58 research outputs found

    Penentuan Pusat-Pusat Pertumbuhan dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten Gunungkidul

    Get PDF
    Adanya kesenjangan wilayah antar kecamatan di Kabupaten Gunungkidul terlihat dari tingginya perbedaan angka kemiskinan dan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) serta terkonsentrasinya kegiatan pada wilayah ibukota kabupaten. Untuk itu penentuan pusat-pusat pertumbuhan secara tersebar diperlukan di Kabupaten Gunungkidul untuk meminimalisir kesenjangan yang terjadi. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kecamatan yang layak menjadi lokasi pusat-pusat pertumbuhan. Adapun tahapan analisis yaitu menganalisa calon lokasi berdasarkan sarana-prasarana dengan analisis scalogram dan menganalisa calon lokasi berdasarkan struktur pertumbuhan ekonomi dengan analisis tipologi klassen. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat kecamatan yang layak dan tidak layak berdasarkan sarana prasarana dan juga berdasarkan struktur pertumbuhan ekonomi di masing-masing kecamatan. Adapun lokasi pusat-pusat pertumbuhan adalah Kecamatan Wonosari, Kecamatan Playen Kecamatan Semanu dan Kecamatan Karangmojo

    Identifikasi Komoditas Unggulan Di Kawasan Agropolitan Kabupaten Pasaman

    Full text link
    Dalam proses pengembangan kawasan agropolitan mempunyai tahap dan langkah tertentu agar mencapai tujuan yang diinginkan. Dan tahapan identifikasi komoditas ungulan merupakan salah satu tahapan awal dalam pengembangan kawasan agropolitan. Kawasan agropolitan Kabupaten Pasaman memiliki potensi pertanian yang cukup besar, kemudian untuk mengidentifikasi komoditas unggulan tersebut dilakukan dengan langkah analisa LQ dan DLQ. Langkah tersebut dilakukan dengan tujuan agar pengembangan komoditas tepat sasaran pada komoditi yang berpotensial untuk dikembangkan. Input data yang digunakan pada perhitungannya adalah nilai produksi tiap komoditas pada masing-masing kecamatan dan nilai produksi komoditas total. Komoditas unggulan dipilih berdasarkan hasil perhitungan LQ dan DLQ yang benilai >1, yang diidentifikasikan sebagai komoditas yang dengan laju pertumbuhan besar dan memiliki potensi pengembangan yang lebih cepat. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil komoditas unggulan kawasan agropolitan Kabupaten Pasaman antara lain : padi sawah, padi ladang, kacang tanah, pisang, mangga, cabe, bayam, karet, coklat dan kelapa sawi

    Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan

    Full text link
    Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) merupakan alat pegembangan wilayah yang dibuat pemerintah pusat untuk menghilangkan disparitas antara Kawasan Timur Indonesia dengan Kawasan Barat Indonesia. Kabupetan Barito Selatan merupakan satu dari empat kabupaten yang termasuk dalam KAPET Daerah Aliran Sungai Kapuas Kahayan Barito yang terdapat di Provinsi Kalimantan tengah (KAPET DAS KAKAB). KAPET DAS KAKAB sebagai alat pengembangan wilayah masih belum mampu menjalankan fungsinya. Oleh karena itu perlu penelitian untuk menentukan prioritas pengembangan KAPET DAS KAKAB berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya. Tujuan penelitian adalah menentukan prioritas pengembangan KAPET DAS KAKAB di tiap kecamatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode service quality dan metode Importance Performance Analysis. Metode service quality digunakan untuk menentukan kinerja faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan KAPET DAS KAKAB. sedangkan metode Importance Performance Analysis untuk menentukan faktor-faktor prioritas dalam pengembangan KAPET DAS KAKAB.Variabel-variabel pengembangan KAPET DAS KAKAB dibagi menjadi 4 prioritas pada tiap kecamatan. Prioritas 1 merupakan kelompok variabel yang mempengaruhi pengembangan KAPET DAS KAKAB namun pengembangannya belum sesuai dengan harapan, Prioritas 2 adalah kelompok yang dianggap penting dan pengembangannya sudah baik, prioritas 3 adalah kelompok yang kurang penting pengaruhnya dan masih kurang berkembang, prioritas 4 adalah kelompok yang kurang penting pengaruhnya dan pengembangan berlebi

    Penentuan Tipologi Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Lamongan Berdasarkan Aspek Ekonomi dan Sosial

    Full text link
    Kesenjangan wilayah yang tejadi di Kabupaten Lamongan disebabkan adanya ketidakmerataan percepatan dan pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan sosial antar kecamatan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan tipologi kesenjangan wilayah di Kabupaten Lamongan berdasarkan aspek ekonomi dan sosial. Metode analisis yang digunakan adalah analisis PLS-CFA untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kesenjangan wilayah di Kabupaten Lamongan berdasarkan aspek ekonomi dan sosial, analisis Point by point methode dan perhitungan nilai Range untuk mengetahui tingkat kesenjangan wilayah berdasarkan aspek ekonomi dan sosial, analisis Statistik Deskriptif untuk menentukan tipologi kesenjangan wilayah berdasarkan aspek ekonomi dan sosial. Dari hasil akhir penelitian didapatkan 4 tipologi kesenjangan wilayah berdasarkan aspek ekonomi dan sosial, yaitu Tipologi A merupakan kelompok kecamatan yang mempunyai karakteristik kemajuan ekonomi dan tingkat kesejahteraan sosial tinggi; Tipologi B mempunyai karakteristik kemajuan ekonomi tinggi namun memiliki tingkat kesejahteraan rendah; Tipologi C mempunyai karakteristik kemajuan ekonomi rendah namun memiliki tingkat kesejahteraan sosia tinggi; Tipologi D mempunyai karakteristik kemajuan ekonomi dan tingkat kesejahteraan rendah

    Prioritas Wilayah Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan Di Kabupaten Sumenep

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan menentukan prioritas wilayahpengembanganindustri pengolahanperikanandiKabupaten Sumenep guna meningkatkan nilai tambah sektor perikanan.Studi ini menggunakan alat analisis yang terdiri dari analisis delphidigunakan untuk menentukan faktor-faktor pengembangan industri pengolahan perikanan,serta analisis AHP dan multikriteriauntuk menentukan prioritas wilayah pengembangan industri pengolahan perikanan.Dari hasil analisis, diperoleh bahwa faktor-faktor penentu pengembangan industri pengolahan perikanan di Kabupaten Sumenep yaitu ketersediaan dan kontinuitas bahan baku sumberdaya perikanan, potensi tenaga kerja di wilayah penelitian, ketersediaan pengolah ikan untuk industri pengolahan perikanan, ketersediaan nelayan untuk menunjang pengembangan industri pengolahan perikanan, ketersediaan jaringan listrik, air bersih dan jalan untuk industri pengolahan perikanan, keberadaan prasarana perikanan dan industri pengolahan perikanan untuk menunjang pengembangan industri. Selanjutnya berdasarkan faktor-faktor tersebut didapatkandelapan kecamatan dari dua puluh kecamatan yang berpotensi tinggi untuk pengembangan industri pengolahan perikanan di Kabupaten Sumenep yang kemudian dijadikan sebagai prioritas wilayah pengembangan, yaitu Kecamatan Dungkek, Kecamatan Sapeken, Kecamatan Ambunten, Kecamatan Pragaan, Kecamatan Masalembu, Kecamatan Raas, Kecamatan Pasongsongan, dan Kecamatan Nonggunong

    Pengembangan Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur Berdasarkan Potensi Daerahnya

    Full text link
    Daya saing wilayah menunjukkan kemampuan suatu wilayah menciptakan nilai tambah untuk mencapai kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan Internasional. Perkembangan antar wilayah yang tidak merata, menyebabkan pertumbuhan di Propinsi Jawa Timur terjadi ketimpangan antara wilayah metropolitan dengan kabupaten. Dalam merumuskan pengembangan daya saing kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur, penelitian ini menggunakan konsep segitiga daya saing. Penelitian ini, melihat seberapa jauh kemampuan daya saing kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur yang bisa dilihat dari skor yang muncul dari hasil bobot Analytical Hierarchy Process (AHP) dan nilai variabel. Data yang digunakan adalah data sekunder tahun 2012. Kemudian dipetakan antara kabupaten/kota yang memiliki daya saing tinggi maupun rendah. Dari situ, bisa ditarik rumusan upaya pengembangan daya saing di tiap kabupaten/kota berdasarkan potensi yang diperoleh dari neraca daya saing. Hasil dari penelitian ini, terdapat perbedaan kemampuan daya saing antara wilayah perkotaan dan kabupaten. Terdapat 17 kabupaten yang masuk dalam kategori kemampuan daya saing rendah. Dari hasil pemetaan, menunjukkan bahwa daerah yang memiliki daya saing tinggi secara umum didominasi oleh daerah yang unggul di indikator Perekonomian dan Keuangan Daerah serta Lingkungan Usaha Produktif

    Pengembangan Daerah Tertinggal Di Kabupaten Sampang

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk menangani permasalahan daerah tertinggal di Kabupaten Sampang melalui arahan pengembangan daerah tertinggal di Kabupaten Sampang. Dalam penelitian ini, menggunakan beberapa alat analisis, antara lain analisis cluster guna memperoleh tipologi daerah tertinggal, analisis AHP yang digunakan untuk menentukan program-program prioritas pengembangan daerah tertinggal, serta analisis deskriptif untuk merumuskan arahan pengembangan daerah tertinggal di Kabupaten Sampang. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh tipologi daerah tertinggal yang terbentuk hingga menjadi tiga tipe, antara lain daerah maju, daerah yang sedang menuju daerah maju, dan daerah tertinggal yang didasarkan atas aspek ekonomi, sumberdaya manusia, serta infrastruktur. Selanjutnya diperoleh program-program prioritas pengembangan daerah tertinggal, yaitu program terkait dengan infrastruktur sebagai prioritas pertama, ekonomi, serta sumberdaya manusia. Berdasarkan hasil tipologi yang terbentuk dan program-program yang telah diprioritaskan dapat dirumuskan arahan pengembangan daerah tertinggal yang diprioritaskan utama pada Kecamatan Tambelangan dan Karang Penang yang tergolong sebagai daerah tertingga

    Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, Dividen, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, dan Kelompok Usaha terhadap Perataan Laba Studi Kasus pada Perusahaan Non-Finansial yang Terdaftar di Bei

    Full text link
    This research is designed to examine factors that can be identified with the incidence of income smoothing practice among listed non-financial companies at Indonesian Stock Exchange. Those factors were profitability, financial leverage, dividend, size, institutional ownership, and industry sector. Tucker and Zarowin model is used to determine the income smoothing practices. This research used 89 non-financial companies listed on Indonesian Stock Exchange during a period 2009 Γ’β‚¬β€œ 2010. The hypotheses were tested using multiple regression analysis to examine the influence of these variables to income smoothing. The result of this research showed that profitability and industry sector did not have significant influence to income smoothing. Financial leverage and dividend have negative influence to income smoothing. Size and institutional ownership have positive influence to income smoothing

    Identifikasi Potensi Komoditas Unggulan Pada Koridor Jalan Lintas Selatan Jatim Di Kabupaten Tulungagung-Trenggalek

    Full text link
    Permasalahan disparitas antarwilayah di Pulau Jawa menunjukkan bahwa ssecara fisik kawasan utara lebih berkembang dibanding dengan kawasan selatan yang terbukti dengan persentase perbandingan nilai PDRB per kapita. Dalam mengatasi disparitas tersebut, maka disusun Penataan Ruang Wilayah untuk Percepatan Pembangunan Koridor Pansela Jawa yang mengandung strategi pengembangan ekonomi/SDA dan SDM serta pengembangan prasarana dan pengelolaan pembangunan. Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek yang termasuk dalam WP Kediri dan sekitarnya memiliki keeratan hubungan geografis yang diperkuat dengan adanya rencana Jalan Lintas Selatan Jawa. Tujuan penelitian adalah mendapatkan pemetaan komoditas unggulan dari kecamatan-kecamatan yang dilalui Jalan Lintas Selatan (JLS) Jatim di Kabupaten Tulungagung-Trenggalek dengan 1 tahapan analisi yaitu mencari komoditas basis dari masing-masing subsektor yang memiliki daya saing tinggi dengan tingkat pertumbuhan yang baik serta tergolong komoditas progresif/maju pada tiap kecamatan. Dalam melakukan analisis ini, hasil dapat dicapai dengan menggunakan perhitungan LQ (Location Quotient) dan SSA (Shift Share Analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi dan dominasi komoditas unggulan dari kedua kabupaten yang terdapat pada tujuh kecamatan yang dilalui oleh JLS Jatim tidak mencakup semua komoditas, yaitu padi sawah, padi gogo, jagung, kacang tanah, kedelai, jambu mente, kelapa, kapuk randu, cengkeh, sengon, acasia, perikanan tangkap, sapi potong, kambing, pasir besi dan marmer

    Tipologi Kecamatan Tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah

    Full text link
    β€” Kabupaten Lombok Tengah termasuk dalam kategori Kabupaten Tertinggal di Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan RPJMN tahun 2010-2014. Selain itu, terdapat kesenjangan pada beberapa Kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah akibat pembangunan Bandara Internasional Lombok sehingga perlu dilakukan identifikasi dan upaya pengembangan terhadap kecamatan tertinggal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tipologi kecamatan tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah berdasarkan aspek sosial dan ekonomi. Dalam Perumusan Tipologi Kecamatan Tertinggal ini menggunakan Analisis Faktor Konfirmatori untuk menentukan faktor yang berpengaruh terhadap ketertinggalan kecamatan, analisis tipologi klassen untuk mengidentifikasi kecamatan tertinggal, dan analisis klaster untuk mentipologikan kecamatan tertinggal. Dari hasil penelitian terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap ketertinggalan kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah yaitu faktor kualitas SDM, kondisi infrastruktur sosial, kondisi perekonomian dan kondisi infrastruktur ekonomi. Berdasaarkan hasil analisis tipologi Klassen, terdapat 8 kecamatan tertinggal yaitu Kecamatan Praya Barat Daya, Janapria, Kopang, Praya Tengah, Jonggat, Pringgarata, Batukliang dan Kecamatan Batukliang Utara. Kecamatan tertinggal ini terbagi menjadi 3 klaster berdasarkan aspek sosial dan 3 klaster berdasarkan aspek ekonomi yang mana setelah ditipologikan menjadi 5 tipologi berdasarkan aspek sosial dan ekonomi
    • …
    corecore