55 research outputs found

    Penerapan Metode F-k Demultiple dalam Kasus Atenuasi Water-bottom Multiple

    Full text link
    Keberadaan water-bottom multiple merupakan hal yang tidak bisa dihindari dalam akuisisi data seismik laut, tentu saja hal ini akan menurunkan tingkat perbandingan sinyal dan noise. Beberapa metode atenuasi telah dikembangkan dalam menekan noise ini. Metode atenuasi multiple diklasifikasikan dalam tiga kelompok meliputi metode dekonvolusi yang mengidentifikasi multiple berdasarkan periodisitasnya, metode filtering yang memisahkan refleksi primer dan multiple dalam domain tertentu (F-K,Tau-P dan Radon domain) serta metode prediksi medan gelombang. Penerapan metode F-K demultiple yang masuk kategori kedua akan diterapkan terhadap data seismik PPPGL tahun 2010 di perairan Teluk Tomini. Atenuasi terhadap water-bottom multiple berhasil dilakukan akan tetapi pada beberapa bagian multiple masih terlihat dengan amplitude relatif lebih kecil. F-K demultiple tidak efektif dalam mereduksi multiple pada offset yang pendek dan multiple pada zona ini yang memberikan kontribusi terhadap keberadaan multiple pada penampang akhir. Kata kunci : F-K demultiple, multiple, atenuasi The presence of water-bottom multiple is unavoidable in marine seismic acquisition, of course, this will reduce signal to noise ratio. Several attenuation methods have been developed to suppress this noise. Multiple attenuation methods are classified into three groups first deconvolution method based on periodicity, second filtering method that separates the primary and multiple reflections in certain domains (FK, Tau-P and the Radon domain) ang the third method based on wavefield prediction. Application of F-K demultiple incoming second category will be applied to the seismic data in 2010 PPPGL at Tomini Gulf waters. Attenuation of the water-bottom multiple successful in reduce multiple but in some parts of seismic section multiple still visible with relatively smaller amplitude. FK demultiple not effective in reducing multiple at near offset and multiple in this zone contribute to the existence of multiple in final section. Key words : F-K demultiple, multiple, attenuatio

    Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions pada Mata Pelajaran Fiqih dalam Meningkatkan Pemahaman Belajar Siswa

    Get PDF
    The cooperative learning model is a form of learning based on a constructivist approach which refers to learning methods. One type of learning model that is relevant, effective and efficient for the purposes of learning fiqh, especially lending and borrowing material, is the Student Teams Achievement Division (STAD) type cooperative model. The advantage of STAD learning is that it can combine academic competence (learning to know, learning to do, learning to be) with social competence (learning to live together). This research aims to analyze the application of STAD learning in improving students' understanding of learning. The results of the research show that in the STAD type cooperative method, students are required to look for the material assigned in the group and they are more courageous in expressing opinions and ideas that are in the minds of the group members. As a result, students are more critical in the social environment and are braver and more active in front of the class. The application of the STAD type cooperative method in learning activities in fiqh subjects to improve students' learning understanding is quite interesting to research. Therefore, we hope that there will be further researchers regarding this matter in the futur

    PREPARATION, CHARACTERISATION AND COLLOIDAL STABILITY OF CHITOSAN-TRIPOLYPHOSPHATE NANOPARTICLES: OPTIMISATION OF FORMULATION AND PROCESS PARAMETERS

    Get PDF
    Objective: Chitosan (CS)–tri polyphosphate (TPP)–nano particles (NPs) have been extensively studied during the past few decades due to their well-recognized applicability in various fields. Thus, the present study was aimed to optimise the fabrication conditions for the preparation of CS-TPP-NPs aiming towards smallest possible size, optimal zeta potential and narrow poly dispersity index (PDI), simultaneously.Methods: CS-TPP-NPs were prepared via ionic cross-linking of CS and TPP and were characterized physico-chemically (particle size, zeta potential and PDI) and morphologically. The influence of several formulation conditions (CS concentrations, CS: TPP mass ratio and initial pH of CS solutions) and process parameters (stirring speed, stirring time, ultra-sonication and ultra-centrifugation) on the colloidal characteristics of CS-TPP-NPs were investigated. In addition, the colloidal stability of the prepared NPs was also assessed on storage.Results: Results clearly identified that the formulation and process parameters showed significant impact on the physico-chemical and morphological characteristics of the CS-TPP-NPs. The CS-TPP-NPs prepared under optimum conditions (CS concentration of 0.2 mg/ml, CS: TPP mass ratio of 7:1, initial pH of CS solution of 4.0, stirred at 700 rpm for 10 min and ultra-centrifuged at 25 000 rpm for 30 min) had shown a mean particle size of ~187±21 nm, zeta potential of+37±3.5 mV, PDI of ~0.28±0.0390 as well as the smooth and round shaped morphology.Conclusion: The present study describes the optimal circumstances to fabricate the CS-TPP-NPs with finest physico-chemical characteristics and also explore the prospects of manipulation and optimisation of the NPs for intended applications.Keywords: Chitosan nanoparticles, Ionic cross-linking, Morphology, Ultra-sonication, Ultra-centrifugation, Colloidal stabilit

    Pengaruh pengawasan terhadap kinerja pegawai dalam meningkatkan standar pelaynan pada PT Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Bandung

    Get PDF
    Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya permasalahan dalam pengawasan seperti rendahnya tingkat kehadiran pegawai untuk masuk kerja dengan baik, terdapat kinerja pegawai yang masih belum optimal dalam mengerjakan pekerjaan dalam waktu yang sedemikian dan masih adanya pegawai yang sering terlambat masuk kerja, selain itu ada kekurangan dalam pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin kepada karyawan itu disebabkan oleh kurangnya monitoring . Monitoring pada PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama (KCU) Bandung melakukan monitoring kepada karyawan setiap 1 bulan sekali sedangkan monitoring kepada peserta taspen untuk mengukur standar pengawasan itu dilakukan setiap 1 tahun sekali sehingga berpengaruh terhadap kinerja pegawai yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pengawasan terhadap kinerja pegawai pada PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama (KCU) Bandung. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang bersifat asosiatif. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini melalui observasi tidak terstruktur, angket, wawancara dan studi kepustakaan. Teknik pengumpulan sampel yang berjumlah 30 orang responden. Teknik pengolahan datanya berupa korelasi dan regresi. Hasil Penelitian disimpulkan bahwa dari penelitian ini yaitu pengawasan berpengaruh positif sebesar 2,389. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditemukan bahwa terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y sebesar 90,4% masuk ke dalam kriteria sangat kuat, sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi pengaruh yang sangat kuat dari Pengawasan terhadap Kinerja Pegawai di PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama (KCU) Bandung, sedangkan sisanya 10,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian kali ini

    Komparasi Instalasi PLTS Kapasitas 100 WP Pemasangan Seri Dan Pararel Untuk Pengisian ACCU 12 Volt-65 AH

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari panel surya type monocrystalline 100Wp dengan 2 buah panel, penelitian ini dilakukan selama 6 hari menggunakan dua metode yaitu seri dan paralel dengan sudut kemiringan 25°. Energi yang dihasilkan panel surya tersebut kemudian disimpan dalam baterai (accu) dengan kapasitas 12 volt 65 Ah. Hasil pengujian panel surya monocrystalline yang dilakukan menghasilkan intensitas paling rendah 47,642 W/m² yang diperoleh dari rangkaian paralel di hari ke 3 pada pukul 11.00, dan intensitas cahaya paling rendah di rangkaian seri menghasilkan 50,25 W/m² pada hari kedua pukul 09.00 pada penelitian ini baterai dapat terisi penuh dengan rata-rata rentang waktu pengisian 2 jam. Dari kedua rangkaian yang dilakukan penelitian rangkaian seri yang terbaik dimana pengisian lebih stabil sehingga pengisian batrei bisa terisi maksimal
    • …
    corecore