19 research outputs found

    SEDIMENTASI DAN MODEL TERUMBU FORMASI RAJAMANDALA DI DAERAH PADALARANG - JAWA BARAT

    Get PDF
    Formasi Rajamandala yang tersebar di daerah Cikamuning – Sangiangtikoro sebelah barat Bandung dibagi menjadi dua satuan batuan yaitu Anggota Batugamping dan Anggota Lempung-Napal. Formasi ini terbentuk pada Oligosen Akhir sampai Miosen Awal. Anggota Batugamping memperlihatkan singkapan yang sangat bagus dan beberapa fasies yang berkaitan dengan terumbu koral dapat dikenali dalam batuan karbonat ini. Tiga fasies yaitu fasies planktonic packstone – wackestone, fasies Lepidocyclina packstone dan fasies rudstone berkembang di lingkungan muka terumbu (toe of slope dan reef slope). Fasies boundstone membentuk inti terumbu dalam mana tiga subfasies seperti subfasies framestone, subfasies bafflestone dan subfasies bindstone ditemukan. Fasies boundstone diendapkan pada reef crest sampai reef flat. Fasies Milliolid packstone diendapkan pada beberapa lingkungan termasuk surge channel, lagoon dan back reef. Batuan karbonat Formasi Rajamandala ditafsirkan sebagai barrier reef  berarah ENE – WSE dengan bagian muka terumbu dan cekungan berada di bagian utara

    Multiplayer Game Guessing Sunda’s Proverb Using Socket.Io And Node.Js

    Get PDF
    Game development is currently quite rapid. Now games can be played by various groups, because many games now contain not just games, but there are also games with educational content. The educational game that will be made in this study is a website-based Sundanese proverb game, this type of game will be multiplayer so that players can compete with other players. The purpose of this research is to make a Sundanese proverb educational multiplayer game that can be played simultaneously with many players, so that it can introduce the regional language, namely Sundanese, to the wider community. The technology used in making this game is Socket.IO and Node.JS, using these technologies can make end users interact in real time. In making this game using the Game Development Life Cycle (GDLC) methodology with the stages of initialization, pre-production, production, testing, beta and release. The results obtained in this research are website-based Sundanese proverb educational games that can be used without taking up much space on the device

    A Comparison of the Effect of Short Abdominal Skin-To-Skin Contact and Kangaroo Skin Contact on Initiation of Successful Breastfeeding

    Get PDF
    BACKGROUND AND OBJECTIVE: Kangaroo skin contact is an important factor in breastfeeding. However, in contrast to abdominal contact, it is considered timely. Therefore, while shortening the contact time, this study aims at comparing the effects of short abdominal skin-to-skin contact and Kangaroo skin contact on successful breastfeeding. METHODS: This clinical trial study was conducted among pregnant women in maternity hospitals of Torbat Heydarieh in 2015. Sixty-eight primigravida women with term pregnancy and aged 18-40 years were selected through convenience sampling and were divided into two groups of intervention (Kangaroo skin contact) and control (abdominal skin contact). Questionnaires about demographic, fertility and medical data were completed for both groups. Infants with 8-10 Apgar and birth weight of 2500 – 4000 g were exposed to Kangaroo skin and abdominal skin contact for 5-10 minutes. After delivery, The Infant Breastfeeding Assessment Tool (IBFAT) was completed and the mean values of feeding desire, searching, latch on and sucking pattern were analyzed (IRCT: 2014090419039N1). FINDINGS: The mean feeding desire in the intervention group was 2.63±0.6 and in the control group was 2.61 ± 0.6, searching was 2.76±0.43 and 2.73±0.44, latch on was 2.76±0.43 and 2.79±0.41, sucking pattern was 2.82 ± 0.54 and 2.64 ± 0.64, and total score was 11.84 ± 5.10 and 10.79 ± 1.82, respectively, indicating no significant difference in any of the dimensions. CONCLUSION: The results of the study showed that short abdominal skin-to-skin contact and Kangaroo skin contact did not differ significantly regarding their effect on initiation of successful breastfeeding

    Studi Potensi Batuan Induk pada Sub Cekungan Banyumas dan Serayu Utara

    Get PDF
    Kajian yang dilakukan di daerah Banjarnegara, Wonosobo dan Kebumen bertujuan  untuk memperoleh data permukaan endapan klastik berbutir halus serta karakteristik litofasiesnya yang diduga berpotensi sebagai batuan induk. Sebanyak 9 conto dianalisa kandungan material organik karbonnya (TOC). Hasil analisa tersebut memperlihatkan bahwa nilai TOCnya berkisar antara   0,08 % dan 1,42 %. Berdasarkan hasil tersebut, didapatkan 2 conto berpotensi baik dan 3 conto berpotensi sedang  untuk dapat membentuk hidrokarbon, sedangkan  4 conto lainnya tidak berpotensi untuk membentuk hidrokarbon. Pyrolisis rock-eval dilakukan terhadap 5 conto yang berpotensi membentuk hidrokarbon, dan mempunyai nilai HI berkisar antara 26 dan 95 mgHC/gTOC. Berdasarkan nilai parameter evaluasi batuan induk HI (Waples, 1985), conto tersebut  berada dalam fasies organik CD dan D. Batuan induk tersebut dapat menghasilkan gas dalam kuantitas kecil. Hasil sementara dari pengamatan singkapan menunjukkan bahwa batuan klastik berbutir halus di daerah Banjarnegara diduga diendapkan dalam lingkungan dysaero

    FASIES DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI PARIGI DI DAERAH PALIMANAN, CIREBON

    Get PDF
    ABSTRAK Batuan karbonat Formasi Parigi tersingkap baik di Komplek Kromong daerah Palimanan, Cirebon dimana studi fasies karbonat ini dilakukan.  Berdasarkan karakter fisik dan biota yang dikandungnya, batuan karbonat Komplek Kromong dapat dikelompokkan menjadi  7 fasies, yakni : (1) fasies boundstone, (2) fasies rudstone, (3) fasies cross bedded grainstone, (4) fasies foraminiferal packstone, (5) fasies algal-foram packstone,  (6) fasies floatstone, dan (7) fasies thin bedded wackestone-packstone. Fasies boundstone dapat dibagi menjadi 2 subfasies yaitu subfasies bafflestone dan subfasies framestone. Lingkungan pengendapan Formasi Parigi diperkirakan  diendapkan pada lingkungan reef front, reef crest, back reef, lagoon-surge chanel dan tidal flat-tidal chanel. Hasil analisis  fosil foraminifera besar menunjukkan  umur Formasi Parigi adalah Miosen Awal. Berdasarkan pada  pola lingkungan pengendapan Formasi Parigi diinterpretasikan terumbu bagian depan berada di sebelah timur laut, sedangkan terumbu bagian belakang di bagian baratdaya

    Pemanfaatan Budidaya Black Soldier Fly (Maggot) di Desa Pematang Gajah Sebagai Alternatif Pakan Unggas Berbasis Sampah Organik

    Get PDF
    Kegiatan pengabdian dilakukan dengan sosialisasi, monitoring dan evaluasi. Sasaran dari kegiatan ini yaitu seluruh warga di Desa Pematang Gajah. Kegiatan berlangsung selama 4 bulan. Pada akhir kegiatan diharapkan peserta terampil dalam pengolahan mengenai pengembanganbiakan maggot sehingga dapat mendukung ketahanan pangan secara berkelanjutan serta menciptakan ekonomi kreatif dari produk yang di hasilkan. Berdasarkan analisis situasi yang dilakukan terhadap Desa Pematang Gajah dapat di identifikasi permasalahan sebagai berikut, (1) Belum tertanggulanginya tingginya jumlah sampah organic di Desa Pematang Gajah, (2) Kurangya pemahaman tentang system budidaya maggpot dapat bermanfaat masyarakat dan keberlanjutan lingkungan Desa Pematang Gajah. Dari kegiatan yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan, warga Desa Pematang Gajah sangat antusias terkait dengan pengelolaan limbah dan proses budidaya maggot. Hal ini dilihat dari banyaknya pertanyaan pada sesi tanya jawab. Dari hasil diskusi yang dilakukan dengan aparat desa dan warga mereka sangat senang sekali mendapatkan ilmu tentang pembudidayaan maggot BSF. Sehingga mereka menyadari adanya peluang besar dari permasalahan sampah. Kata Kunci : Desa Pematang Gajah, Budidaya Maggot Black Soldier Fly (Bsf), Sampah Organi

    Fasies dan Lingkungan Pengendapan Formasi Campurdarat di Daerah Trenggalek-Tulungagung, Jawa Timur

    Get PDF
    Formasi Campurdarat yang tersebar di bagian selatan daerah Trenggalek-Tulungagung telah diselidiki berkaitan dengan fasies, lingkungan dan model pengendapannya. Empat (4) fasies karbonat dapat dikenali dalam formasi ini. Fasies packstone terdiri dari tiga subfasies yaitu subfasies nodular packstone, subfasies algal foraminifera packstone dan subfasies milliolid packstone berkembang dalam lingkungan terumbu belakang, lagon dan saluran pasang. Fasies floatstone diendapkan pada lingkungan terumbu belakang dan inti terumbu. Fasies rudstone ditafsirkan terbentuk pada dataran terumbu. Fasies boundstone yang membentuk inti terumbu dibagi menjadi dua subfasies yaitu subfasies bafflestone dan subfasies framestone. Fasies boundstone ini diendapkan pada lingkungan puncak terumbu-terumbu depan. Formasi Campurdarat diperkirakan terbentuk sebagai terumbu penghalang pada umur Miosen Awal dalam mana terumbu belakang berada di selatan dan bagian terumbu depan di sebelah utara
    corecore