7 research outputs found

    PENGGUNAAN WARNA WADAH YANG BERBEDA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS WARNA IKAN MAS KOI (Cyprinus carpio)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh perbedaan warna wadah pemeliharaan terhadap kualitas warna ikan mas koi (Cyprinus carpio). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan Universitas Muhammadiyah Luwuk. Ikan mas koi berukuran 3-5 cm dipelaihara selama 28 hari. Penelitian dilakukan dengan empat perlakukan dengan tiga ulangan yaitu: perlakuan kontrol (wadah putih); perlakuan wadah merah; perlakuan wadah kuning; perlakuan wadah hitam. Pakan yang diberikan yaitu pelet dengan frekuensi pemberian pakan dua kali setiap hari secara satiasi, yaitu pagi hari (pukul 09.00), dan sore (pukul 16.00). Pengukuran kualitas warna menggunakan perangkat lunak “Adobe photoshop 8” dengan melihat nilai rata-rata Red Green Blue (RGB). Hasil penelitian menunjukkan semua perlakuan memberikan peningkatan kualitas warna pada ikan, dengan peningkatan warna terbaik pada wadah pemeliharaan berwarna merah. Parameter kualitas air selama penelitian berada pada kisaran normal

    A Study of The Treatment of Larvae Vannamei Shrimp (Litopenaeus vannamei) In Banyuwangi

    Get PDF
    Vannamei shrimp (Litopenaeus vannamei) is a brackish water commodity that is currently in great demand and is a leading producer of the aquaculture sector in Indonesia. This is because some of the advantages possessed by the vannamei shrimp, among others, can be maintained with a high stocking density, rapid growth, has a high resistance to disease and environmental changes. The mating process occurs through four stages, namely approach, pursuit, pride, and mating. This process can be known by looking at the behavior of the male parent who swims to follow the female parent. They both looked like a chase. Then the male parent swims parallel to the female and turns her body towards the female shrimp's belly. After that, the male grabs the female and releases sperm that attach to the thellycum. In the maintenance of larvae that must be considered is the management of water quality and feed management. This is because water is a living medium for aquatic organisms, so it determines the survival of larvae. During the period of high maintenance and market, demand continues to increase where the shrimp farming process includes the hatchery stage to enlargement. Vannamei shrimp hatchery activities are inseparable from the availability of quality fr

    Study Feeding Different Food Types to The Growth and Survival Rate of Nile Fingerlings, Oreochromis niloticus

    Get PDF
    All operations of aquaculture production rely upon the 60% of feed role as an energy source and nutrition for the growth and survival rate of aquatic organisms, especially tilapia fish. This research aims to study feeding different food types to the growth and survival rate of tilapia fingerlings. A sample of fingerlings was derived from the Centre for Aquaculture Production Business Service (BLUPPB) Karawang and reared in Aquaculture Teaching Factory. The fingerlings were stocked with as many as 5 ind/L with three treatments i.e Azolla (P1), artificial feed (P2), and a combination of Azolla and artificial feed (P3). The growth-based length of fingerlings fed by Azolla (P1) is 6 – 7.76 cm, commercial pellet feed (P2) 6 – 11.81 cm, and combination Azolla and commercial pellet feed 6-9.36 cm. The growth-based weight of fingerlings fed by Azolla (P1) is 4 – 5.87 g, commercial pellet feed 4 – 25.11 g, and a combination of Azolla and commercial pellet feed 4 – 11.27 g. The survival rate of fingerlings fed by Azolla is 23%, commercial pellet feed 88%, and combination Azolla and commercial pellet feed 91%.Keywords: Azolla, commercial pellet feed, fingerlings, growth, survival rateAbstrakSeluruh operasional produksi akuakultur sangat bergantung dari 60% peran pakan sebagai sumber nutrisi dan energi bagi pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup organisme akuatik dalam hal ini ikan nila. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi terkait pemberian jenis pakan berbeda terhadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila. Sampel benih ikan nila berasal dari Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang dan dipelihara di Teachign Factory Budidaya Ikan. Ikan yang dipelihara adalah sebanyak 5 ind/L dengan tiga perlakuan meliputi pakan azolla (P1), pakan pellet komersil (P2) dan kombinasi palat azolla dan pellet komersil (P3). Pertumbuhan panjang ikan yang diberikan perlakuan pakan azolla (P1) adalah 6 - 7.76 cm, pakan pellet komersial (P2) 6 - 11.81 cm dan perlakuan kombinasi pakan pellet komersil dan azolla (P3) 6 - 9.36 cm. Pertumbuhan berat ikan dari perlakuan pakan azolla (P1) 4 – 5.87 g, perlakuan pellet komersial (P2) 4 – 25.11 g dan perlakuan kombinasi pakan pellet komersil dan azolla (P3) 4 – 11.27 g. Tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila yang diberikan perlakuan pakan azolla adalah sebesar 23%, pakan pellet komersil 88% dan kombinasi pakan azolla dan pellet komersil adalah 91%.Kata Kunci: azolla, benih, pakan pellet komersil, pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup

    Application Of Pes Fertilizer To The Growth Of Kappaphycus alvarezii Plantlets

    Get PDF
    This study aims to determine the growth of Kappaphycus alvarezii plantlets applied with different PES fertilizers. This research was conducted at Blitok Installation, brackish water aquaculture center, Situbondo. This study began with the preparation of water as a maintenance medium, acclimatization of plantlets in the greenhouse, maintenance of plantlets in the greenhouse (plantlet cleaning, fertilization), and checking water quality. The application dose of PES fertilizer given as treatment was 15 ml, 20 ml, and 25 ml which was repeated 3 times. The rearing design used a completely randomized design (CRD) model. The results obtained showed that the average absolute weight gain of planlets from the 15 ml treatment was 0.249 g - 0.271 g, the 20 ml treatment was 0.35 g - 0.432 g, and the 25 ml treatment ranged from 0.306 g - 0.372 g. For the specific growth rate from the first to the fifth week of rearing, the 15 ml treatment ranged from 3.162-1.693, the 20 ml treatment ranged from 3.922-4.21 and the 25 ml treatment ranged from 2.899-3.904. From the results of the study, it can be concluded that the application of a PES fertilizer dosage of 20 ml gave better growth than the 15 ml and 25 ml doses. Keywords: growth, Kappaphycus alvarezii, plantlets, PES fertilizer, dosag

    PERFORMA CAIRAN FERMENTASI DAUN MANGROVE Sonneratia alba DENGAN PENGENCERAN BERBEDA UNTUK PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan membandingkan penggunaan pengenceran cairan fermentasi daun mangrove Sonneratia alba yang berbeda untuk pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii. Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Desa Bulagi II, Kecamatan Bulagi, Kabupaten Banggai. Organisme uji yang digunakan dalam penelitian adalah rumput laut dari jenis K. alvarezii. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu kontrol, A (1 L cairan fermentasi /100 L air laut), B (1 L cairan fermentasi /50 L air laut), dan C (1 L cairan fermentasi /25 L air laut). Rumput laut direndam dalam cairan fermentasi daun mangrove selama satu jam dengan pengenceran berbeda. Parameter yang damati dalam penelitian ini meliputi pertumbuhan mutlak, pertumbuhan spesifik harian, dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengenceran cairan fermentasi daun mangrove yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan rumput laut. Berdasarkan nilai rata-rata pertumbuhan terbaik ditunjukkan perlakuan 1 L cairan fermentasi /100 L air laut dengan pertumbuhan mutlak (147.52g), dan pertumbuhan spesifik (4.32%). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perendaman rumput laut selama 1 jam dengan 1 L cairan fermentasi S. alba yang diencerkan dalam 100 L air laut dapat digunakan untuk meningkatkan petumbuhan rumput laut K. alvarezi

    STUDI KARAKTERISTIK HABITAT PENELURAN PENYU DI PANTAI SINORANG, DESA SINORANG, KECAMATAN BATUI SELATAN, KABUPATEN BANGGAI SEBAGAI DASAR KELESTARIANNYA

    Get PDF
    Penelitian ini tentang karakteristik habitat penyu di Pantai Sinorang dengan tujuan untuk mengetahui jenis penyu dan mengetahui karakteristik habitat penyu. Penelitian dilaksanakan di sepanjang Pesisir Pantai Sinorang pada bulan Juli-Oktober 2020 dengan mengumpulkan data lokasi peneluran penyu, suhu dan kelembaban pasir, lebar pantai, kemiringan permukaan pantai, tutupan vegetasi pantai, lamun, dan karang. Metode yang digunakan adalah teknik observasi lapangan dan analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa identifikasi penyu ditemukan dua jenis, yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricate Linnaeus, 1766) dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea Eschscholtz, 1829). Karakteristik habitat penyu berupa vegetasi pantai di dominasi tumbuhan bulu babi (Spinifex littoreus), stasiun yang sering didatangi penyu untuk mendarat dan bertelur, adalah pantai yang berkategori agak curam, landai, dan sangat landai, pantai yang lebar. Ditemukan di stasiun 3 dengan rataan lebar pantai 179 m, stasiun 0,1,2,dan 3 dengan masing-masing lebar pantai yang berukuran sedang dengan rataan lebar pantai 33.6 m, 18.1 m, 13.85 m; pasir pantai tersusun atas dominansi partikel berukuran sedang, kelembapan pasir rata-rata sepanjang lokasi berkisar 19.9%-27.2% dengan kelembaban rata-rata sebesar 24%, Suhu pasir pada kedalaman 35-40 cm pada bulan Juli 26-26.6ÂșC, Agustus 29.3-30.3ÂșC, September 30.8-32.0ÂșC, Oktober 33-36.5ÂșC. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa habitat penyu di Pantai Sinorang berada pada tingkat kelayakan untuk mendarat dan bertelur. Kawasan Sinorang Pantai dapat dilakukan pengelolaan penyu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui ekowisata penyu, dan serta tetap menjaga kelestarian penyu.This study examines the characteristics of turtle habitat in Sinorang Beach. The purpose of this study was to determine the type of turtle and to determine the characteristics of the turtle habitat in Sinorang Beach. The research was carried out along the Sinorang Beach in July-October 2020 by collecting data on turtle nesting locations, sand temperature and humidity, beach width, beach surface slope, beach vegetation cover, seagrass, and coral. The method used is field observation technique and data analysis is done by qualitative descriptive analysis. The results of the identification of turtles found two types, namely the hawksbill turtle (Eretmochelys imbricate Linnaeus, 1766) and the olive ridley turtle (Lepidochelys olivacea Eschscholtz, 1829). The characteristics of the turtle habitat in the form of coastal vegetation are dominated by sea urchins (Spinifex littoreus) at stations frequented by turtles to land and lay eggs, the beach is categorized as rather steep, sloping, and very sloping, the largest beach width is at station 3 with an average of 179 m, the width of the medium-sized beach is at stations 0, 1, and 2 with an average beach width of 33.6 m, 18.1 m, 13.85 m, beach sand is composed of a dominance of medium-sized particles, the average sand humidity throughout the location is around 19.9% -27.2% with an average humidity of 24%, Sand temperature at a depth of 35-40 cm in July 26-26.6ÂșC, August 29.3-30.3ÂșC, September 30.8-32.0ÂșC, October 33-36.5ÂșC, and coral cover category at station 0 as much as 32.25% are still in the medium category. The results of this study can be concluded that the turtle habitat in Sinorang Beach is still at the level of feasibility for landing and laying eggs. In the Sinorang Beach area, turtle management can be carried out to improve the community's economy and maintain the sustainability of turtles

    KAJIAN EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA DAN HUKUM POTENSI PENYU SINORANG PANTAI DI KABUPATEN BANGGAI

    No full text
    Sinorang Pantai memiliki pantai yang indah dan sering dikunjungi penyu untuk mendarat dan bertelur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi ekonomi, sosial, budaya, dan hukum masyarakat Sinorang Pantai, serta merumuskan konsep pengelolaan penyu di Sinorang Pantai. Berdasarkan analisis faktor internal dan faktor eksternal diperoleh hasil bahwa faktor internal pada kajian potensi di Sinorang Pantai terdapat 10 faktor, diantaranya 5 faktor yang menjadi kekuatan dan 5 faktor menjadi kelemahan, sedangkan faktor eksternal kajian penyu di Sinorang Pantai ada 10 faktor, diantaranya 5 faktor yang menjadi peluang dan 5 faktor menjadi ancaman. Salah satu bisnis yang bisa memberikan penghasilan positif bagi masyarakat adalah ekowisata penyu dan rencana pengelolaan ini berada pada kuadran II yaitu Growth
    corecore