount Sinabung on September 15, 2013 has claimed lives, damage to homes, agricultural land and property. This affected the economic and social conditions of affected farmers, so the government intervened to improve these conditions through a rehabilitation and reconstruction program. The purpose of this study is to compare the economic and social conditions of the community before and after the eruption of Mount Sinabung due to rehabilitation and reconstruction activities and examine community participation in recovery activities. The analytical method uses the non-parametric Wilcoxon Signed Rank Test, with two related samples namely the measurement of conditions before the disaster and after the post-disaster rehabilitation-reconstruction are not mutually free. The results show that the land owned by respondents after the disaster was reduced, but land tenure by respondents increased because they rented land elsewhere. The types and number of livestock have decreased such as buffalos and chickens, but cattle have increased due to the aid in purchasing cattle. Money capital has increased because of the provision of financial assistance from the private sector or government. The number of kiosks and sales turnover increased with the change of the area around the disaster into a tourist destination. Likewise, farm family income has increased with the new arable land in Siosar which is planted with vegetables in addition to the results of coffee on the old land that is ready to harvest. Resilience of respondent faces disaster and willingness to rise from disaster in the category of vulnerable and increasing. Work ethic in the high category increases, but in the medium category it actually decreases. The dependency of aid from the government in the high category increases, but in the low category it decreases

    ANALISIS KUALITAS PELAYANAN (SERVQUAL) PADA GRAPARI TELKOMSEL BENGKULU

    No full text
    Grapari Telkosmel Bengkulu adalah kantor pelayanan Telkomsel di Bengkulu yang merupakan cabang dari kantor pelayanan Telkomsel Sumatra Bagian Selatan. Pada saat ini persaingan dalam pertelekomunikasian sangat ketat dan persaingan produk sangat mudah dan cepat untuk ditiru. Salah satu kunci utama dalam memenangkan persaingan adalah dengan memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. Salah satu alat analisis yang bisa digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan adalah Servqual (Service Quality). Pada peneltian ini analisis diukur dengan skala likert modifikasi dan perbandingan antara harapan dan kenyataan pelanggan.alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner yang dibagikan kepada responden. Sampel yang didapat dalam penelitian ini adalah 75 orang pengguna Telkomsel dan menggunakan teknik secara acak. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu tingkat kualitas pelayanan rata-rata secara keseluruhan adalah 77.96% yang berarti pelayanan agak puas, untuk mencapai puas perlu ditingkatkan lagi 8.76% karena persentase minimum puas adalah 86.72%. kualitas pelayanan terendah pada dimensi assurance yaitu 73.75%, sehingga perlu dilakukan perbaikan kualitasnya. Pada dimensi reliability yang perlu menjadi prioritas perbaikan adalah menyampaikan jasa sesuai janji, ketepatan waktu dalam penyelesaian masalah, penyediaan layanan tepat waktu. Pada dimensi responsiveness yang perlu menjadi prioritas perbaikan adlaah kemampuan petugas dalam menangani masalah dan daya tanggap petugas terhadapa keluhan. Pada dimensi emphaty prioritas perbaikan adalah pelanggan ditawari minum air mineral

    Nilai Strategis Komoditas Unggulan Kawasan Perdesaan, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat

    No full text
    Sektor pertanian di Kabupaten Pesisir Selatan masih merupakan ujung tombak pembangunan perdesaan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.  Dalam rencanaan pembangunan kawasan perdesaan (RPKP) diperlukan identifikasi dan analisis potensi komoditas unggulan daerah perdesaan. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi potensi pengembangan komoditas unggulan Kabupaten Pesisir Selatan, melakukan penilaian kontribusi produksi hasil komoditas unggulan dibandingkan komoditas lainnya, melakukan analisis peluang penyerapan tenaga kerja pada komoditas unggulan dan melakukan analisis studi kelayakan dalam peningkatan pendapatan dan pengurangan kemiskinan.  Metode penilaian yang digunakan adalah membandingkan dua kondisi, yaitu saat sebelum ada RPKP dan setelah ada kegiatan RPKP.  Sebelum ada kegiatan RPKP, pertumbuhan ekonomi kawasan mengikuti kondisi alamiah yang telah ada tanpa ada campur tangan.  Sedangkan kondisi setelah RPKP adalah kondisi ekonomi kawasan setelah ada upaya bantuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Nilai produksi komoditas menunjukkan bahwa ternak sapi, tanaman pangan padi, tanaman hortikultura cabai dan perkebunan kelapa sawit adalah komoditas yang memiliki nilai kontribusi ekonomi tertinggi di masing-masing kelompok komoditas. Tanaman pangan memberikan kontribusi tertinggi senilai Rp2.608.210.710.000,00 tahun 2022, juga dalam serapan tenaga khususnya pertanian tanaman pangan.  Hasil perhitungan kelayakan investasi pengemukan sapi membutuhkan biaya operasional dalam satu tahun adalah sebesar Rp110.272.000,00, nilai NPV sebesar Rp67.212.930,00, R/C rasio sebesar 2,56, dan Net B/C menunjukkan angka sebesar 1,56 selama umur usaha 5 tahun
    corecore