1,110 research outputs found

    Studi Komparasi antara Metode Latihan Aerobika dengan Metode Latihan Sirkuit dalam Meningkatkan Kondisi Fisik

    Full text link
    Akhir-akhir ini banyak orang melakukan kegiatan olahraga pada pagi hari. Bermacam-macam metode latihan digunakan untuk meningkatkan kondisi fisiknya. Dua metode latihan yang berkembang pesat, ialah metode Aerobika dan metode Sirkuit. Dalam uraian ini akan dianalisis tentang perbedaan dan persamaan kedua metode itu. Faktor-faktor yang dianalisis ialah: tujuan, bentuk dan pelaksanaan latihan, unsur-unsur kondisi fisik yang dikembangkan, lama waktu dan frekuensi latihan, intensitas latihan dan prinsip-prinsip pembebanan. Metode yang digunakan ialah metode analisis. Setiap faktor dianalisis dan ditarik kesimpulan sementara. Kesimpulan-kesimpulan diambil berdasarkan kesimpulan dari setiap faktor

    The Effect of Phytic Acid, Zinc and Soybean Extract on The Growth and Aflatoxin B1 Production by Aspergillus flavus

    Get PDF
    It has been reported that aflatoxin contamination in soybean was relatively low, but it was not guaranteed that soybean products is free from aflatoxin contamination. Naturally, soybean containing phytic acid and it bound zinc and protein. Zinc (Zn) is an important mineral for aflatoxin biosynthesis. Previous research indicated that some soybean products such as kecap was contaminated by aflatoxin. It might be Aspergillus flavus involved during kecap fermentation and it produced phytase for phytic acid degradation. Zinc will be released and available for aflatoxin biosynthesis. The aim of this research was to evaluate the effect of phytic acid, Zn and soybean extract on the growth and aflatoxin B1 (AFB1) production by Aspergillus flavus. Five kind of medium were used in the experiment, Glucose Ammonium Nitrate (GAN) medium, a special medium for aflatoxin production, GAN without Zn, GAN supplemented with phytic acid, GAN supplemented with soybean extract instead of glucose and soybean extract supplemented with phytic acid. Two and a half milliliter of spore suspension ��07spores/ml) was inoculated into 250 ml of each medium in 1 liter flask. Incuba�tion was done in shaker incubator at room temperature. The growth of mold and AFB� production were analy�ed on 3 and 6 days incubation time. The result indicated that phytic acid lowering the growth of mold in the early 3 days, but not at all after 6 days incubation. It seems that phytic acid delays the aflatoxin production. Lack of Zn in the medium brought about the lowering of aflatoxin production. Even glucose concentration in soybean extract medium was lower than in GAN medium, the growth of the mold was not inhibited but lower on glucose affect on decreasing of AFB1 production

    Kinetika Pertumbuhan Aspergillus Oryzae KKB4 pada Substrat Padat Serta Aktivitas Enzim Kasar Ekstraseluler untuk Mereduksi Aflatoksin B

    Full text link
    Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa Aspergillus oryzae KKB4, mampu mendegradasi aflatoksin B (AFB1) dan 1diketahui bahwa enzim ekstraseluler berperan dalam mendegradasi dan detoksifikasi AFB1 dengan menggunakansistem kultur rendam. Fermentasi jamur dengan substrat padatmemiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan kultur rendam, terutama karena media yang digunakan lebih murah. Hal ini disebabkan karena dapat mengguna- kan limbah pertanian sebagai media fermentasi. Dalam penelitian ini dilihat kinetika petumbuhan Aspergillus oryzae KKB4 pada substrat padat dan aktivitas enzim kasar ekstraluler terhadap penurunan AFB1. Sebagai media fermentasi digunakan dedak steril. Setelah inokulasi, dedak didistribusikan secara aseptis pada cawan petri sebanyak 29-30 gram tiap petri. Inkubasi dilakukan pada suhu 27 ºC dan RH 87-95 %. Parameter kinetik yang dipelajari adalah pertumbu-han biomasa yang diukur dengan protein biomasa, viable count, konsentrasi spora, laju produksi CO , kehilangan air 2dan kehilangan bahan kering serta aktivitas total enzim ekstriaseluler kasar terhadap AFB1. Enzim kasar diekstraksidari dedak terfermentasi dengan menggunakan buffer fosfat 0,05 M. Reaksi degradasi AFB1 dilakukan pada suhu 30ºC selama 1 jam dengan menggunakan AFB1 murni sebagai substrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbu- han biomasa berbeda antara yang diukur dengan viable plate count dan dengan pengukuran protein biomasa. Pada hasil plate count menunjukan pertumbuhan biomasa terjadi sampai hari ketiga fermentasi dan relatif konstan setelah periode tersebut, sedangkan dengan protein biomasa pertumbuhan terjadi sampai hari kelima fermentasi, dan terus sedikit meningkat pada periode berikutnya dengan maksimum protein biomasa 2,628 mg/g bahan kering. Laju pertum- buhan spesifik adalah 0,022/jam, dan laju produksi CO tertinggi adalah 0,0324 mmol/g/hari dan dicapai pada hari 2ketiga fermentasi. Aktivitas metabolisme juga ditandai dengan laju kehilangan bahan kering, degan laju tertingi pada hari ketiga fermentasi 0,035 g/g bahan kering/hari. Hubungan antara kehilangan bahan kering dengan produksi CO dinyatakan dengan persamaan y = 1,185 x + 0,0079. Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas metabolik (laju produksi CO dan jalu kehilangan bahan kering) dapat dipakai untuk mengukur pertumbuhan biomasa. Aktivitas total enzim ekstraseluler tertinggi juga dicapai pada hari ketiga fermentasi, yakni 1,699 µgAFB1/ml/jam, atau 0,888 µg AFB1/gprotein biomasa/jam

    Cara Sederhana Melakukan Senam Agar Badan Tetap Segar

    Full text link
    Pada setiap hari Jumat pagi yang ditetapkan sebagai hari Krida, semua pegawai negeri diwajibkan melakukan Senam Kesegaran Jasmani, dengan maksuduntuk meningkatkan kesegaran jasmani. Sementara orang berpendapat bahwa dengan melakukan Senam Kesegaran Jasmani setiap hari Krida, meskipun seminggu hanya sekali, maka akan dapat meningkatkan kesegaran jasmani. Bahkan ada yang berpendapat, meskipun ·dalam melakukan Senam Kesegaran Jasmani seenaknya saja, sudah pasti dapat meningkatk~n kesegaran jasmani. Namun sementara orang berpendapat lain, bahwa untuk dapat meningkatkan kesegaran jasmani, maka orahg harus melakukan aktivitas jasmani setiap h3:ri secara teratur, setiap kali melakukan latihan dalam waktu yang lama, dan dilakukan dengan sungguhsungguh dan penuh semangat. Mereka berpendapat bahwa jika melakukan Senam Kesegaran Jasmani hanya sekali seminggu, tidak akan membebani kerja jantung, yang berarti tidak dapat untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Yang terang berhasil dengan adanya hari Krida ini adalah USAha untuk mengolahragakan masyarakat, di mana sementara baru masyarakat pegawai negeri. Dengan adanya hari Krida itu orang telah merasakan manfaat senam Kesegaran Jasmani bagi peningkatan kesegaran jasmani, meskipun secara ilmiah belum diadakan penelitian

    Kinetika Pertumbuhan Aspergillus oryzae KKB4 pada Substrat Padat serta Aktivitas Enzim Kasar Ekstraseluler untuk Mereduksi Aflatoksin B

    Get PDF
    Previous research indicated that Aspergillus oryzae KKB4 be able to degrade aflatoxin B  (AFB1) and it was found 1that extracelular enzymes take a role on degrading and detoxify AFB1 in submerged culture system. Fungal fermenta-tion in solid-state culture more advantage compare to submerged culture system, because of the medium composition is simple and relatively cheaper than submerged culture. Agricultural waste usually used for solid-state culture system for fungal fermentation. The growth kinetics of Aspergillus oryzae KKB4 in solid-state culture and its extracellular enzyme activity were observed in this research. Rice bran was used for growth medium. The inoculated rice bran were aseptically distributed over petridishes containing 29-30 g of inoculated rice bran. Incubation was carried out in an incubator at 27 oC and relative humidity of 87-95 %. Kinetic parameters were studied, i.e. biomass, measured by bio- mass protein and viable plate count method, spore concentration, carbondioxide production rate (CPR), lost of water and dry matter, and the activity of crude extracellular enzyme againts AFB1. Crude extracellular enzyme was extractedfrom fermented rice bran by using 0.05M phosphate buffer and pure AFB1 was used as substrate. The reaction was conducted at 30 oC for 1 hr. It was shown that growth pattern was different between viable plate count and biomass protein. The biomass protein increased until the end of fermentation, and the maximum biomass protein was 2.628 mg/g dry matter. The maximum specific growth rate was 0.022/hr, and the highest carbon dioxide production rate (CPR) was0.0324 mmole/g/day found in the third day of fermentation. The metabolic activities also be shown by the rate of dry matter lost. The highest rate of dry matter lost also found in the third day of fermentation, and the correlation between dry matter lost and CPR was expressed in equation of y = 1.185 x + 0.0079. This result indicated that metabolic activi- ties (CPR, lost of dry matter) was able to be used as the growth parameter. The activity of crude extracellular enzyme associated with the fungal growth, and the highest activity was observed in the third day fermentation, it was 1.699 µg AFB1/ml/hr, or 0.888 µg AFB1/g biomass protein/hr.ABSTRAKPenelitian terdahulu menunjukkan bahwa Aspergillus oryzae KKB4, mampu mendegradasi aflatoksin B  (AFB1)  dan 1diketahui bahwa enzim ekstraseluler berperan dalam mendegradasi dan detoksifikasi AFB1 dengan menggunakansistem kultur rendam. Fermentasi jamur dengan substrat padatmemiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan kultur rendam, terutama karena media yang digunakan lebih murah. Hal ini disebabkan karena dapat mengguna- kan limbah pertanian sebagai media fermentasi. Dalam penelitian ini dilihat kinetika petumbuhan Aspergillus oryzae KKB4 pada substrat padat dan aktivitas enzim kasar ekstraluler terhadap penurunan AFB1. Sebagai media fermentasi digunakan dedak steril. Setelah inokulasi, dedak didistribusikan secara aseptis pada cawan petri sebanyak 29-30 gram tiap petri. Inkubasi dilakukan pada suhu 27 ºC dan RH 87-95 %. Parameter kinetik yang dipelajari adalah pertumbu-han biomasa yang diukur dengan protein biomasa, viable count, konsentrasi spora, laju produksi CO , kehilangan air 2dan kehilangan bahan kering serta aktivitas total enzim ekstriaseluler kasar terhadap AFB1. Enzim kasar diekstraksidari dedak terfermentasi dengan menggunakan buffer fosfat 0,05 M. Reaksi degradasi AFB1 dilakukan pada suhu 30ºC selama 1 jam dengan menggunakan AFB1 murni sebagai substrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbu- han biomasa berbeda antara yang diukur dengan viable plate count dan dengan pengukuran protein biomasa. Pada hasil plate count menunjukan pertumbuhan biomasa terjadi sampai hari ketiga fermentasi dan relatif konstan setelah periode tersebut, sedangkan dengan protein biomasa pertumbuhan terjadi sampai hari kelima fermentasi, dan terus sedikit meningkat pada periode berikutnya dengan maksimum protein biomasa 2,628 mg/g bahan kering. Laju pertum- buhan spesifik adalah 0,022/jam, dan laju produksi CO  tertinggi adalah 0,0324 mmol/g/hari dan dicapai pada hari 2ketiga fermentasi. Aktivitas metabolisme juga ditandai dengan laju kehilangan bahan kering, degan laju tertingi pada hari ketiga fermentasi 0,035 g/g bahan kering/hari. Hubungan antara kehilangan bahan kering dengan produksi CO dinyatakan dengan persamaan y = 1,185 x + 0,0079. Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas metabolik (laju produksi CO  dan jalu kehilangan bahan kering) dapat dipakai untuk mengukur pertumbuhan biomasa. Aktivitas total enzim ekstraseluler tertinggi juga dicapai pada hari ketiga fermentasi, yakni 1,699 µgAFB1/ml/jam, atau 0,888 µg AFB1/gprotein biomasa/jam

    Isolation of Rhizopus oryzae From Rotten Fruit and Its Potency For Lactic Acid Production in Glucose Medium with and without Addition of Calcium Carbonate

    Get PDF
    Studies on lactic acid production by filamentous fungi Rhizopus oryzae have been explored in the world. Unfortunately, these studies are still limited in Indonesia, particularly studies in lactic acid production by indigenous strain R. oryzae. Four strains obtained from rotten avocado and guava were potential in producing lactic acid (AT1, JT1, AT2, and AT3). Rhizopusoryzae AT3 was used for lactic acid production using 100 g/l glucose medium with and without addition of 7.5 g/l calcium carbonate (CaCO3) at initial fermentation. Addition of CaCO3 increased lactic acid concentration of 59.30%, the concentrations were 11.61 g/l and 18.495 g/l in glucose medium and glucose medium with CaCO3 addition, respectively. Glucose+CaCO3 medium also showed higher productivity, reached continuously from 1 day (0.059 g/l/h) until 5 days fermentation (0.154 g/l/h), whereas highest productivity in glucose medium was reached at 1 day fermentation (0.124 g/l/h) and continued to decrease until 5 days fermentation (0.065 g/l/h)

    Kepuasan Pengunjung Dalam Rangka Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Kediri Tahun 2016

    Full text link
    Improved service and repair facility must be done so that visitors do not get bored for a return visit, because if the services and facilities of a tourist attraction well then the visitors will come back to visit these attractions. Tourism Object potential to attract visitors in Kediri very much. Sightseeing in Kediri district were: Tegowangi Temple, Temple Surowono, Simpang Lima Gumul, Kelud, Ubalan, Niagara Irenggolo, Petilasan Sri Aji Joyoboyo, and The Old Church Puhsarang. This method is a method that can be used to understand the object that becomes the problem. Judging from the existing problems and objectives, this study classified as survey research is "research that takes a sample of the population and the use of a questionnaire as a main data retrieval tool" Singarimbun and Effendi (1999: 40) The survey was conducted by direct field observations are accompanied by interviews with local people, community leaders and government officials who are competent to tourism in the context of collecting data and information. For that use a checklist and implemented at all locations assessed as a potential object locations. In a visit to the sites in question, also conducted Deep discusion groups / in-depth discussion involving the community, leaders and the competent government authorities. Data and information were analyzed with SWOT method, which takes into consideration a variety of factors that contribute to negative or positive: strengths, weaknesses, opportunities and threats of the tourist attraction. Through the process will be done conclusion that the results of the survey point, which is then followed by the development of the recommendations, increased tourism facility in Kedir

    Occurrence and detoxification of mycotoxins in food

    Get PDF
    Key Words: fungi, agricultural products, aflatoxins, food hygiene, detoxificatio

    Studi Komparasi Antara Metode Latihan Aerobika Dengan MetodelLatihan Sirkuit Dalom Meningkatkan Kondisi Fisik

    Get PDF
    Akhir-akhir ini ban yak orang melakukan kegiatan olahraga pada pagi hari. Bermacam-macam metode latihan digunakan un- tuk meningkatkan kondisi fisiknya. Dua metode latihan yang berkembang pesat, ialah metode Aerobika dan metode Sirkuit. Dalam uraian ini akan dianalisis tentang perbedaan dan persama- an kedua metode itu. Faktor-faktor yang dianalisis ialah: tujuan, bentuk dan pelaksanaan latihan, unsur-unsur kondisi fisik yang dikembangkan, lama waktu dan frekuensi latihan, intensitas la- tihan dan prinsip-prinsip pembebanan. Metode yang digunakan ialah metode analisis. Setiap faktor dianalisis dan ditarik kesim- pulan sementara. Kesimpulan-kesimpulan diambil berdasarkan kesimpulan dari setiap faktor
    corecore