4 research outputs found
ANALISIS PENJUALAN SEPEDA MOTOR SCORPIO MEREK YAMAHA PADA PT. ALFA SCORPII DI PEKANBARU
Abstrak Tidak Tersedi
Geografis Information System Sebagai Media Informasi Persebara Benda – Bendayang Bernilai Budaya Dan Sejarah Di Sumatera Selatan
From the existence of objects - objects of value culture and history, especially the statues in South Sumatra Province is quite a lot in various areas in the South Sumatra. But until now there is no geographic description of the layout of objects - objects that are valuable cultural and historical especially the statues in South Sumatra. The purpose of this study is to establish a web-based geographic information system regarding the distribution of the statues so that users can access information via the Internet and direct berintraksi with the system. The system provides several tools that can be used to berintraksi with map information, zoom in, zoom out. In general, this WebGIS can help the community, and students in search of locations - locations spread of statues in South Sumatra
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHA SEKTOR INFORMAL DI SEPANJANG JALAN MENUJU KAMPUS UNAND LIMAU MANIS PADANG
Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional Indonesia merupakan rangkaian upaya
pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara didalam mewujudkan tujuan nasional yang
tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Salah satu
permasalahan besar pembangunan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah
masalah kependudukan. Masalah kependudukan yang harus mendapat perhatian
serius antara lain adalah tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi, jumlah
penduduk yang besar, kemiskinan, struktur umur yang muda, dan penyebaran
penduduk yang tidak merata.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di
dunia. Pada tahun 1990 jumlah penduduk Indonesia mencapai 179 jutajiwa.
Sepuluh tahun berikutnya jumlah tersebut telah meningkat menjadi 205 juta jiwa.
Dengan demikian pertambahan jumlah penduduk selama dasawarsa ini mencapai
sekitar 15% atau tumbuh dengan rata-rata 3% per tahun. Di satu sisi, jumlah
penduduk yang besar diyakini merupakan modal dasar dalam mencapai tujuan
pembangunan nasional, namun di sisi lain, dengan pengelolaan yang tidak tepat,
jumlah penduduk yang besar akan menimbulkan masalah kependudukan yang
sangat krusial terutama di bidang ketenagakerjaan. Pertambahan penduduk yang
tinggi di perkotaan telah berdampak pada jumlah penawaran tenaga kerja, jika
2
tidak diimbangi dengan permintaan tenaga kerja akan menambah terjadinya
pengangguran (Wahyuni, 2005).
Laju pertumbuhan penduduk yang cepat akan meningkatkan jumlah
pertumbuhan tenaga kerja dan angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
pada saat ini menyebabkan ketidakseimbangan antara pencari kerja dengan
ketersedian lapangan kerja yang memadai baik di desa ataupun di kota.
Kurangnya kesempatan-kesempatan kerja yang dapat disediakan dibandingkan
dengan jumlah angkatan kerja yang semakin lama semakin meningkat akan
menyebabkan jumlah pengangguran bertambah besar dan akibatnya akan menjadi
beban pembangunan yang lebih besar.
Pertumbuhan jumlah tenaga kerja yang masuk dalam angkatan kerja tidak
diimbangi oleh penciptaan lapangan pekerjaan yang mencukupi.
Ketidakseimbangan tersebut akan menimbulkan permasalahan pengangguran.
Tingkat pengaguran yang tinggi menandakan bahwa adanya ketidakmampuan
pertumbuhan ekonomi dalam menyerap seluruh angkatan kerja yang ada.
Pertambahan penduduk yang tinggi telah berdampak pada jumlah
penawaran tenaga kerja, jika tidak diimbangi dengan permintaan tenaga kerja
akan menambah terjadinya pengangguran. Untuk mempertahankan hidup, mereka
akhirnya masuk ke sektor informal (Hidayati, 2007).
Sektor informal merupakan salah satu alternatif kesempatan kerja yang
mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan tertentu seperti tingkat
pendidikan dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan salah satu faktor utama
3
yang memudahkan tenaga kerja memasuki sektor ini dan semakin mengukuhkan
kehadirannya sebagai penyangga terhadap kelebihan tenaga kerja. Keadaan ini
dalam jangka pendek akan dapat membantu mengurangi angka pengangguran di
Indonesia.
Kegiatan ekonomi di sektor informal semakin berkembang seiring dengan
bertambahnya angka pengangguran khususnya di perkotaan. Kegiatan sektor
informal yang menonjol biasanya terjadi di kawasan yang sangat padat
penduduknya, di mana pengangguran maupun pengangguran terselubung
(disquised unemployment) merupakan masalah yang utama. Tebatasnya lapangan
kerja dan proses industrialisasi yang terpusat di daerah perkotaan yang padat
modal membawa konsekuensi bahwa hanya tenaga kerja terampil saja yang dapat
memasuki sektor modern yang formal, sementara sektor informal pada saaat yang
bersamaan mengalami peningkatan dalam kapasitas intensitas dan jumlah
kegiatannya (Mulyadi S, 2002).
Keragaman peluang kerja di kota dengan tingkat upah relatif tinggi dari
tingkat upah di desa, penduduk pedesaan cenderung untuk pindah ke kota, di
pihak lain, tekanan kemiskinan di pedesaan mendorong mereka pergi ke kota.
Gelombang pendatang ini tidak mungkin bisa ditampung di sektor formal yang
biasanya kikir dalam menyerap tenaga kerja. Sektor informal menjadi penyelamat
para migran karena sektor formal memberi tempat yang amat sedikit
dibandingkan dengan arus deras pencari kerja. Sebab lain lahirnya kegiatan
ekonomi informal bisa juga ditelusuri dari sisi teknologi yang digunakan di dalam
sistem ekonomi. Penggunaan teknologi moderen yang tidak selektif yang berarti
4
tidak memperhitungkan manfaat sosialnya akan menciptakann sektor informal.
Kesenjangan teknologi yang mengarah pada ketergantungan teknologi
sesungguhnya menimbulkan kesulitan organisasi teknis dan ekonomi (Rachbini,
2007).
Proses informalisasi kegiatan ekonomi bisa dipandang sebagai sebuah
upaya untuk bertahan (survive) dari sebuah kondisi sistem yang kurang kondusif.
Itulah sebabnya kegiatan ekonomi informal bersifat lebih resisten terhadap setiap
gejolak ekonomi yang terjadi diluar sana, selain juga dianggap sebagai
penyalamat bagi masalah ketenagakerjaan krusial bagi pembangunan sampai saat
ini. Di pihak lain sektor informal dipandang cukup efisien dalam berbagai
kegiatannya karena mampu menyediakan kebutuhan-kebutuhan murah bagi
masyarakat miskin, bahkan untuk golongan bawah yang bekerja di sektor fromal.
Sektor informal memiliki kemampuan yang besar untuk menyerap potensi
ketenagakerjaan Indonesia yang tidak dapat ditampung oleh sektor formal.
Keluwesan sektor ekonomi informal dalam menyerap tenaga kerja ini bisa
dikatakan sebagai salah satu keunggulan yang dimilikinya (Rachbini, 2007).
Para pekerja di sektor informal biasanya kurang pendidikan formal,
umumnya tidak terlatih dan kurangnya akses modal, akibatnya produktifitas
pekerja dan pendapatan cenderung lebih rendah pada sektor ini daripada sektor
formal. Selain itu para pekerja tidak menikmati perlindungan yang diberikan oleh
sektor formal moderen dalam hal keamanan pekerjaan, limgkungan kerja yang
layak dan juga dana pensiun. Para tenaga kerja yang memasuki sektor ini
kebanyakan adalah migran dari area pinggiran ataupun luar daerah yang tidak
5
mampu mendapatkan pekerjaan di sektor formal. Motivasi mereka biasanya untuk
memperoleh pendapatan yang cukup untuk bertahan hidup, mengandalkan sumber
daya setempat yang ada untuk menciptakan lapangan kerja yang ada (Todaro P.
dan C. Smith, 2011).
Sebagai salah satu negara berkembang, keberadaan sektor informal di
Indonesia bukanlah fenomena yang sulit ditemukan, begitu juga dengan negara
berkembang lainnya. Namun, bukan berarti di negara-negar maju fenomena ini
tidak ada, hanya saja jumlah sektor informal negara maju jauh lebih sedikit
dibandingkan sektor informal di negara berkembang.
Peran penting yang dimainkan oleh sektor informal dalam menyediakan
kesempatan kerja sangat jelas. Sektor informal telah membuktikan
kemampuannya menghasilkan kesempatan kerja, sektor ini telah menyerap 50%
dari angkatan kerja perkotaan, beberapa penilitian telah menunjukan sektor
informal telah menghasilkan hampir satu pertiga dari penghasilan yang ada di
kota (P. Todaro dan C. Smith, 2011).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, Indonesia memiliki jumlah
pekerja informal terbesar dibandingkan dengan negara-negara berkembang
lainnya seperti Thailand (55%), Cina (51%), dan Malaysia (31%) yakni sebanyak
63% dari total pekerja. Organisasi Buruh Internasinal (ILO) juga menyatakan
bahwa hampir 50% pertumbuhan perekonomian negara berkembang bergantung
pada sektor informal (Editorial Bisnis Maret 2013, dalam Rihim Siregar).
6
Sektor informal masih mendominasi penyediaan lapangan kerja
masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Badan Pusat
Statistik Indonesia, persentase tenaga kerja Indonesia yang bekerja dalam sektor
informal mencapai 59,64 persen pada periode Agustus 2013. Sedangkan sisanya
40,36 persen bekerja dalam sektor formal dan pada tahun 2014 persentase tenaga
kerja Indonesia yang bekerja dalam sektor informal sebesar 59,38% sedangkan
pada sektor formal sebesar 40,62%.
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja di Sektor Formal dan
Informal
Tahun Jumlah Tenaga Kerja
Sektor Formal (%) Sektor Informal (%)
2004 28.425.447 30,33 65.296.589 69,67
2005 28.649.815 30,17 66.298.303 69,83
2006 29.672.337 31,08 65.784.598 68,92
2007 30.926.222 30,95 69.003.995 69,05
2008 31.199.099 30,42 71.353.651 69,58
2009 32.147.261 30,65 72.723.402 69,35
2010 33.740.315 31,41 73.665.257 68,59
2011 41.489.759 37,83 68.180.640 62,17
2012 44.164.624 39,86 66.643.530 60,14
2013 46.246.169 40,36 68.339.015 59,64
2014 46.558.877 40,62 68.069.149 59,38
Sumber: Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja Indonesia 2004-2014
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) dapat dilihat
pada tabel 1.1 perbandingan jumlah pekerja sektor informal dan formal dari
rentang tahun 2002-2012, sektor informal nampaknya masih mendominasi
penyediaan lapangan kerja masyarakat di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa
sektor ekonomi informal memiliki kemampuan yang besar untuk menyerap
potensi ketenagakerjaan Indonesia yang tidak bisa tertampung pada sektor formal.
7
Kota Padang merupakan salah satu kota terbesar di Pulau Sumatera yag
saat ini mulai berkembang pesat yang ditandai dengan mulai banyaknya
pembangunan pusat bisnis dan ekonomi serta berbagai macam infrastrukstur
dalam menunjang aktivitas kehidupan di Kota Padang. Sebagai kota yang
tergolong besar dan dengan jumlah penduduk yang bertambah tiap tahunnya, Kota
Padang tidak luput dari masalah perkotaan yang juga dialami oleh kota-kota besar
lainnya yakni masalah ketenagakerjaan.
Tingkat partisipasi tenaga kerja baik wanita maupun pria di sektor
informal di Kota Padang mengalami fluktuasi dari tahun 2007 sampai tahun 2013.
Berfluktuasinya jumlah tenaga kerja sektor informal di Kota Padang
mengindikasikan bahwa adanya faktor-faktor yang menyebabkan tingkat
pastisipasi tenaga kerja sektor informal di Kota Padang, Sumatera Barat.
Tabel 1.2
Jumlah Tenaga kerja Sektor Informal di Kota Padang
Tahun
Tenaga kerja Sektor
Informal di Kota Padang
Jumlah
Wanita Pria
2007 46.859 84.096 130.955
2008 51.731 85.791 137.522
2009 56.360 98..641 155.001
2010 44.340 88.126 132.466
2011 54.076 80.479 134.555
2012 49.312 66.845 116.157
2013 49.117 74.873 123.990
2014 61.177 76.804 137.804
Sumber: Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja Sumatera Barat 2007-2013
8
Mengingat bahwa banyaknya tenaga kerja yang diserap dan bergantung
pada sektor informal, maka sangat penting untuk mengetahui hal-hal apa yang
berpengaruh terhadap tingkat pendapatan pekerja sektor informal tersebut.
Pendapatan sangat peting untuk para pekerja di sektor informal, apalagi kegiatan
di sektor informal jarang bahkan tidak tersentuh sama sekali oleh pemerintah,
sehingga boleh dikatakan bahwa para pekerja di sektor ini akan bertanggung
jawab sendiri atas keberlangsungan kerja mereka sendiri.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis merasa
tertarik untuk melakuan penelitian melalui penulisan skripsi dengan judul
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN USAHA SEKTOR INFORMAL DI SEPANJANG JALAN
MENUJU KAMPUS UNAND LIMAU MANIS PADANG
Geografis Information System sebagai Media Informasi Persebara Benda – Bendayang Bernilai Budaya dan Sejarah di Sumatera Selatan
From the existence of objects - objects of value culture and history, especially the statues in South Sumatra Province is quite a lot in various areas in the South Sumatra. But until now there is no geographic description of the layout of objects - objects that are valuable cultural and historical especially the statues in South Sumatra. The purpose of this study is to establish a web-based geographic information system regarding the distribution of the statues so that users can access information via the Internet and direct berintraksi with the system. The system provides several tools that can be used to berintraksi with map information, zoom in, zoom out. In general, this WebGIS can help the community, and students in search of locations - locations spread of statues in South Sumatra