14 research outputs found

    Jemblung Sebagai Sebuah Sistem

    Get PDF
    Teori Fungsional Struktural yakni adanya berbagai struktur dan peranan dalam masyarakat cenderung berhubungan selaras. Perspektif Fungsional Struktural sebenarnya juga menerangkan perubahan. PandanganVan den Berghe mengenai perubahan. telah merangkum menjadi 7 ciri-ciri umum perubahan dalam perspektif, yaitu: 1. Masyarakat harus dianalisis secara keseluruhan, selaku “sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan”. 2. Hubungan sebab akibat bersifat “jamak dan timbal balik”.(garap dialog dalam istrumen, vokal antara sindenan, senggakan 3. Sistem sosial senantiasa bearada dalam keadaan “keseimbangan dinamis” penyesuaian terhadap kekuatan yang menimpa sistem menimbulkan perubahan minimal di dalam sistem itu. 4. Integrasi sempurna tak pernah terwujud, setiap sistem mengalami ketegangan dan penyimpangan namun cenderung dinetralisir melalui institusional

    Marginalisasi Seni Jemblung di Banyumas

    Get PDF
    1.Latar Belakang Banyumas merupakan wilayah eks-Karesidenan, meliputi Kabupaten: Banjarnegara, Banyumas, Cilacap dan Purbalingga. Dalam ini tidak hanya meliputi kewilayahan yang bersifat geografis, ekonomi, sosial, historis, tetapi juga budaya yang masing-masing memiliki keterikatan satu dengan yang lainnya. Ikatan kesamaan itu memiliki konsekwensi bagi keselarasan dalam pembangunan yang satu dengan lainnya, saling mengikat, saling mendukung dan saling mengisi (Surono, 2002) Masyarakat Banyumas juga cukup dikenal kalau logat bahasa (dialek) bicaranya ngapak-ngapak. Misalnya lumrahnya orang Jawa Tengahan (Solo, Jogja, Semarang, dan sekitarnya) berbicara ‘sopo’ baca ‘sopo’ padahal tulisannya ‘sapa’artinya ‘siapa’, dan anehnya masyarakat Banyumas sendiri tidak tahu persis apa itu artinya ngapak-ngapak. Intinya logat bahasa dan budaya masyarakat Banyumas apa adanya (blakblakan), membaca dalam kontek bahasa daerah (Jawa) sesuai dengan tulisannya. Misalnya berbicara ‘sapa’ baca ‘sapa’ karena tulisannya ‘sapa’ dan artinya ‘siapa’

    Sajian Komposisi Karawitan Sebuah Kategori Contoh Dalam Wacana Estetika Postmodern

    Get PDF
    1.Latar Belakang Pengertian estetika sebagai filsafat, hakekatnya telah menempatkan pada satu titik dikotomis antara realitas dan abstraksi, dan juga antara keindahan dan makana. Estetika tidak lagi menyimak keindahan dalam pengertian konfensional, melainkan telah bergeser kesebuah wacana dan fenomena. Estetika karya seni modern jika dipahami melalui pemahaman filsafat seni yang merujuk pada konsep-konsep keindahan jaman Yunani (abad pertengahan), akan mengalami penciutan atau pembunuhan preseptual, karena estetika bukan hanya simbolisai dan makna, melainkan juga daya. Setiap ungkapan atau ekspresi kesenian apapun bentuk dan media pengungkapannya pada dasarnya adalah ungkapan estetik seniman. Dalam dimensi estetis Noel Carroll (1999), pengalaman seni mencakup kepuasan rasa yang muncul tatkala menyaksikan suatu sajian karya atau obyek seni (merasa senang, dan puas menyaksikan sebuah ply) (Khanisar, 2004:65-78)

    Falsafah dan Konsep Ruang Tradisional Bali

    Get PDF
    1. Pendahuluan Melalui filsafatnya Kant bermaksud memugar sifat obyektifitas dunia ilmu pengetahuan. Agar supaya maksud itu terlaksana, orang harus menghidarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak empirisme. Rasionalisme mengira telah menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri subjeknya, lepas dari pengalaman. Empirisme mengira telah memperoleh pengetahuan dari pengalaman saja. Ternyata bahwa empirisme, sekalipun dimulai dengan ajaran yang murni tentang pengalaman, tetap melalui idealisme subyektif bemuara pada suatu skeptisme yang radikal (Juhaya S. Praja, 2003:116). Kritisme Kant dapat dianggap sebagai suatu usaha rasaksa untuk mendamaikan rasionalisme dengan empirisme. Rasionalisme mementingkan insur apriori dalam pengenalan, berarti unsur-unsur yang terlepas dari segala pengalaman (seperti “ide-ide bawaan” ala Descartes). Empirisme menekankan unsur-unsur aposteriori, berarti unsur-unsur yang berasal dari pengalaman, menurut Kant baik rasionalisme maupun empirisme kedua-duanya berat sebelah. Menurutnya, unsur apriori itu sudah terdapat pada indera, dan pengalaman inderawi selalu ada bentuk apriori (ibid, p.116-118

    Budaya Pluralistik Dalam Prespektif Pembangunan Pariwisata Berbasis Komunitas

    Get PDF
    1. Pendahuluan Dalam arti yang sangat luas, kebudayaan dapat dinyatakan sebagai keseluruhan masalah-masalah sepiritual, material, segi-segi intelektual dan emosional yang beragam, dan memberi watak kepada suatu masyarakat atau kelompok sosial. Kebudayaan juga dapat pula diartikan sebagai segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran (logika), kemauan (etika), serta perasaan (estetika) manusia dalam rangka perkembangan pribadi manusia; hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan Tuhan (Bandem, 1995). Para ahli kebudayaan menekankan pentingnya aspek kebudayaan diperhitungkan dalam pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1990), adalah kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dirinya dengan belajar. Selanjutnya menurut Koentjaraningrat, ada tujuh unsur kebudayaan secara universal, yaitu; (1). Bahasa, (2). Sistem teknologi, (3). Sitem mata pencaharian atau ekonomi, (4). Organisasi sosial, (5). Sitem pengetahuan, (6). Religi, dan (7). Kesenian

    Bayumas: sebuah Tijauan Historis

    Get PDF
    Salah satu sumber dapat dilihat dari babad Banyumas. Ada beberapa versi tentang babad Banyumas diantaranya: babad Pasir, Raden Baribin, Adipati Wirasaba, Tragedi hari Sabtu Pahing, Adipati Mrapat, Joko Kaiman membentuk Kabupaten Banyumas, Pembagian Daerah Kasepuhan dan Kanoman

    JEMBLUNG : MUSIK MULUT ALA BANYUMASAN

    Get PDF
    Suara manusia, merupakan medium tertua dalam sejarah perkembangan musik Dunia. Sebelum ditemukannya berbagai macam bentuk dan jenis instrument musik, “suara” sudah lama dipergunakan oleh umat manusia sebagai salah satu media komunikasi. Artikel singkat ini mencoba memberikan informasi tentang Jemblung, salah satu genre musik mulut sebagai media ungkap utama. Jenis musik ini berkembang di daerah Banyumas, Jawa Tengah. Fokus dari tulisan ini adalah mencoba melihat keunikan musik Jemblung dalam pertunjukannya di daerah Banyumas. Data-data diperoleh melalui referensi dari berbagai buku khususnya yang membicarakn tentang seni budaya Banyumas. Di samping itu, untuk keperluan tulisan ini juga dilakukan pengamatan secara langsung (observasition) terhadap pertunjukan Jemblung di daerah Banyumas dan melakukan wawancara dengan tokoh/seniman Jemblung. Hasil yang diperoleh menunjukan, Jemblung dapat dikategorikan sebagai musik vokal namun secara karakteristik memiliki perbedaan dengan jenis musik vokal pada umumnya. Salah satu keunikan dari pertunjukan musik Jemblung, terletak pada iringan musiknya. Pada masa dahulu, pertunjukan musik Jemblung pernah diiringi dengan instrument gamelan (gamelan bambu). Dalam realitasnya sekarang musik pengiring pertunjukan Jemblung semuanya dilahirkan lewat suara mulut dengan menirukan suara/irama yang terdapat pada gamelan. Keunikan lain dari pertunjukan Jemblung adalah selalu disediakannya makan ringan (jajan pasar) yang secara tidak langsung menjadi bagian dalam pertunjukan. Dalam pertunjukannya, para pemain/musisi bebas mengambil dan menyantap makanan sesukanya sambil diiringi dengan aksentuasi dari musik (dimainkan dengan mulut). Tingkah laku tersebut (makan sambil main musik) tidak menjadi beban bagi pemain/musisi apakah sesuai dengan kaidah-kaidah etika dan estetika. Oleh karena itu, sebagian masyarakat sering menyebut dalang Jemblung dengan “Dalang Gila”

    Pola Kekerabatan Masyarakat Banyumas

    Get PDF
    Kehidupan masyarakat di wilayah daerah Banyumas pada prinsipnya mengikuti sistem kekerabatan masyarakat Jawa. Dalam kehidupan keluarga, istilah kekerabatan ditunjukan dengan sistem klasifikasi berdasarkan angkatan-angkatan (Koentjaraningrat, 1984:330). Misalnya, kepada semua sodara kakak laki-laki dan perempuan dari ayah dan ibu, dipanggilnya sama yaitu dengan istilah uwa. Uwa lanang untuk panggilan kepada sodara tua atau kakak laki-laki dari ayah dan ibu, sedangkan istilah uwa wadon untuk sodara perempuan yang lebih tua dari ayah dan ibu. Bedanya untuk sodara yang lebih muda atau adik dari ayah dan ibu diklasifikasikan menjadi dua yang tergatung menurut jenis kelamin, jika laki-laki dipaggil dengan istilah paman atau pak lik dan jika sodara perempuan dipanggil dengan istilah bibi. Bagi sebagian besar masyarakat Banyumas secara akrab cukup dengan memanggil “uwane” atau “bibine”

    Sejarah Filsafat Barat

    Get PDF
    Filsafat Sokrates sampai fil Max 1.Pendahuluan Filsafat diambil dari bahasa Arab. Falsafah berasal dari bahasa Yunani Philosophia, kata majemuk yang terdiri dari dua kata philos artinya cinta atau suka, dan kata sophia yang artinya bijak. Dengan demikian jelas bahwa kebijaksanaan itu belum diraih, seorang filsuf adalah orang yang sedang mencari kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah usaha manusia dengan akalnya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan hidup yang memuaskan hati.(Harun, 1980:7-8) Mempelajari filsafat Yunani berarti menyaksikan kelahiran filsafat. Filsafat dilahirkan kerena kemenangan akal atas dongeng yang memberitakan tentang asal mula segala sesuatu baik dunian maupun manusia

    Melaras Gamelan Jawa, Bagian II

    Get PDF
    C. TEKNIK PENCARIAN NADA Teknik pencarian dalam menentukan nada selain dari kepekaan dari panca indra pendengaran telinga sepenglaras, juga akan dibantu dengan alat yang namanya malam (untuk batuk) atau tanah liat. Baik menurut Suraya maupun Sutarno bahwa malam atau tanah liat, ini satu-satunya alat yang tidak bisa ngapusi untuk menentukan tinggi rendahnya nada. Nada-nada pada ricikan gamelan baik nada pada ricikan yang berbentuk bilah (gender, balungan, dan gambang) maupun nada pada ricikan yang berbentuk pencon (gong, kempul, kenong, kethuk, kempyang, dan bonang). Dan sudah pasti setiap bilah atau pencon yang sudah memiliki nada tertentu jika diberi atau ditempel malam, nada tersebut akan menjadi lebih tinggi. Penglaras ketika mencari (bereksplorasi) nada ideal adalah dengan menempelkan malam pada bilah-bilah gender, saron, maupun, pencon, tergantung instrument/ricikan apa yang sedang dicari nadanya
    corecore