33 research outputs found

    PENGARUH PEMBERIAN LARUTAN EKSTRAK SIWAK (Salvadora persica) TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI

    Get PDF
    Background: Plaque on the teeth provides nutrients for bacteria to grow, causes bacteria colonization, and provides the acidic conditions which will come into contact with the surface of the tooth, so it dissolves the enamel and causing caries. Prevention of plaque formation can be done chemically. In this study, used a solution of miswak extract (Salvadora persica) as a mouthwash, because there are various phytochemical capable of inhibiting plaque formation by lowering the formation of smear layer, reduce viscosity and increase the salivary flow rate, and decrease the number of plaque forming bacteria. This study was meant to know the effect of miswak extract solution on the formation of dental plaque. Methods: This study was an experimental study using post test only control group design. The sample of this study is the students of Qosim Al-Hadi boarding school, Mijen, Semarang. Sixty students were divided randomly into four groups, which is a control group and first, second, and third test groups. The test groups were given 5%, 10% and 25% of miswak extract solutions. Dental plaque score was measured with Stillness&Loe method. Data was statisticaly analyzed with the Kruskal-Wallis test followed by Mann-Whitney test. Results: Kruskal-Wallis test has produced significance value of p<0.001 and in Mann-Whitney test were also found significant differences (p<0.001) of group P1 (5%), P2 (10%), and P3 (25%) when compared to the control group. The results of this study indicated that the dental plaque scores of P1(median = 0.625), P2 (median = 0.500), and P3 (median = 0.125) were lower than K group (median = 0.875). Conclusion: The 5%, 10% and 25% of miswak extract solution inhibited the formation of dental plaque because they had plaque score lower than the control group. The 25% of miswak extract solution was the most effective. Keywords: Miswak extract solution, the formation of dental plaqu

    PENGARUH EKSTRAK DAUN SERAI (Cymbopogon citratus) PADA BERBAGAI KONSENTRASI TERHADAP VIABILITAS BAKTERI Streptococcus mutans

    Get PDF
    Latar Belakang: Prevalensi karies yang cukup tinggi di dunia memunculkan suatu tindakan alternatif pencegahan dengan bakteri yang paling dominan dalam rongga mulut antara lain Streptococcus mutans. Daun serai (Cymbopogon citratus) mengandung Alkaloid, Flavonoid, dan beberapa monoterpene yang berfungsi sebagai antimikrobial, anti-bakterial, molluscidal, antifungal, dan lain-lain. Tujuan: Mengetahui pengaruh ekstrak daun serai (Cymbopogon citratus) pada berbagai konsentrasi terhadap viabilitas (kemampuan untuk hidup) Streptococcus mutans yang diukur dengan zona hambatnya. Metode: Penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan desain penelitian Post test only control group design dengan sampel meliputi kertas cakram yang direndam dalam aquadestilata steril (kontrol) dan yang direndam dalam ekstrak daun serai (perlakuan) 25%, 50%, 75%, dan 100%; lalu diletakkan ke dalam cawan petri yang telah ditanami bakteri Streptococcus mutans. Data yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif dengan pengukuran zona hambat. Analisis data dilakukan dengan uji Saphiro Wilk dan Lavene’s test dengan tingkat kemaknaan jika hasil p0,05. Hasil Penelitian: Diameter zona hambat terhadap Streptococcus mutans pada kelompok yang diberi perlakuan ekstrak daun serai pada konsentrasi 25%, 50%, dan 75% sama besar diameter zona hambatnya dengan kelompok kontrol (-), terkecuali pada konsentrasi 100% yang diameter zona hambatnya sedikit lebih besar. Sebaran data tidak normal (p=0,06) dan uji homogenitas (Lavene’s test) tidak dapat dilakukan. Penilaian perbedaan zona hambat antar kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,08). Kesimpulan: Tidak terdapat daya hambat oleh ekstrak daun serai pada berbagai konsentrasi terhadap viabilitas bakteri Steptococcus mutans. Besar persentase ekstrak daun serai tidak berpengaruh terhadap ukuran zona hambat yang dihasilkan. Kata Kunci: Diameter zona hambat, viabilita

    INFEKSI PERIODONTAL SEBAGAI FAKTORRISIKO KONDISI SISTEMIK

    Get PDF
    According to Riskesdas 2018 the prevalence of dental and oral diseases in Indonesia is still high (57.6%) and the most cases are caries and periodontal disease. Periodontal tissue infection is a local oral infection that can be a focal oral infection, and has a risk of affecting systemic conditions. Microorganisms, toxins and inflammatory reactions in infected periodontal tissues can spread systemically to other parts of the body, thatcan cause infections in the area or worsen existing conditions. Systemic conditions that can be affected by periodontal tissue infections including coronary heart disease / arterosclerosis, stroke, diabetes mellitus, pregnancy, chronic pulmonary obstruction, acute respiratory infections. The purpose of this literature review is to refresh about oral focal infection, as well as more convincing that periodontal infection was a risk factor for systemic conditions, in terms of inflammatory reactions.Influencing inflammatory reactions are inflammatory mediators, including interleukin (IL-1α, IL-β, IL-6, IL-8), tumor necotic factors (TNFα) and prostaglandin E2 (PGE2). Biological mechanisms support the role of periodontal infection as a potential risk factor for a number of systemic conditions.Future multidisciplinary research should better illustrate the role of periodontal infections in systemic health, so that the influence between periodontal infections and systemic conditions such as premature LBW, diabetes, cardiovascular and cerebrovascular diseases, and respiratory diseases will be increasingly prove

    PENGARUH PEMBERIAN LARUTAN EKSTRAK SIWAK(Salvadora persica) PADA BERBAGAI KONSENTRASI TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans

    Get PDF
    Latar Belakang : Sekitar 85-95% infeksi kandidiasis oral disebabkan oleh jamur Candida albicans. Penggunaan kayu siwak (Salvadora persica) telah dikenal semenjak berabad-abad lalu sebagai alat pembersih mulut. Larutan ekstrak siwak mengandung zat-zat kimia yang bersifat antibakterial dan antifungal. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan ekstrak siwak pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan C. albicans dan untuk mengetahui Kadar Hambat Minimum (KHM)-nya. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan rancangan Post Test Only Control Group Design yang menggunakan koloni C. albicans yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi FK Undip Semarang sebagai sampel. Terdapat tujuh kelompok yang diteliti; satu kelompok kontrol dan enam kelompok perlakuan. Perlakuan yang diberikan berupa pemberian larutan ekstrak siwak pada berbagai konsentrasi terhadap kelompok sampel. Konsentrasi yang digunakan adalah sebesar 3,1%, 6,2%, 12,5%, 25%, 50%, dan 100%. Data diperoleh dengan melihat secara visual pertumbuhan koloni C. albicans pada masing-masing konsentrasi larutan ekstrak siwak pada kelompok perlakuan. Uji statistik menggunakan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil : Masih tampak adanya pertumbuhan koloni C. albicans pada kelompok perlakuan yang diberi larutan ekstrak siwak dengan konsentrasi 3,1%, 6,2%, 12,5%, dan 25%, meskipun tidak sebanyak apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Tidak tampak adanya pertumbuhan koloni C. albicans pada kelompok perlakuan yang diberi larutan ekstrak siwak dengan konsentrasi 50% dan 100%. Pada uji Kruskal-Wallis didapatkan perbedaan yang signifika(p=0,009), kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney dan didapatkan perbedaan yang signifikan (p=0,025). Kesimpulan : Pemberian larutan ekstrak siwak pada berbagai konsentrasi dapat menghambat pertumbuhan C. albicans. Larutan ekstrak siwak 50% dan 100% dengan etanol sebagai pelarut terbukti efektif dalam menghambat pertumbuhan koloni C. albicans. Larutan ekstrak siwak dengan konsentrasi 50% merupakan larutan dengan konsentrasi yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan C. albicans. Kata kunci : Candida albicans, larutan ekstrak siwak (Salvadora persica)

    PENGARUH EKSTRAK DAUN kemangi (Ocimum basilicum Linn) PADA BERBAGAI KONSENTRASI TERHADAP VIABILITAS BAKTERI Streptococcus mutans

    Get PDF
    Latar Belakang: Kesehatan gigi merupakan suatu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan komprehensif,salah satunya karies gigi. Prevalensi karies yang cukup tinggi di Indonesia mempunyai etiologi yang salah satunya disebabkan oleh Streptococcus mutans. Tindakan alternatif pencegahan dengan daun kemangi (Ocimum basilicum Linn) yang memiliki manfaat sebagai penghilang rasa sakit (analgesik), antibakteri dan antijamur dengan kandungan kimia Flavonoid, glikosid, asam gallic dan esternya, asam kaffeic dan minyak atsiri yang mengandung eugenol sebagai komponen utama. Tujuan: Mengetahui pengaruh ekstrak daun kemangi (Ocimum basilicum Linn) pada berbagai konsentrasi terhadap viabilitas Streptococcus mutans yang diukur dengan zona hambatnya. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis Post test only control group design dengan cara kertas cakram yang direndam dalam aquadestilata steril (kontrol) dan yang direndam dalam ekstrak daun kemagi (perlakuan) dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%; lalu diletakkan ke dalam cawan petri yang telah ditanami bakteri Streptococcus mutans. Hasil Penelitian: Diameter zona hambat terhadap Streptococcus mutans pada kelompok yang diberi perlakuan ekstrak daun kemangi pada konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% sama besar diameter zona hambatnya dengan kelompok kontrol (-). Sehingga perhitungan statistika tidak perlu dilakukan karena zona hambat kelompok perlakuan sama dengan zona kontrol. Penilaian perbedaan zona hambat antar kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p=1,0). Kesimpulan: Tidak adanya daya hambat oleh ekstrak daun kemangi pada berbagai konsentrasi terhadap viabilitas bakteri Steptococcus mutans. Masing-masing persentase ekstrak daun kemangi tidak berpengaruh terhadap ukuran zona hambat yang dihasilkan. Kata Kunci: Ekstrak Daun Kemangi, Streptococcus mutans, Diameter zona hambat, viabilitas

    PERBEDAAN KONDISI RONGGA MULUT PENDERITA DM TIPE 2 TIDAK TERKONTROL DAN TERKONTROL : Studi pada indeks kebersihan mulut dan indeks karies

    Get PDF
    Latar Belakang : Keluhan kondisi mulut yang paling menonjol pada penderita DM adalah menurunnya aliran saliva yang menyebabkan mulut kering. Penurunan aliran saliva dapat meningkatan glukosa saliva dan menurunkan efek self-cleansing yang dapat menjadi kontribusi terhadap peningkatan prevalensi karies gigi. Tujuan : Mengetahui perbedaan kondisi rongga mulut pada penderita DM tipe 2 tidak terkontrol dan terkontrol. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan consecutive sampling sejumlah 32 orang penderita DM tipe 2 tidak terkontrol dan terkontrol di Instalasi Rawat Jalan Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi. Status DM dinilai dengan kadar glukosa darah puasa (GDP), kondisi rongga mulut dinilai dengan indeks kebersihan mulut (OHI-S) dan indeks karies (DMF-T). Hasil : Nilai rerata OHI-S kelompok penderita DM tipe 2 tidak terkontrol adalah 3,40±0,90SD, sedangkan penderita DM tipe 2 terkontrol adalah 1,78±0,74SD (p<0,001) dan rerata nilai DMF-T penderita DM tipe 2 tidak terkontrol adalah 14,63±5,28SD, sedangkan penderita DM tipe 2 terkontrol 10,84±5,04 SD (p=0,052). Korelasi antara OHI-S dan kontrol plak didapatkan nilai p=0,192 dan hubungan antara DMF-T dan kontrol plak didapatkan nilai p=0,412. Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang bermakna OHI-S penderita DM tipe 2 tidak terkontrol dan terkontrol. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara DMF-T penderita DM tipe 2 tidak terkontrol dengan terkontrol. Kontrol plak tidak mempengaruhi OHI-S dan DMF-T. Kata kunci : DM tipe 2 tidak terkontrol, DM tipe 2 terkontrol, DMF-T, indeks karies, indeks kebersihan mulut, kondisi rongga mulut, OHI-

    Pengaruh Larutan Kumur Ekstrak Siwak (Salvadora Persica) Terhadap Ph Saliva

    Full text link
    Latar belakang : pH saliva merupakan salah satu komponen yang memberikan kontribusi terhadap pH mulut. Bakteri patogen dalam rongga mulut memfermentasi gula menjadi asam laktat yang akan menurunkan keasaman mulutsehingga menyebabkan demineralisasi email gigi. Untuk mencegah penurunan pH saliva dapat dilakukan secara kimiawi. Pada penelitian ini digunakan larutan ekstrak siwak (Salvadora persica) sebagai obat kumur karena terdapat fitokemikal yang mampu mencegah penurunan pH saliva dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri patogen, menurunkan viskositas dan meningkatkan kecepatan aliran saliva, serta menghambat pembentukan pelikel.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh larutan ekstrak siwak terhadap pH saliva.Metode : Penelitian uji klinis dilakukan dengan rancangan the post test only control group design. Sampel penelitian ini adalah santri pondok pesantren Hidayatullah yayasan Al-Burhan, Gedawang, Semarang, sebanyak 74 santridibagi dalam dua kelompok secara acak yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan diberikan larutan ekstrak siwak 25%. pH saliva diukur menggunakan pH meter digital skala 0,0-14,0 dengan sensitivitas 0,1 dari Hanna. Data dianalisa dengan uji Shapiro-Wilk dilanjutkan dengan uji Mann- Whitney.Hasil : Uji Mann-Whitney menghasilkan nilai signifikansi p&lt;0.05. Terdapat perbedaan bermakna (p&lt;0,05) pada kelompok perlakuan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pH salivapada kelompok perlakuan (median=7,50) lebih tinggi dari kelompok kontrol (median=7,30).Simpulan : Pemberian larutan ekstrak siwak 25% dapat meningkatkan pH saliva. Terdapat perbedaan nilai pH saliva yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, dimana nilai pH saliva pada kelompok perlakuan lebih tinggi daripada kelompok kontrol

    Perbedaan Pola Dan Ukuran Ruge Palatal Ras Deutro Melayu Dengan Ras Australoid

    Full text link
    Background : Palatal rugae is a mucosal fold in adults whose shape and size are individualistic. This has special concern in edentulous cases and also in conditions when there is no fingerprint left such as burnt corpse or corpse with severe decomposition which the oral cavity is still intact. In which dentists have significant role in victim's identification with palatal rugoscopy method.Aim : To determine the difference of palatal rugae's pattern and size between Deutero-malay race with Australoid race.Methods : Data in this study were primary data. Because palatal rugae's pattern were interval data so that Mann-Whitney test was used. For palatal rugae's size because the data were numerical, a normality test was needed. Since the sample size less than 50, Shapiro-Wilk test was used. For abnormal data Mann Whitney test was used for region right B, right C, left B, dan left C and for normal ones independent t-test that was used for rugae region left D and right D.Results : The palatal rugae's pattern in Australoid race had significant difference (p&lt;0.05) compared to Deutero-malay race in both left and right region A, and also left region B. The rugae's size difference was significant (p&lt;0.05) in both left and right region B, C, and D.Conclusion : there was significant difference in palatal rugae size and pattern between Deutero-malay race with Australoid race

    PERBEDAAN POLA DAN UKURAN RUGE PALATAL RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS AUSTRALOID

    Get PDF
    Latar belakang : Ruge palatal adalah lipatan mukosa pada saat dewasa yang bentuk dan ukurannya individualistik. Hal ini dapat menjadi perhatian khusus dalam kasus edentulous dan juga dalam kondisi tertentu di mana tidak didapatkan jari untuk dianalisis, seperti badan terbakar atau badan yang mengalami dekomposisi parah dimana rongga mulut masih utuh. Sehingga dokter gigi mempunyai peran yang signifikan dalam mengidentifikasi korban dengan metode rugoskopi palatal. Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan pola dan ukuran ruge palatal pada ras Deutro Melayu dengan ras Australoid. Metode : Penelitian ini menggunakan data primer. Dengan jumlah sampel masing- masing ras sejumlah 24 orang. Dikarenkan data pola ruge palatal yang merupakan data interval menggunakan uji Mann Whitney. Dengan jumlah sampel kurang dari 50 uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk. Untuk ukuran ruge pada daerah pengukuran B kanan, C kanan, B kiri, dan C kiri menggunakan uji independent T-test. Pada daerah pengukuran ruge D kanan dan D kiri menggunakan uji Mann Whitney. Hasil : Pola ruge palatal pada ras Australoid dengan ras Deutro Melayu memiliki perbedaan bermakana (p< 0,05) pada daerah A kanan dan kiri serta daerah B kiri. Ukuran ruge ditemukan perbedaan bermakana (p<0,05) pada daerah B, C, dan D kiri maupun kanan. Kesimpulan : Terdapat perbedaan bermakna pola dan ukuran ruge palatal pada ras Deutro Melayu dengan ras Australoid. Kata kunci : pola dan ukuran ruge palatal, ras Australoid, ras Deutro Melay
    corecore